Pendidik dan sistem pendidikan diharapkan mampu memberikan pemahaman yang baik kepada peserta didik, hingga terciptalah pembelajaran yang baik dan karakter baik dari peserta didik. (sumber foto: https://www.kompasiana.com)

Oleh: Muhammad Muallif*

Sampai detik ini pendidikan masih dipercaya sebagai sesuatu yang penting dan menentukan  masa depan.  Hampir semua orang tua selalu mencari dan menempatkan anak-anaknya di lembaga pendidikan yang dianggap kredibel dan mempunyai nama besar. Mengapa? Hal ini dipercayai agar anak-anak mereka mempunyai masa depan yang cerah. Pendidikan kemudian menjadi sangat penting dan diakui dalam tatanan status sosial untuk diterima sebagai manusia yang lebih baik dan dianggap lebih memiliki nilai. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi juga posisi tawar dan penghargaan sosial atas dirinya.

Namun dewasa ini, telah muncul anggapan-anggapan negatif mengenai pendidikan. Adalah institusi sebagai pemangku pendidikan telah memaksa dan menyiksa anak dengan berbagai macam tekanan tugas yang menumpuk. Dalam hal ini mari kita telaah sejenak. Pendidikan dari berbagai sumber yang saya dapatkan, adalah proses memanusiakan manusia. Sebuah proses yang tidak boleh menyalahi kodrat. Artinya, setiap anak pasti hebat di bidangnya masing-masing. Ketika ada anak yang kurang bagus dalam salah satu bidang maka bisa jadi ia akan hebat pada bidang yang lain. Nah, berangkat dari sini, tugas lembaga adalah menemukan dan bukan malah memberi stigma negatif terhadap siswa. Labeling pemalas, tukang tidur, bodoh, dan lain sebagainya harusnya tidak boleh ada dan dikatakan oleh seorang pendidik.

Selain diatas, pendidikan dipandang sebagai suatu proses seorang manusia untuk menemukan kehidupannya dan memberi arah dan tujuan di dalam hidup dan kehidupan. Ia harus menjadi cara bagi anak agar dapat terbebas dari segala macam penjajahan baik dalam berpikir maupun bertindak. Dalam hal ini, anak sebagai subyek di dalam pendidikan harusnya mengerti bahwa hak mereka adalah  untuk mendapatkan pendidikan yang mencerahkan dan membebaskan. Namun, jika ditemui institusi pendidikan yang begitu memaksa dan bahkan dikatakan menjadikan anak sebagai “robot” maka, di sini sekolah dan pemangku kebijakan harusnya paham bagaimana keadaan yang ada dan membuat kebijakan tanpa memaksa dan menyiksa anak dengan berbagai macam tekanan dan tugas yang menumpuk.

Pendidikan yang membebaskan diberikan sesuai dengan perkembangan anak, potensi anak, bahkan membebaskan pikiran anak untuk terbuka dan kritis terhadap apapun maupun keadaan sekitar. Pendidikan yang membebaskan adalah dengan memberikan kail, bukan hanya ika. Sehingga anak akan diajak selalu berpikir menemukan solusi atas suatu masalah, bukan hanya sekadar menghapal. Dari ini kemampuan berpikir dan nalar anak akan berkembang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Anak adalah pribadi yang unik dan istimewa. Sebagai pribadi yang unik, maka anak harus dibantu untuk menemukan potensi dan kebisaannya. Bukan hanya dijejali dengan berbagai macam pelajaran dan harus pintar dalam semua bidang. Maka dari sini, pendidikan lah yang berbicara. Pendidikan lah yang membebaskan mereka tumbuh menjadi orang yang berpotensi atau sebaliknya. Berkembang menjadi orang yang hebat atau sebaliknya. Maka pendidikan itu harus berkualitas dan tepat sasaran.

Pada akhirnya sebuah pendidikan akan dianggap berhasil apabila hasil akhir dari pendidikan itu adalah para peserta didik bisa berpikir kritis, merubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, belum bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakukan sesuatu dan juga proses pembebasan pikiran menjadi lebih matang dan mandiri.

Lain daripada itu, pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang melahirkan peserta didik bisa memberikan pendidikan kepada yang lain. Karena pendidikan, negara mampu menciptakan sumberdaya manusia yang lebih baik. Karena pendidikan, rakyat sejahtera. Begitu juga dengan negara. Pendidikan akan sangat menunjang kemajuan negara tersebut dengan generasi-generasi yang mampu bertahan dengan zaman yang semakin menantang. Generasi yang tahan banting dengan benturan-benturan canggih teknologi masa kini yang tanpa pembatas. Pendidikan lah yang membebaskan manusia untuk memilih menjadi manusia bermanfaat atau sebaliknya.

*Penulis tinggal dan besar di Tebuireng