Peringati Isra’ Mi’raj Mahasantri Ma’had Aly Tebuireng Ber-“DISKO” Ria

Suasana DISKO Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng
Suasana DISKO Ma’had Aly Hasyim Asy’ari TebuirengIs

tebuireng.online– Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW masih terus berlanjut di seluruh penjuru dunia. Para pengagung Rasulullah melantunkan shalawat diringi kerinduan mendalam akan kehadiran sosok pujaan itu dan mengharapkan syara’atnya. Berbagai cara dan tradisi telah sekian lama dilakukan oleh umat muslim dalam merayakan Isra’ Mi’raj.

Demi ikut berpartisipasi dan mengagungkan Rasulullah, Badan Eksekutif Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (BEM-MAHA) Tebuireng mengadakan agenda rutinan satu tahun sekali, yakni menyambut Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan kemasan “DISKO” (diba’an, salawatan, dan khitobah). Acara ini dilaksanakan seusai shalat Jumat pukul 14.00 WIB (06/05/2016) di aula kampus Ma’had Aly lantai 1.

Acara ini dihadiri oleh segenap mahasantri. Dalam hal ini, panitia mendatangkan Ustadz Zainur Ridho sebagai pembicara. Dalam kesempatan tersebut, dosen Ma’had Aly ini memulai dengan penjelasan, bahwa pada tahun ke 10 dari kenabian terjadi kejadian yang membuat sedih Rasulullah, yakni wafatnya Sayyidah Khadijah dan paman Nabi, Abu Tholib. Saat itu juga, orang –orang kafir Quraisy semakin “ugal-ugalan” kepada umat Islam.

Menurut beliau, salah satu perintah Isra’ Mi’raj adalah menjalankan shalat sebagai solusi umat Islam yang ketika itu banyak menghadapi problematika yang luar biasa, karena shalat merupakan permohonan solusi kepada Allah. Di dalamnya terdapat doa dan bacaan yang lengkap.

“Intinya peristiwa isra’ mi’raj itu, kita menyambut perintah shalat dengan khusyu’ dan sabar, menambah ketakwaan kita kepada-Nya, dan jangan sampai kita meninggalkan shalat, karena shalat yang membedakan kita antara orang mu’min dan kafir,” ucap Ustadz Zainur Ridho.

Dalam surat al-Isra’ ayat pertama tertera “dari Masjid al-haram ke Masjid al-Aqsha”, bukan “dari Makkah ke Palestina”. Ketika ditanya soal itu, Ustadz Zainur Ridho menjawab bahwa penyebutan dua masjid tersebut mengisyaratkan perintah untuk menggantungkan hati kepada masjid, bukan kepada daerah. Shalat dan masjid harus beriringan, tidak terpisahkan.

Pada akhir acara, para mahasantri disuguhi tampilan khitabah berbahasa arab dan inggris yang dibawakan oleh saudara Talaful falasif dan Hendri Agustian. Kemudian dilanjutkan dengan tampilan segar puisi tiga bahasa oleh mahasantri putri semester VI. Acara ini ditutup dengan pembacaan maulid “simtudurror” diringi dengan tabuhan rebana Grup al-Banjari MAHA yang menambah suasana semakin syahdu dan khidmat. (Karomi/Ifana/Abror)