Judul Buku : Hidup Sehat ala Rasulullah
Penulis : dr. Zaidul Akbar
Penerbit : Mizania, Bandung
Cetakan : I, Februari 2014
Tebal : 184 halaman
Resensor : Ammar Machmud*
Hidup di zaman modern menyebabkan manusia terbiasa berbuat segala sesuatu serbagampang dan instan. Imbasnya, budaya dan gaya hidup manusia pun akan berubah. Jika budaya yang dikembangkan itu positif maka akan melahirkan manusia bergaya hidup positif. Namun, jika budaya yang dikembangkan negatif, maka sudah pasti gaya hidupnya juga menjadi negatif.
Gaya hidup manusia modern yang serba instan dan enggan mengikuti anjuran agama (Islam) biasanya akan melahirkan manusia karatan; masih muda sudah keriput, mudah terserang penyakit, gampang capai, serta berumur pendek. Nah, agar kita sebagai Muslim tidak tertular gaya hidup karatan, maka kita harus bisa membentengi diri kita sendiri dengan selalu membiasakan berbuat hal positif. Salah satu sikap membiasakan hal positif adalah menjaga kesehatan.
Jauh sebelum ada dokter atau pakar kesehatan yang piawai mendiagnosa beragam penyakit, Nabi Muhammad Saw. adalah sosok pakar kesehatan yang tiada duanya. Karena beliau adalah orang yang sudah terbukti sehat dan tidak pernah menderita penyakit berat kecuali hanya dua kali saat menjelang wafatnya, yakni pertama, sakit saat diracuni oleh wanita Yahudi, dan yang kedua, saat beliau akan meninggal dunia. (hlm: 51). Buku karya Zaidul Akbar ini ingin mengungkap gaya hidup sehat Nabi sekaligus memberitahukan bagaimana sesungguhnya pengobatan ala Nabi.
Nabi mengajarkan beberapa hal agar hidup kita selalu sehat. Sebagai tamsil, dalam cara makan misalnya, beliau selalu menggunakan tangan kanan, beliau selalu mengambil makanan yang lebih dekat dan beliau melarang meniup makanan panas. Dalam hal tidur, beliau selalu tidur miring ke kanan dan setiap tidur beliau selalu berwudu terlebih dahulu, dan lain sebagainya.
Kesehatan adalah hal niscaya bagi manusia. Kesehatan itu nikmat duniawi paling mahal bagi manusia, sebab jika seseorang sudah terkena penyakit, manusia pasti tidak nyaman hidupnya. Bahkan, orang kaya yang sakit pun sampai rela menguras hartanya untuk berobat ke sana kemari demi bisa meraih kesembuhan. Intinya, karena kesehatan adalah barang mahal maka sudah seharusnya manusia wajib mensyukurinya.
Persoalan pentingnya adalah, bagaimana jika kita sudah berusaha menjaga kesehatan semaksimal mungkin tetapi kita masih terserang penyakit? Nah, pengobatan ala Nabi (al-thibbu al- nabawi) ini adalah jawabannya. Di dalam pengobatan ala Nabi itu setidaknya ada dua manfaat. Pertama, tidak memiliki efek samping yang membahayakan bagi tubuh manusia, dan yang kedua, sudah ada dalil sahih dari agama yang memerintahkan secara pasti. Lantas, apa saja pengobatan ala Nabi itu?
Dalam buku ini, Zaidul memerinci setidaknya ada dua macam cara pengobatan yang biasa dilakukan Nabi. Yakni; bekam dan madu. Bekam dijadikan Nabi sebagai cara mengobati pasiennya karena di dalam proses membekam itu ternyata memiliki manfaat yang dahsyat, yakni; ketika seseorang dilukai pada bagian tubuh tertentu, maka secara otomatis tubuh akan mengalami beberapa kondisi yang dikenal dengan respon peradangan yang terdiri dari panas, sakit, bengkak, dan gangguan fungsi lainnya. Dari reaksi peradangan itu, maka otomatis tubuh akan mengalami peningkatan sistem imun sehingga kekebalan tubuh seseorang juga akan meningkat (hlm: 147-148). Bekam ini sangat cocok bagi seseorang yang terserang penyakit ringan, seperti masuk angin dan lainnya, maupun penyakit berat, seperti kanker.
Sementara madu adalah obat multifungsi yang bisa menyembuhkan beragam penyakit atas izin Allah. Madu memiliki beragam khasiat seperti, bisa mengobati sariawan, sesak napas, batuk-batuk, sakit pencernaan, dan lain sebagainya. Selain diminum, madu juga bisa dioleskan untuk mengobati penyakit kulit seperti borok dan bisul. Alhasil, madu adalah obat mujarab yang sudah diakui khasiatnya baik dalam ajaran Islam maupun secara medis.
Sampai di sini, sudahkah kita sebagai Muslim meniru gaya hidup sehat dan cara pengobatan ala Nabi? Jika belum, sebaiknya janganlah kita terburu-buru mengklaim sebagai pengikut Nabi dan umat Nabi jika kita belum melaksanakan apa yang pernah Nabi lakukan! Sebab, sejatinya Nabi itu tidak suka pada umatnya yang banyak omong kosong tetapi nol dalam pelaksanaan. Buku ini adalah resep konkrit bagi umat Muslim dalam meniru gaya hidup sehat ala Nabi.
*Lulusan UIN Walisongo Semarang