YAI KA’ : SAMPEYAN NIKU SINTEN ?

Sudah menulis serial Yai Ka’ mencapai 25 bagian, kok masih bertanya siapa sejatinya beliau ? Yai Kai bisa disandingkan, memiliki kemiripan dan beritba’ ulama besar yang tertulis dalam lintasan khazanah sejarah ulama. Laku dan hal ihwal Yai Ka’ bisa dibidik lewat snapshot keseharian yang dzahiriyah. Keutamaan dan keistimawaan beliau bisa disebutkan dan dideret panjang. Muncullah dari hasil pemotretan subyektif santri santri Yai Ka’ dengan mengkonstruksikan bahwa beliau adalah pribadi yang “begini dan begitu”. Tentulah, sebagai pribadi yang zuhud, wara’, ikhlas, sederhana dan egaliter, jangan harap menemukan pengakuan beliau sebagai sosok “begini dan begitu”. Semua julukan, sebutan dan tipologi profil beliau adalah penyaksian santri santrinya, bagi Yai Ka’ sendiri yang terpenting “liya’budun”, “ayyukum ahsana amala” dan bersungguh sungguh menjadikan diri beliau sebagai “ibadi al-shalihun”. Bahkan, Yai Ka’ yang memang tak gandrung popularitas, cenderung menghindar saat berbincang supremasi pribadinya. Tak heran, ketika dijumpai penulisan identitas beliau, nyaris tak pernah tersaji penjelasan “siapa dan bagaimana” Yai Ka’. Seolah, ananiyah, ke-aku-an dan ego kepribadian yang melekat pada kkhalayak tak berlaku bagi pribadi beliau. Yai Ka’ tak pernah berbicara nasab dan lingkungan keluarga the have-nya. Mungkin, jika diperkenankan, kolom pekerjaan yang ditertera dalam KTP, beliau kosongkan. Yai Ka’ tak menyukai pamer dan membanggakan asal muasal dan apa yang telah dan tengah diperbuat. Lumrah, sekirannya infornasi mengenai CV beliau demikian terbatas dan sederhana. Wajar, Bila Yai Ka’ sepi dari perlakuan membeda bedakan santri santrinya dan relasi sosialnya. Yai Ka’ : Sampeyan Niku Sinten ? Boleh jadi, Yai Ka’ menolak dan sekedar menjawab dengan senyuman khasnya. Mungkin, kemudian beliau menunjuk diktumNya : “inna akramakum ‘ind Allah atqakum”. Allah a’lam bi al-shawab. (cholidy ibhar, alumni Tebuireng, dosen IAINU kebumen)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online