Suasana disusi penerbit pesantren bersama KH. Salahuddin Wahid dan KH. Aziz Mashuri di Dalem Kasepuhan Tebuireng pada Ahad (26/02/2017). (Foto: Abror)

tebuireng.online– Dunia buku pesantren perlu terus diramaikan, karena tedapat sejumlah pesantren memiliki lembaga penerbitan buku. Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid mempertemukan para pengelola penerbit pesantren. Gus Sholah, panggilan akrab beliau, melalui Pustaka Tebuireng, secara khusus mengumpulkan sejumlah pengurus penerbitan di Dalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng pada Ahad (26/02/2017). Turut hadir pula, kiai pesantren yang cukup produktif dalam menulis, yaitu KH. Aziz Masyhuri Denanyar.

Para pengurus penerbitan buku yang hadir berjumlah sekitar 20 orang dari tujuh pesantren, yaitu Tebuireng, Sidogiri, Lirboyo, Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Fathul Ulum Kwagean Kediri, Mambaus Sholihin Suci Gresik, al Muhibbin Tambakberas, Langitan, dan Yanbu’ul Qur’an,  Kudus. Turut hadir dalam pertemuan tersebut juga perwakilan Penerbit Republika Syafruddin, Sekretaris Pesantren Tebuireng H. Ir. Abdul Ghofar, Humasy Yayasan KH. Hasyim Asy’ari, H. Nur Hidayat, Kepala Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, Ahmad Faozan, dan sejumlah pengelola media di Tebuireng.

Kepala Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng yang membawahi Pustaka Tebuireng, Ahmad Faozan menyampaikan kata pengantar pertemuan. Ahmad Faozan mewakili penyenggara melaporkan bahwa pesantren yang diundang berjumlah 17, tetapi yang bisa hadir baru 10 pesantren. “Penting bagi kita dalam pertemuan ini membahas banyak hal, seperti tentang kegiatan bersama dalam bidang jurnalistik dan penjualan buku. Harapannya penerbit pesantren dapat ikut andil dalam dunia literasi di Indonesia,” ungkap pria asal Cilacap tersebut.

Sebagai pencetus ide pertemuan penerbit pesantren, Gus Sholah mengatakan bahwa pertemuan ini adalah awal dari kerjasama penerbit-penerbit pesantren untuk bersama-sama mengembangkan penerbitan pesantren, baik buku maupun majalah. Dalam pertemuan itu, beliau berharap antar penerbit pesantren dapat tukar pengalaman untuk kemajuan penerbitan pesantren. Dengan kerjasama, bisa memperluas pasar, dan saling mengirim (distribusi) buku yang telah diterbitkan dan dijual di masing masing pesantren dan ini hal yang positif.

Gus Sholah mengakui bahwa ada banyak hambatan dan kendala dalam pengembangan penerbitan pesantren. Namun, dengan adanya kerjasama di antara penerbit pesantren berarti dapat memperluas jaringan pasar. Menurut Gus Sholah, oleh penerbit-penerbit dan toko-toko buku besar, buku-buku agama masih dianggap sebagai barang dagang. Kalau memungkinkan, bisa membuat toko buku bersama, yang di isi dengan produk masing-masing penerbit pesantren, sebagaimana gramedia yang sudah memiliki 100 lebih toko buku seluruh Indonesia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut beliau dalam membangun kerjasama antar penerbit pesantren, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, kisaran 3-4 tahun. Buku-buku keagamaan merupakan buku yang paling digemari masyarakat, dan hal ini menjadi peluang penerbit pesantren. Dengan adanya aliansi, Gus Sholah berharap penerbit pesantren dapat bersaing dengan penerbit-penerbit lain untuk menyebarkan buku-buku agama yang tidak hanya dijadikan sebagai barang dagang.

Sebagai penulis senior dari kalangan pesantren yang sudah menerbitkan 30 judul buku, KH. Aziz Mashuri memberikan beberapa wejangan kepada para pengurus penerbit pesantren yang hadir. Kiai Aziz mengaku mendukung adanya perhimpunan penerbit-penerbit pesantren sebagai tempat tukar pikiran, kerjasama penulisan buku, atau kerjasama penjualan buku untuk perluasan pasar.

Beliau berharap ada penerbit pesantren yang tertarik untuk menerbitkan buku-buku pelajaran kurikulum Kementerian Agama. Pasalnya, menurut beliau, banyak penerbit tidak tertarik untuk menerbitkan buku semacam itu. Akibatnya buku-buku pelajaran terkadang disisipi dengan beberapa konten-konten yang tidak sesuai dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah an Nahdliyah.

Pak Syafruddin dari Republika berkesempatan membagi pengalaman Penerbit Republika dalam kaitannya dengan proses penerbitan buku dan penjualan buku. Selain itu, Pak Syafruddin juga memberikan kiat-kiat dalam menjadikan buku sebagai bestseller seperti buku-buku karya Habiburrahman El Shirazy.

Acara diakhiri pukul 15.30 WIB dengan ramah tamah dan foto bersama. Selanjutnya pertemua dilanjutkan di Oemah Boeko Penerbit di Desa Sokopuro Diwek Jombang dengan agenda pembahasan kerjasama dan pembentukan aliansi penerbitan buku.


Pewarta:    M. Abror Rosyidin

Editor:       Ahmad Faozan

Publisher:  M Abror Rosyidin