Sebuah keluarga berbincang hangat di ruangan sederhana.

“Kadang saya berpikir, sebegitu kuatkah pengaruh politik dalam membentuk perubahan sosial, budaya bahkan mungkin keimanan seseorang? Sampai kita tak sadar, saudara jadi lawan. Lawan jadi teman…”

Saya seorang ibu rumah tangga dengan kehidupan yang sederhana, rutinitas setiap hari berjalan begitu khidmat. Saya mengurus anak-anak, memasak, membersihkan rumah, dan memastikan semua kebutuhan keluarga terpenuhi dengan baik. Namun, belakangan ini, ada satu hal yang membuat saya resah, suasana di sekitar yang semakin memanas menjelang Pilkada, tak jauh ini akan terjadi besok lusa tepat pada tanggal 27 November 2024.

Entah mengapa, di tengah hiruk-pikuk kampanye dan pemilihan, saya merasa ada yang berubah dalam hubungan antar tetangga dan bahkan dalam keluarga sendiri, tak luput juga hubungan antara murid dan guru. Semuanya rasanya tak tenang, berkali-kali saya bergumam, “ah segerakanlah hari Kamis, agar semua berlalu dan kembali tenang.” Walau saya tidak menjamin apakah setelah hari Rabu itu berlalu, semua akan baik-baik seperti semula? Waallahu a’lam…

Pada awalnya, saya tidak begitu memperhatikan perbedaan pilihan politik di lingkungan kami. Saya pikir, itu adalah hal biasa, seperti yang saya lihat pada pemilu sebelumnya. Namun, kali ini, suasananya berbeda. Saya melihat bagaimana orang-orang yang sebelumnya saling menyapa dengan ramah mulai menghindari satu sama lain. Bahkan, beberapa tetangga yang dulunya sering berkumpul di warung kopi untuk ngobrol santai, kini lebih banyak diam dan lebih memilih mengurung diri di rumah masing-masing.

Pilkada kali ini tampaknya menjadi titik perpecahan yang lebih tajam dari sebelumnya. Ada yang memilih calon pemimpin A, ada yang memilih calon pemimpin B, dan ketegangan itu semakin terasa di antara kami. Dalam beberapa kesempatan, saya mendengar percakapan keras antara seorang murid dan seorang guru yang bertarung pendapat karena pandangan politik berbeda. Kata-kata kasar dan sindiran mulai muncul, seolah-olah kami semua terjebak dalam pertarungan politik yang tak berujung.

Saya merasa sedih dan bingung. Apa yang terjadi dengan persaudaraan dan gotong-royong yang selalu kami junjung tinggi? Bagaimana bisa hanya karena pilihan politik, hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun menjadi retak? Bahkan, saya mulai merasa khawatir, apakah anak-anak saya yang masih kecil akan tumbuh dengan pemahaman bahwa perbedaan itu selalu menjadi sumber perpecahan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Namun, di tengah kebingungan itu, saya mulai berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk mengembalikan keadaan ini. Sebagai seorang ibu, saya merasa memiliki tanggung jawab besar untuk mengajarkan anak-anak dan keluarga saya tentang pentingnya menjaga kerukunan meskipun ada perbedaan. Jika kita tidak segera mengambil langkah untuk meredakan ketegangan ini, saya takut generasi yang akan datang justru akan semakin terpecah.

Saya mulai mencoba berbicara dengan beberapa tetangga yang tampaknya terlibat dalam perdebatan sengit. Saya berkata, “Mengapa kita harus bertengkar hanya karena pilihan politik? Kita semua ingin yang terbaik untuk desa ini, kan? Pilihan kita memang berbeda, tetapi bukan berarti kita harus saling bermusuhan. Kita tetap tetangga, kita tetap saudara.” Meskipun tidak mudah, perlahan-lahan saya melihat mereka mulai merenung.

Saya juga mulai mengingatkan diri saya bahwa, meskipun politik adalah hal yang penting, tidak ada gunanya mempertaruhkan hubungan baik kita hanya karena berbeda pilihan. Kita harus tetap menjaga rasa saling menghormati dan berbicara dengan bijaksana. Tidak ada yang salah dengan memilih calon yang berbeda, yang salah adalah ketika perbedaan itu merusak keharmonisan dan kebersamaan kita.

Perbedaan politik adalah hal yang wajar dalam kehidupan demokrasi, namun kita harus tetap mengutamakan persatuan dan kerukunan di atas segalanya. Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang dapat menerima perbedaan dengan bijaksana, saling menghormati hak orang lain untuk memilih, dan mengutamakan solidaritas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi seperti ini, kita harus mengingat bahwa tujuan kita bersama adalah menciptakan kehidupan yang lebih baik, bukan menghancurkan satu sama lain.

Menghadapi perbedaan politik, kita harus bisa memisahkan antara urusan pribadi dan kepentingan umum. Meski pilihan kita berbeda, kita semua memiliki harapan yang sama: ingin hidup damai, sejahtera, dan bebas dari konflik yang tidak perlu. Jika kita bisa saling menghargai dan menjaga hubungan baik, saya yakin masyarakat kita akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan apapun, termasuk Pilkada.

Saya berharap, kita semua bisa belajar dari pengalaman ini. Jangan biarkan politik merusak hubungan kita sebagai sesama anak bangsa. Mari kita fokus pada hal-hal yang lebih penting: menjaga kebersamaan, saling membantu, dan menjaga rasa persaudaraan. Kita semua adalah bagian dari bangsa ini, dan perbedaan pilihan politik seharusnya tidak menghalangi kita untuk hidup rukun dan damai. Jika kita bisa merangkul perbedaan dengan hati yang lapang, saya yakin kita akan menjadi masyarakat yang lebih kuat dan bersatu.

“Siapapun yang menang nanti, semoga amanah.” Kalimat itu menjadi penutup dari segala perasaan resah, pasrah menghadapi hari-hari yang begitu menegangkan ini.



Penulis: Ummu Masrurah