INI TUJUH HARI KEPULANGMU, SANTRI SELALU MERINDUKANMU

Tak terasa, kiai idola para santri itu telah tujuh hari meninggalkan kita. Pikiran ini melayang ke pertanyaan yang menjadi judul kitab Syakib Arselan, “Limadza Taakhar al-Muslimun wa Taqaddam Ghairuhum”, mengapa kaum muslimin didera kemunduran sementara umat lainnya mengalami kemajuan. Terasa diiris iris hati ini, di tengah potret umat Islam seperti snapshot Syakib Arselan, satu persatu penyangga dan tresmitor Islam dipanggil oleh Allah. Apakah itu signal kuat seperti disabdakan Nabi, “Islam semula asing dan pada saatnya bakal kembali menjadi asing”. Tambahnya, kepulangan ulama penanda datangnya era surutnya Islam. Apa jadinya jika dunia tampa Islam ? Graham E Fuller, guru besar sejarah di Simon Fraser University Kanada menulisnya dalam “A World Without Islam”. Namun, sebaiknya mengajukan pertanyaan lain yang sekaligus merupakan dari cermin keadaan umat Islam yang paradok. Mengapa dalam lingkungan budaya dan peradaban tak semaju sekarang, umat Islam pernah menggapai era gilang gemilangan, “the glory of the past”. Padahal, di sisi lain dunia Barat terbelit zaman kegelapan, “the dark age”. Mengapa kini umat Islam yang dikungkung kemajuan ilmu dan teknologi begitu luar biasa, justru umat Islam tak bisa melahirkan ulama ulama besar. Bahkan, sulit menampik bila dikatakan semakin ke depan kualitas ulama kian mengalami degradasi baik bobot maupun kadar produktifitas karya karyannya. Di tengah tengah suasana batin seperti itulah : kita rindu Yai Ka’ !. (cholidy ibhar, alumni Tebuireng, dosen IAINU kebumen)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online