
Maulid?
Abadi dalam lembaran suci
sebelum…, engkau ada
engkau sudah ada
pada lembaran-lembaran suci
yang telah digoreskan
oleh Dzat Yang Maha Mengasihi
Di lembar-lembar zabur…,
meskipun namamu masih terkubur
Sejatinya cahayamu sudah tumbuh,
dan berkembang dengan subur
Di lembar-lembar taurat…..
namamu sudah tergurat dalam dinding takdir
yang senantiasa menampakkan cahaya
Di lembar-lembar injil….
berita mengenai kehadiranmu
semakin terasa…
Dalam sanubari,
oleh orang-orang yang diberkati
Sang Kuasa.
Dan ketika telah tiba waktunya
Engkau hadir…
di tengah-tengah masyarakat
menyalakan pendar-pendar cahaya
Sebagai penerang jagat raya
dan di balik jagat raya
Bersamanya…
Bogor, 2024
Perayaan Maulid Bukan Pasar Malam
Di tengah gemerlap bintang
Disaksikan rembulan yang penuh rupa
Engkau dihadirkan Yang Maha Kuasa
Disaksikan tanah dan air jazirah Arab
Yang turut bergembira
Menyambut kehadiran manusia
Terbaik sepanjang masa
Daya tarikmu….,
Lebih besar dari pada pasar malam
Yang bukan hanya sekadar
Tikar yang terhampar
Terhampar bersama arogansi kelembutan
Tergulung bersama tipu daya kesucian
Pendar-pendar cahaya yang memancar…
Tarian mulut yang bersahutan
Dan sihir tong setan yang membuat
Hati berdebar dan kepala-kepala pusing
Tak tertahan
Bukan….
Perayaan maulid bukan pasar malam
Yang hidup ketika rembulan tiba
Dan mati ketika mentari menampakkan sinarnya
Melainkan….
Sebuah pandangan keabadian
Dari balik jendela
Yang sudah tersingkap tirainya
Sehingga pandangan tertuju
Pada dzat di balik rembulan
Yang penuh dan seluruh.
Bogor Selatan, Rabi’ul Awal 1446 H
Nisan yang Ingin Dimasukkan ke Dalam Baju Bercorak Nafsu
Ikan-ikan di lautan ada yang tertawa
ketika manusia-manusia
ingin memasukkan sebuah nisan ke dalam baju
Ikan-ikan di lautan menangis
ketika melihat manusia-manusia melemparkan bara
ke tubuh manusia lainnya
Gara-gara……,
Sebuah nisan.
Ikan-ikan di lautan,
juga ada yang ikut senang..
Gara-gara nisan
yang penuh dengan kemilau cahaya emas peradaban
yang telah menyinari sanubari begawan-begawan
Wolfgang Von Goethe yang masyhur nan rupawan
Menjadi penerang jalan kstaria berkuda
Di tengah gelapnya malam
Nisan….., lebih jadi perhatian
Dengan semangat keilmuan
Namun…., nisan itu………..,
tidak akan pernah bisa
Dimasukkan ke dalam baju-baju
yang dirajut dengan hawa nafsu
Nisan itu….
yang syafa’atnya membebaskan
zonder mengenal periodisasi zaman
yang telah mengarungi samudera hakikat
dan telah kembali ke benua syari’at.
Nisan itu….
berbicara, “Jangan sampai karenaku, engkau lupa dengannya”
“Jangan sampai karenaku, menjadi hijab antara engkau dengannya”
Namun…
Jangan sampai engkau membalikkan nisan itu
Sang penyampai pesan
Yang membebaskan
Dan bernafaskan kemanusiaan
Semahal dan secanggih apapun baju-baju itu
Tidak akan pernah mampu menyimpan semburat cahaya nisan
Karena nisan itu…,
Bukan hanya milik satu golongan
Melainkan rahmat bagi semesta alam
Dan yang ada di balik semesta alam
Termasuk ikan-ikan yang ada di lautan
Mulud, 1446 H
Penulis: Yogi Abdul Gofur