Tebuireng.online — Acara halalbihalah dan ngaji kitab Bahjatul Mahafil dan Adabul Alim wal Muta’allim bersama Habib Umar bin Hafidz dilaksanakan di Pesantren Tebuireng pada Rabu (4/7/2018). Acara yang bertempat di masjid Pesantren Tebuireng tersebut bersifat umum dan diikuti oleh seluruh mahasantri Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng.
Tampak peserta putra memakai koko putih, sementara peserta putri memakai baju muslimah sebagaimana biasanya. Pengajian yang bisa diakses secara live streaming ini sebelumnya menjadi agenda tahunan, dan bertempat di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Namun mulai tahun ini ada perubahan. “Pengajian live streaming dengan Habib Umar tersebut semula bertempat di gedung PBNU. Akan tetapi Gus Tajul sepertinya punya beberapa catatan evaluasi, sekaligus ingin lebih mendekatkan jaringan Habaib dengan Masyayikh NU. Jadi lokasi ngajinya diubah dari pesantren ke pesantren, dan Pesantren Tebuireng diminta menjadi tuan rumah seri perdana,” papar H. Nur Hannan, selaku rektor Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng.
Sementara mahasantri Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng diminta oleh Yayasan Hasyim Asyari Tebuireng sebagai pelaksana sekaligus peserta inti dari pelaksanaan halalbihalal dan ngaji kitab tersebut. Susunan acara diawali dengan doa iftitah dan wasilah, meliputi pembacaan surat yasin, tahlil, dan shalawat yang diiringi lantunan musik banjari, yang dibawakan oleh Habib Ahmad bin Idrus al Habsy.
Selanjutnya sambutan yang disampaikan oleh KH. Salahuddin Wahid selaku pengasuh Pesantren Tebuireng. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa KH. Hasyim Asyari sangat menganjurkan para umat islam bersatu secara terus-menerus. Tak heran jika beliau diakui sebagai pemimpin umat Islam dari berbagai kelompok. “Mbah Hasyim sangat menganjurkan persatuan umat islam, karena beliau selalu menyampaikan hal tersebut terus menerus, maka beliau diakui sebagai pemimpin umat islam dari berbagai kelompok,” sampainya.
Selain itu beliau juga memaparkan bahwa salah satu yg disampaikan KH. Hasyim Asyari ialah bagaimana kita berakhlak yang baik, karena santri yg baik adalah santri yang bisa mengamalkan ilmunya. “Maka dari itu, janganlah menuntut ilmu dengan tujuan mencari uang, kedudukan, ataupun terkenal. Hendaklah menuntut ilmu dengan tujuan untuk mendapatkan ridla Allah SWT,” nasehat Gus Sholah di tengah-tengah sambutannya
Pewarta: Anis
Editor/Publisher: Anik W