tebuireng.online– Bulan suci Muharram datang, pertanda tahun baru telah dimulai. Setelah mengadakan doa bersama di malam pergantian tahun, Pesantren Tebuireng meneruskan agenda tahun baru dengan mengadakan pengajian di masjid pesantren, dengan menghadirkan KH. Abdul Latief Bajuri, Kamis malam (15/10/2015).

Sebelum acara inti dimulai, terlebih dahulu para santri bershalawat bersama Grup Shalawat Bahriyah Kubro Pesantren Tebuireng pimpinan Ustadz Arif Khuzaini. Suasana semakin khidmat, ketika Budi Andi, santri asal Makassar, melantunkan Kalam Ilahi dengan naghamat (lagu) tilawah dan suara yang merdu. Dipandu pembawa acara Ilham Maulana, Santri Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Tebuireng kelas IV, acara berjalan lancar.

Dalam sambutannya, KH. Irfan Yusuf, atau yang kerap disapa Gus Irfan, menyampaikan prihal pentingnya waktu. “Ketika kita bicara tahun, maka berkaitan dengan waktu, ya waktu,” ungkap Wakil Pengasuh bidang Kepesantrenan tersebut. Beliau mengutip surat al-Ashr dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang pentingnya waktu. “Orang timur mengatakan waktu adalah pedang, kalau tidak bisa mengatur pedang itu, maka akan memotong leher kita sendiri. Orang barat mengatakan waktu adalah uang, sebab mereka matrealistis, namun menunjukkan betapa mahalnya waktu,” tambah beliau.

Gus Irfan juga mengajak para santri untuk bermuhasabah, mengintropeksi diri. ” Yang tiga tahun mondok, intropeksi diri selama mondok di Tebuireng, sudah mendapatkan apa saja yang baru empat bulan juga intropeksi diri,” pesan beliau kepada para santri. Beliau melanjutkan sambutan dengan bercerita tentang perjuangan penemu penilisin, Alexander Fleming, dan Perdana Menteri Inggris era perang dunia I, Winston Churchill. Dari cerita itu, Gus Ifran berpesan agar kita menggunakan waktu sebaik-baik mungkin, untuk menuntut ilmu.

KH. Abdul Latief Bajuri, membahas masalah makna anak shaleh. Menurut beliau shaleh adalah anak yang tahu diri, tentang posisi dan kondisi. Shaleh adalah secara ibadah, moral, dan prilaku. Beliau mengingatkan para santri agar sungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa semua pekerjaan tanpa ilmu akan menjadi kacau. “Shalat ae lek nggak gawe ilmu yo iso tawuran, kabeh enek ilmune (shalat aja tanpa ilmu ya bisa tawuran, semua ada ilmunya),” tambah beliau dalam bahasa Jawa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kiai Abdul Latief menegaskan bahwa mondok di Tebuireng, adalah sebuah keberuntungan. Sebab di Tebuireng diajarkan tentang kepemimpinan dan ilmu kemasyarakatan, yang tidak semua pesantren mengajarkannya. “Ayah saya, saya, dan anak-anak saya adalah santri Tebuireng. Di Tebuireng itu rata-rata alumninya bisa berguna di masyarakat,” ujar beliau.

Terakhir, beliau mengkritik beberapa santri, yang dalam usaha mencari ilmu, hanya berdoa, berdzikir, dan tirakat saja, tapi tidak berusahan dengan belajar dan menkaji buku atau kitab. Menurut beliau pemahaman dalam mencari ilmu yang seperti itu, harus dluruskan. Dalam mencari ilmu, spiritualitas memang penting, tapi harus diimbangi dengan belajar yang sungguh-sungguh puala. Untuk itu, beliau mengingatkan santri tentang jata umur yang sudah ditentukan Allah, agar mereka menggunakan masa hidup dengan sebaik-baiknya.

Doa dipimpin oleh Ust. Ainur Rofiq. Acara ditutup dengan penampilan Grup Shalawat Bahriyah Kubro yang disambut hanyut para santri bersama-sama mengikuti bacaan shalawat. (farid/abror)