Suasana silumasi penanganan kasus santri oleh peserta diklat kader Tebuireng
Suasana silumasi penanganan kasus santri oleh peserta diklat kader Tebuireng

tebuireng.online— Kamis (29/09/2016) kepala pondok beserta jajarannya merapatkan kebijakan terhadap beberapa santri yang bermasalah. Kebijakan harus segera ditetapkan, karena salah satu masalah sudah menjalar ke ranah hukum. Namun, rapat tersebut bukanlah rapat sungguhan, melainkan para peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng yang mengadakan simulasi penanganan kasus-kasus yang terjadi di pondok yang melibatkan santri. Simulasi tersebut didampingi oleh Wakil Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng, Ustadz Slamet Habib di Aula Diklat Jombok Ngoro Jombang.

Dalam simulasi, peserta dibagi menjadi beberapa elemen berpengaruh di pondok, di antaranya adalah pengasuh dan wakil pengasuh, mudir sekolah dan pondok, kepala dan wakil kepala pondok, sekretaris, majlis tahkim, majlis ilmi, keamanan, koordinator pembina, pembina, dan santri. Semua memainkan peran dalam menentukan kebijakan terhadap santri-santri yang melanggar mulai dari yang sedang hingga yang berat.

Prosedurnya adalah, pertama, pembina melaporkan kepada koordinator pembina setiap unit pendidikan. Koordinator pembina melaporkan kepada kepala pondok. Jika permasalah tersebut dapat diselesaikan di tingkat keamanan, maka tidak perlu dibawa ke kepala pondok, seperti pelanggaran ringan. Namun, jika pelanggaran sedang dan berat, harus ditetapkan melalui rapat pengurus.

Setelah bagian keamanan menyidang santri-santri yang melakukan pelanggaran, laporan hasil sidang disampaikan dalam rapat tersebut. Sebagai data penunjang, majlis ilmi dan kepala sekolah atau BK menyampaikan sepak terjang santri dalam keaktifan absensi mengaji dan sekolah. Bisa juga ditinjau dari segi sikap dan prilaku santri ketika di sekolah. Dari pertimbangan laporan keamanan, data dari majlis ilmi dan sekolah, maka kepala pondok dan mudir pondok memutuskan kebijakan terhadap santri yang melanggar tersebut.

Jika kebijakan tersebut sampai pada taraf mengembalikan santri kepada orang tua, maka pimpinan pengurus pondok harus menyampaikan hasil rapat kepada pengasuh atau wakil pengasuh. Semua hasil akan bergantung pada keputusan dan kebijakan pengasuh.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Keputusan harus mengacu pada tata tertib yang sudah ada. Adapun kebijakan yang dikeluarkan dapat dipertimbangkan denga adanya faktor-faktor yang lain,” jelas Ustadz Slamet Habib sebelum mengakhiri materi simulasi. Beliau berpesan agar seluruh peserta ketika nantinya menjadi pembina dan pengurus harus mengenali karakter santri satu persatu. Selain itu, beliau berharap agar mereka dapat menjemput bola tidak menunggunya, dalam artian setiap ada hal-hal yang dapat ditengarai menimbulkan masalah harus segera tanggap dan menjalin komunikasi dengan semua elemen dengan baik. (Abror)