
Dalam dunia parenting, memahami prinsip perkembangan anak menjadi kunci keberhasilan dalam mendampingi anak tumbuh menjadi individu yang cerdas, mandiri, dan berkarakter. Prinsip seperti growth-developing, stability-change, maturity-learning, nature-nurture, dan continuity-discontinuity memberi kita panduan penting bahwa setiap anak memiliki jalur perkembangan yang unik. Orang tua harus peka bahwa tingkat kematangan anak berbeda-beda; ada anak yang cepat berbicara, ada yang lebih lambat. Perbedaan ini harus diterima, bukan dipaksakan, karena setiap anak adalah individu yang unik dengan potensi masing-masing.
Orang tua sering kali tanpa sadar ingin anak mereka mencapai impian yang dahulu tidak tercapai, seperti keinginan menjadi dokter. Namun, memaksakan kehendak kepada anak justru dapat menghambat kreativitas dan kebahagiaan mereka. Orang tua sebaiknya menjadi fasilitator dalam menemukan bakat alami anak, bukan pendorong ambisi pribadi.
Perkembangan anak-anak zaman sekarang, terutama memasuki masa pubertas, terjadi lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya. Faktor eksternal seperti konten yang mereka konsumsi turut memengaruhi. Oleh karena itu, orang tua perlu cerdas memilah dan mengarahkan tontonan anak agar sesuai dengan nilai dan norma keluarga.
Baca Juga: Meneladani Parenting dari Ali bin Abi Thalib
Peran orang tua kini telah bergeser dari sekadar pengasuh menjadi pendamping, pembimbing, sekaligus teman diskusi. Jika ingin anak tumbuh menjadi individu yang baik, cerdas, dan bermoral, orang tua juga perlu mencontohkan hal yang sama. Kesadaran bahwa pola asuh berbasis kasih sayang, komunikasi terbuka, dan penghargaan terhadap individualitas anak adalah kunci keberhasilan.
Ketika anak menghadapi masalah emosional seperti marah, orang tua perlu belajar mendampingi tanpa menekan. Labeling emosi anak, seperti menanyakan, “Jika marah, Kakak ingin mama melakukan apa?” adalah langkah baik untuk membantu anak mengenali dan mengelola perasaannya. Begitu pula saat anak tantrum, sebaiknya orang tua menunggu anak tenang sebelum masuk ke dalam dunianya untuk bicara. Selain itu, hal yang tidak boleh dilakukan orang tua adalah meninggalkan anak dalam keadaan emosi, karena hal ini bisa saja berakibat fatal.
Dalam lingkungan sosial, anak sering menghadapi konflik seperti bullying. Orang tua perlu mengajarkan anak untuk memvalidasi perasaan mereka, membuat pilihan yang sehat, apa yang dapat dilakukan anak tersebut jika mengalami hal demikian, ini dapat melatih anak untuk menghadapi dunia nyata dengan sikap bijak dan salah satu cara menghadapi bullying adalah dengan meminta bantuan pihak ketiga jika diperlukan.
Anak yang ceria, mandiri, dan berbudi pekerti luhur membutuhkan orang tua yang sadar akan peran mereka sebagai pendidik, pelindung, dan pembimbing. Jika kita ingin anak tumbuh cerdas, maka orang tua juga harus terus belajar, introspektif, dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Baca Juga: Pengasuhan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak
Parenting sejatinya bukanlah tentang mencemaskan apakah anak kita akan menjadi baik atau sebaliknya, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa menjadi orang tua yang baik. Kita harus percaya pada proses pertumbuhan anak, sembari memberikan lingkungan yang kondusif bagi mereka untuk belajar dari setiap pengalaman. Adanya pendekatan yang seimbang antara kasih sayang dan disiplin, serta kesediaan untuk mendengarkan dan memahami, orang tua dapat menciptakan anak-anak yang tidak hanya sukses secara akademik, tetapi juga berkarakter mulia dan siap menghadapi tantangan hidup.
Penulis: Ilvi Mariana