Acep Zamzam Noor saat menjadi pembicara dalam bedah buku “Lingkar Sajadah” karya tiga santri SMA A Wahid Hasyim Tebuireng pada Ahad (21/01/2018). (Foto: Raihan Bagas Mahardika-Kopi Ireng)

Tebuireng.online— Menjadi pembicara dalam bedah buku “Lingkar Sajadah” karya tiga orang santriwati SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng, Faiz Faiqoh, Rizka Bela, dan Mumtaz Nabila Ulfah, Acem Zamzam Noor memuji ketiganya sebagai kader penulis yang cukup menjanjikan. Namun, ia menggarisbawahi ketiganya harus terus berproses dan berlatih menulis berkali-kali.

“Anak-anak tadi itu sangat menjanjikan, maksudnya, ketika anak-anak itu berproses untuk kembali latihan menulis berkali-kali maka karya itu akan semakin berarti. Apalagi tadi saya baca bukunya, dan cara penulisannya sudah baik, cara penyampaian ceritanya juga bagus.” ujar Acep di atas panggung bedah buku di halaman SMA A. Wahid Hasyim pada Ahad (21/01/2018).

Dalam mengomentari remaja zaman sekarang, yang lebih gandrung ke media sosial dan juga video, ia mengatakan bahwa itu semua bisa menjadi kegiatan positif jika dilakukan dengan baik.

“Literasi itu kan cakupannya banyak, video dan film sebenarnya juga termasuk literasi. Tapi dasarannya itu ya tetap baca dan tulis. Nah, ini yang harus diperkuat kembali. Media sosial juga kan bisa menjadi sarana publikasi. Tantangan zaman sekarang ya itu, fasilitasnya banyak tapi cobaannya juga banyak,” kata penulis kumpulan sajak ‘Tamparlah Mukaku!’ ini.

Ia mengaku sangat mengapresiasi acara ini. Bahkan ia menyarankan agar acara semacam ini dirutinkan dengan tujuan membangkitkan gairah menulis para santri. Ia juga menyambut baik wacara dari KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah untuk mengadakan lomba menulis cerpen. “Entah se-Tebuireng, apa lebih luas saya nggak tau, ini juga memacu semangat menulis,” tambah lelaki yang juga pelukis itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ia berpesan kepada para remaja agar selalu memperkuat niat, tekad dan juga istikamah dalam berkarya. “Yang diperlukan adalah niat, karena itu penting, yang kedua itu tekad, jangan sampai pas di acara ini semangat kita kuat tapi setelah acara selesai semangat kita berubah (menurun), yang terakhir kita juga harus istikamah dalam berkarya,” pungkas pria kelahiran Tasikmalaya itu.


Pewarta:            Rihlana Ardhian Ghuvara

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin