Bedah buku ashabul kahfi tebuireng
Penulis buku “Ashabul Kahfi, Melek 3 Abad” Prof. Nadirsyah Hosen memaparkan isi bukunya.

tebuireng.online- Buku “Ashabul Kahfi, Melek 3 Abad” dibedah oleh Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren (PKP2) Pesantren Tebuireng, Selasa (26/11).

Acara ini menghadirkan penulis Prof. Nadirsyah Hosen dan dr.Nurussyariah Hammado serta pembanding Dr. Mardhiyah peneliti pesantren dari Universitas Hasyim Asy’ari, KH. Musta’in Syafi’I Ahli Tafsir Al Quran Pesantren Tebuireng, dan moderator Roy Murtadho.

Antusiasme peserta diskusi bedah buku ini sangat tinggi karena mereka sebelumnya banyak mengikuti aktifitas penulis melalui media sosial.

Dalam diskusi ini prof.Nadirsyah dan dr.Nurussyariah Hammado atau yang akrab disapa Chia Hammado menjelaskan hubungan antara fenomena yang ada di Al Quran yakni peristiwa tidur panjang Ashabul Kahfi merupakan mukjizat sekaligus fenomena ilmiah yang menakjubkan.

Serangkaian proses ilmiah yang memungkinkan tidur berdurasi 309 tahun itu dijelaskan terperinci dalam Al-Quran (QS 18: 9-20).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut dr. Chia Hammado, mereka (Ashabul Kahfi) tidur dengan mata tetap terbuka (QS 18:18). Secara ilmiah, kata dr.Chia Hammado, bentuk mukjizat ALLAH ini adalah agar mata tetap mendapat asupan cahaya agar saraf mata tidak mengecil dan mengalami kebutaan, begitulah menurut ilmu neurosains.

Hal ini sangat menarik bila ditelaah lebih jauh bagaimana ilmu pengetahuan maupun mukjizat yang ada pada Al-Quran bisa diteliti secara iilmiah melalui pendekatan neurosains.

Berbeda dengan paparan kedua penulis, Dr. Mardhiyah memberikan makna “ashabul Kahfi” yang hidup di gua selama 3 abad adalah sejatinya manusia yang mencari ilmu agama, mencari ilmu yang belum diungkap, mencarai ilmu-ilmu di Pesantren.

Beliau secara lugas memaknai Gua “Ashabul Kahfi” adalah pesantren. Bagaimana kita meneladani pembelajaran dalam dunia pesantren yang syarat makna dan karakter agama yang kuat.

KH. Musta’in Syafi’i menambahkan, bahwasannya perlu mufassir guna menguatkan argumen-argumen ilmiah yang ada di ayat-ayat Al-quran yang masih universal. Kritik beliau terhadap buku “Ashabul Kahfi, Melek 3 Abad” ini karena kurangnya peran mufassir dalam menerjemahkan ayat-ayat Alquran sehingga bisa lebih membumikan isi dari ayat-ayat Al-Quran itu lebih sempurna.

Ulasan dalam bedah buku yang sangat komprehensif membuahkan khasanah tersendiri bagi dunia Islam dan Kedokteran. Penulis buku “Ashabul Kahfi, Melek 3 Abad”, Prof.Nadirsyah sendiri adalah ahli hukum Islam yang sekarang menjadi dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Wollongong sekaligus Rais Syuriah NU Istimewa Australia-New Zealand. Sedangkan dr.Chia Hammado adalah peneliti di The John Curtin School of Medical Research ANU College of Medicine, Biology & Environment. (lutfi/Tbi.org)