NIKMAT ITU MUTHALA’AH KITAB (refleksi peserta menulis angkatan ke-3)

Itu yang dirasakan oleh Yai Ka’. Sekujur tubuhya dialiri kenikmatan yang luar biasa saat berbarengan larut dalam membaca kitab kitab al-salaf al-shalih. Rasa dan pikir begitu hanyut dalam ketenangan hidup seiring menggumuli karya-karya besar ulama terdahulu. Yai Ka’ memang layak bersematkan sang “haris al-turats”, penjaga khazanah produk kebudayaan Islam. Ternyata, Yai Ka’ penerus generasi ulama terdahulu.

Menarik, rekaman al-Kanani dalam “Tadzkirat al-Sami’ wa al-Mutakallimin” yang menarasikan bagaimana istri Imam al-Zuhri “uring-uringan dan ptotes keras kepada sang suami yang dinilai menomor satukan kitab ketimbang istrinya. “Demi Allah, sesungguhnya kitab-kitabnya sangat menyakitkan saya sebagai seorang istri, melebih sakit hatiku saat dimadu dengan tiga orang istri”. Belum lagi, kenikmatan membaca kitab yang digambarkan oleh Abu Bakar al-Anbari, “Washaya wa Nashaih li sl-Thalibin”, yang muthala’ah setiap pekannya bisa mencapai sepuluh ribu lembar.

Bahkan, kedahsyatan budaya membaca dilukiskan dengan baik oleh ilmam Nawawi dalam “Bustan al-Arifin” yang mengisahkan Ishaq ibn Ibrahim al-Muradi yang setiap malam bergumul dengan pencarian ilmu, bahkan kala makan-pun diselingi dengan membaca kitab. Bisa menandingi ? Yai Ka’ telah melakukan dan memberi keteladan kepada santrinya. Nikmat itu adalah muthala’ah. Wajar, muncul tulisan dari Hernowo, “Andai Buku Sepotong Pizza”. Membaca itu bak senikmat jika memakan Pizza, bahkan sisa yang lengket di tanganpun-pun dijilati hingga tuntas.

Bagi santri yang berazam menjadi penulis dan berdakwah tulisan, ditentukan oleh kelahapan membaca. Keseriusan berdialog dengan pemikir dan penulis besar dan menggumuli turast karya ulama al-salaf al-salih adalah harga mati. Semakin luas lautan keilmuan ulama diarungi, bertambah berbobot produk tulisan itu dan demikian pula sebaliknya. Selamat ber–man jadda wajada untuk peserta sekolah menulis angkatan ke 3 pesantren Tebuireng. Saya iri karena tak peroleh pelatihan semacam ini. Annama fata qad fat kulla atin at.

(Catatan:  H. Cholidy Ibhar santri Tebuireng angkatan 1970-1980. Kini menjadi Dosen di IAINU dan Direktur Local Govermen Reseach dan Consulting, tinggal di Kebumen Jawa Tengah)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online