
Tebuireng.online— SMA A. Wahid Hasyim (AWH) menggelar rangkaian acara spesial pada tanggal 12 Januari 2025, yang mencakup Bedah Buku Hadratussyaikh Pemersatu Umat Islam Indonesia karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari serta peresmian Musholla A. Wahid Hasyim. Acara tersebut digelar di halaman sekolah dan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk KH. Abdul Hakim Mahfudz, KH. Achmad Roziqi, H. Haji Lukman, Gus Reza, Gus Fahmi, Gus Ghofar, H. Kusnadi Said, Bu Nyai Leili Lailiyah, serta kepala sekolah dan staf pengajar SMA AWH.
Acara dimulai dengan pembacaan Qiro’ah yang dibawakan oleh Abidzar, salah satu siswa SMA AWH. Kemudian acara disambut hangat oleh Drs. Joko Suwono, Kepala Sekolah SMA AWH, dengan memberikan sambutan kepada seluruh hadirin. Dalam sambutannya, beliau menceritakan perjalanan panjang berdirinya SMA AWH sejak 12 Januari 1975.
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk Bapak Kusnadi Said yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah pada tahun 80-an dan kini menjadi Mudir Pendidikan Tebuireng. Sebagai bagian dari perayaan 50 tahun SMA AWH, kami juga telah melaksanakan kegiatan donor darah pada 9 Januari, workshop untuk guru-guru pada 11 Januari, serta kajian ilmiah kitab Adabul Mutaalim yang dipandu oleh Bapak Ahmad Roziqi. Hari ini, kami puncaki dengan bedah buku ini dan peresmian musholla,” ujar Drs. Joko Suwono.
Acara dilanjutkan dengan peresmian Musholla A. Wahid Hasyim yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gus Kikin. Peresmian musholla ini merupakan simbolisasi penting bagi SMA AWH setelah 50 tahun berdiri.
Gus Kikin, yang menjadi narasumber dalam acara bedah buku, mengungkapkan perjalanan hidup Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam membangun pesantren dan peran penting beliau dalam mendirikan Kongres Islam. Gus Kikin juga menyampaikan bahwa buku Pemersatu Umat Islam Indonesia ini sudah dicetak sebanyak tujuh kali dan telah dibedah di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Jateng, Jatim, Makassar, Pekanbaru, dan Bandung.
“Buku ini sangat berharga karena mengulas warisan besar Hadratussyaikh, yang tidak hanya bermanfaat bagi Tebuireng dan Indonesia, tetapi juga bagi umat Islam dunia,” ungkap Pengasuh Pesantren Tebuireng itu.
Ustadz Anang Firdaus, sebagai salah satu penulis buku, juga menyoroti pentingnya ikrar perjuangan kebangsaan yang dicanangkan oleh Hadratussyaikh. Menurutnya, ini menjadi titik tolak bagi santri untuk terus menghubungkan ilmu dengan perjuangan kebangsaan.
“Orang yang mengaji harus memiliki orientasi yang jelas untuk apa ilmunya digunakan,” ujarnya.
Sementara itu, Ustadz Syahrul, salah satu penulis yang juga Pemimpin Majalah Tebuireng, menjelaskan bahwa buku ini disajikan dalam bentuk kronik yang terstruktur berdasarkan waktu, menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami Hadratussyaikh dan bagaimana beliau menanggapi setiap kejadian tersebut.
“Buku ini ringan dibaca namun tetap memiliki bobot akademik yang mendalam,” jelas Ustadz Syahrul.
SMA AWH tidak hanya merayakan usia ke-50, tetapi juga semakin memperkokoh peranannya dalam melestarikan sejarah perjuangan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari serta meningkatkan fasilitas keagamaan dengan diresmikannya Musholla A. Wahid Hasyim. Acara tersebut menjadi refleksi atas perjalanan panjang SMA AWH dalam mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan tetapi juga berakhlak mulia dan peduli terhadap bangsa dan umat.
Pewarta: Albii