(Ket. tengah) KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) bersama Prof. Amin Abdullah, Guru Besar UIN Yogyakarta mendiskusikan terkait metode dan pendekatan pengembangan studi keislaman di pesantren, Senin (23/12/2019) di gedung Yusuf Hasyim Tebuireng. (Foto: Nun)

Tebuireng.online– Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari mengadakan diskusi dengan tema “Metode dan Pendekatan Pengembangan Studi Keislaman di Pesantren” di aula H. Bachir Ahmad gedung Yusuf Hasyim lantai 3 Pesantren Tebuireng, Senin (23/12/19). Acara ini merupakan pertemuan lanjutan dari diskusi sebelumnya pada 19 Agustus 2019 dengan narasumber yang sama, yakni Prof. Amin Abdullah.

Ini merupakan program KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Pengasuh Pesantren Tebuireng untuk meningkatkan kualitas jajaran akademisi yang ada di Tebuireng. Gus Sholah menyampaikan bahwa Universitas Hasyim Asy’ari telah mengalami peningkatan jumlah mahasiswa yang awalnya 1 ribu menjadi 3 ribu. Namun masih diperlukan peningkatan kualitas mutu.

Selain itu, Ma’had Aly Hasyim Asy’ari juga diharapkan perlu menambah pemahaman/keilmuan sosial dan metode penelitian. Selama ini Ma’had Aly lebih terfokus terhadap kajian teks.

Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang harus ditingkatkan lagi. Tidak boleh menutup diri dengan apa yang sudah dimiliki. “Kita dituntut untuk menggali apa yang ada di diri kita. Tapi kalau tidak punya kemampuan untuk menggali maka akan terus menjadi potensi saja,” tutur Gus Sholah.

Prof. Amin Abdullah menyampaikan tentang pentingnya pendekatan transdisipliner dalam memahami agama. Yakni kerja sama di antara beberapa ilmu pengetahuan, seperti ilmu kalam, fikih, tasawuf, psikologi, dan metodologi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu juga menyampaikan bahwasanya ada tiga pilar utama untuk memahami agama di zaman ini, yakni pemahaman tentang teks Al Quran dan Hadis (nash), pemahaman empirik seperti budaya, sosial, politik (‘ilm), dan falsafah seperti perikemanusiaan (humanities).

Pewarta: Muhammad Masnun