Sumber gambar: www.google.com

Oleh: Jailani*

Dakwah di era digitalisasi ini diupayakan harus bisa dengan baik memanfaatkan media digital termasuk di dalamnya media baru atau media sosial. Saat ini masyarakat milenial cenderung bergantung pada media sosial sehingga menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok. Hal ini menjadi peluang bagi para ulama muda untuk mengoptimalkan dakwah. Kita pahami bersama bahwa peran media sangat setrategis dalam upaya penyampaian pesan dakwah yang tak terhalang batas ruang dan waktu.

Bahkan semenjak tahun 2017, KH. Maimun Zubair telah berpesan kepada para ulama muda agar mengikuti perkembangan zaman termasuk menguasai teknologi informasi, sehingga bisa menyampaikan dakwah secara kekinian. Beliau juga bercerita, saat beliau belajar bahasa Melayu dan aksara latin sewaktu muda dulu, yang mana pada saat itu bahasa melayu dan aksara latin belum begitu populer di masyarakat Jawa khususnya kaum santri yang terbiasa menggunakan aksara Arab pegon, hal itu dilakukan agar beliau bisa membaca majalah yang didirikan Dr. Soetomo, yang menyebarkan semangat kebangsaan.

Menurut KH. Maimun Zubair, ulama harus bisa melihat situasi dan kondisi masyarakat dalam menyampaikan dakwah, oleh karena itu beliau mendorong ulama muda untuk melek teknologi agar pesan dakwahnya sampai kepada umat secara luas khususnya kaum milenial. Hal ini disampaikan beliau pada acara maulid Nabi di kota Semarang, sebagaimana dimuat dalam laman kompas.com Senin 4 Desember 2017.

Berdakwah di era milenial yang berhadapan dengan pesatnya perkembangan teknologi harus dapat menyesuaikan diri dalam metode dakwah. Kalau dakwah zaman dulu dilakukan secara konvensional melalui media TV, Radio, ataupun dari suatu tempat ke tempat lainnya, maka di era digital ini dakwah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan media sosial sebagai sarana untuk menyampaikan dakwah. Baik itu berbentuk tulisan, infografis, vidio dan lain sebagainya, sehingga objek dakwah dapat lebih luas untuk mengakses ilmu-ilmu  yang telah disampaikan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mengoptimalkan dakwah di era milenial dengan menggunakan media sosial merupakan suatu hal yang sangat setrategis, karena pengguna internet di Indonesia  dalam setiap tahun meningkat secara signifikan. Sebagaimana data yang di muat kompas.com (16-5-2019), tentang peningkatan pengguna internet dari hasil survei yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), bahwa pengguna internet mengalami peningkatan di tahun 2018 lalu.

Menurut Sekjen APJII, Herni Kasyfi, survei ini melibatkan 5.900 sampel dengan of eror 1,28 persen. Data lapangan ini diambil selama periode Maret hingga 14 April 2019. Dia juga menuturkan, dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 264 juta jiwa, ada sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen yang sudah menggunakan internet. Angka ini meningkat dari tahun 2017 saat angka penetrasi internet di Indonesia sebanyak 54,86 persen.

Berdasarkan data tersebut, peningkatan pengguna internet merupakan suatu peluang bagi para ulama muda untuk meningkatkan cakupan dakwah melalui teknologi informasi, agar orang-orang yang dalam kesehariannya tak lepas dari gadget dapat dengan mudah mengakses informasi seputar ilmu-ilmu agama, baik itu berhubungan dengan ubudiyah, muamalah bahkan sampai ilmu yang berhubungan dengan pola idiologi.

Namun semakin mudahnya masyarakat milenial dalam mengakses informasi tak selalu menghasilkan suatu hal yang positif. Buktinya sekarang ini banyak berita hoaks di media sosial, sehingga pengguna media sosial banyak yang terpengaruh oleh berita hoaks tersebut. Selain itu, semakin mudahnya untuk melakukan dakwah di media sosial, banyak  kelompok dari berbagai ideologi yang juga sedang berusaha untuk mengoptimalkan dakwah mereka. Baik itu dari kelompok yang ingin merusak Islam ahlussunnah wal jam’ah, ataupun kelompok yang ingin memecah belah NKRI. Sedangkan yang menjadi kekhawatiran adalah masyarakat yang masih kurang melek media, sehingga kurang selektif dalam memilih informasi yang harus mereka  konsumsi.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para ulama muda khususnya kader NU yang menjadi garda terdepan untuk menjaga ajaran ahlussunnah wal jama’ah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karna itu perlu inovasi-inovasi baru dalam mengolah teknolgi informasi sebagai sarana penyampaian dakwah, baik itu dengan suatu bentuk aplikasi yang di dalamnya menyediakan bimbingan belajar online tentang ilmu-ilmu agama, sehingga masyarakat bisa lebih intensif dalam belajar agama melalui media digital.

Salah satu aplikasi yang sudah bisa dikatakan sukses dalam menyediakan bimbingan belajar online, adalah aplikasi Ruang Guru. Sebagaimana informasi yang dimuat di web ruangguru.com,  Ruang Guru merupakan perusahaan teknologi terbesar dan terlengkap di Indonesia yang fokus pada layanan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Dan telah memiliki lebih dari 6 juta pengguna serta telah mengelola lebih dari 150 ribu guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang mata pelajaran. Sehingga para siswa mulai dari SD sampai SMA dan sederajat sangat terbantu dengan adanya aplikasi ini.

Terobosan seperti inilah yang mungkin harus dilakukan oleh ulama muda di era milenial ini, selain menjadikan media sosial sebagai sarana penyampaian dakwah, juga harus berinovasi untuk membuat suatu aplikasi yang memberikan bimbingan ilmu agama secara intensif terhadap masyarak luas sehingga masyarakat bisa memilah dan memilih  informasi tentang ilmu agama yang akan mereka pelajari dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.