Oleh : KH. Fahmi Amrullah Hadzik
اَلْحَمْدُ لِلّهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ . اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Haqqa tuqaatih, dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah, meninggalkan larangan-Nya, dan janganlah sekali-kali kita meninggalkan dunia ini kecuali dengan beragama Islam dan khusnul khatimah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dikisahkan pada masa nabi Isa a.s., ada tiga orang yang bersahabat akrab. Mereka begitu rukun, damai, sering kemana-mana pergi bertiga. Suatu hari ketiga sahabat ini mengadakan suatu perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebongkah emas. Akhirnya mereka memutuskan untuk membagi bongkahan emas itu menjadi tiga sama rata.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di satu tempat, mereka merasa lapar. Mereka beristirahat dan salah satu dari mereka menawarkan diri untuk membeli makanan. Sementara dua orang menunggu di satu tempat.
Ketika salah seorang sudah pergi untuk membeli makanan, maka dua orang ini berunding, mereka punya pikiran jahat, “Saudaraku seandainya emas ini hanya kita bagi untuk berdua saja, tentu kita akan mendapat bagian lebih banyak,” dan keinginan ini diamini oleh saudaranya. Mereka berdua merencanakan ketika temannya yang membeli makanan ini datang akan mereka bunuh.
Ternyata, teman yang membeli makananpun tidak kalah jahatnya, dia berpikir “Seandainya emas itu hanya aku miliki saja, tentu semuanya akan menjadi milikku dan aku akan menjadi orang yang kaya,” maka dia wujudkan keingingannya ini dengan bukan hanya membeli makanan, tapi juga membeli racun yang dia masukkan ke dalam makanan yang dia beli.
Singkat cerita, temannya yang membeli makanan tadi kembali dan menemui teman-temannya dua orang tadi. Ketika mereka berdua tau temannya datang tanpa banyak kata dia pun dibunuh, setelah membunuh temannya mereka menikmati nasi yang sudah dibumbui racun. Akhirnya kedua temannya ini menyusul teman yang mereka bunuh tadi, dan mereka bertiga pun mati semuanya.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Begitulah gambaran umat manusia sekarang ini, persatuan dan persaudaraan yang mereka bina bisa hilang karena nafsu, karena hubbu ad-dunya (cinta dunia). Padahal sesungguhnya orang-orang Islam adalah bersaudara, orang-orang mukmin itu dimanapun dia berada mereka adalah bersaudara,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Lalu bagaimana agar di antara umat Islam, di antara orang-orang yang beriman ini bisa damai. Tentu persaudaraan, persatuan itu harus didasarkan lillahi ta’ala, karena Allah. Salah satu tanda keimanan seseorang itu melakukan apapun karena Allah,
من أحب لله، وأبغض لله، وأعطى لله، ومنع لله، فقد استكمل الإيمان
Demikian sabda Rasulullah Saw., “Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci juga karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan tidak memberi karena Allah, fa qad istaqmalal iman, maka benar-benar telah sempurnalah iman orang tersebut.”
Artinya, semua yang dilakukannya itu merujuk lillahi ta’ala karena Allah. Tetapi kalau persatuan dan persaudaraan itu didasarkan pada selain Allah atau kepentingan-kepentingan dunia, maka yang terjadi bukan damai tapi perpecahan dimana-mana.
Menyandarkan persatuan karena politik misalnya, yang dulu lawan sekarang bisa jadi kawan karena kepentingan politiknya sama. Bahkan sebaliknya, yang dulunya kawan sekarang bisa jadi lawan karena kepentingan politiknya berbeda. Siapapun yang sudah menyandarkan itu kepada hubbu ad-Dunya, maka yang terjadi adalah terpecah belahnya umat.
Seorang ulama pun, ketika sudah terjangkit virus hubbu ad-Dunya, kumpul kekuasaan, maka umat yang dibawah ini akan terpecah belah, karena semuanya memiliki kepentingan yang berbeda-beda, dan itu urusan dunia. Yang menyatukan kita itu bukan parpol, bukan ormas, tapi yang menyatukan kita ini adalah tali Allah, agama Allah,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Maka kita sebagai umat Islam, harus berusaha mewujudkan semua tujuan kita yaitu ‘izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam dan kejayaan umat Islam. Tidak mungkin itu semua bisa kita capai, kalau umat Islam masih tercerai-berai, maka bersatulah di bawah panji-panji Islam siapapun anda, apapun golongan anda, apapun ormas anda. Semuanya bersatu, mewujudkan ‘izzul Islam wal muslimin.
Semoga Indonesia, negara kita tercinta ini, senantiasa dilimpahi kedamaian, persatuan dan dilimpahi ampunan Allah Swt. Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfaat khususnya bagi diri saya dan umumnya untuk kita semua.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْمَنَّانِ وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِوَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Pentraskip: Falikh