Oleh: Dr. KH. Ahmad Roziqi, Lc., M.H.I.*
اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَسْلِيمًا كَثِيْرًا لَانَبِيَّ بَعْدَ لَه الله اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان، وسلم تسليمًا اَمَّا بَعْدُ اُوْصِي نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena betapa besar nikmat Allah kepada kita. Terutama Allah memilihkan Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin Hadraturrasul Muhammad SAW menjadi nabi kita semua. Maka sungguh Allah memilih kita menjadi umat terbaik dibanding umat-umat sebelumnya. Imam Al-Busyiri dalam burdah menuliskan:
لَمَّا دَعَا اللهُ دَاعِينَا لِطَاعَتِهِ ، بِأَكْرَمِ الرُّسْلِ كُنَّا أَكْرَمَ الأُمَمِ
Ketika Allah memanggil Nabi Muhammad utusan paling mulia, maka kita adalah umat yang paling mulia.
Tentu kita semua sangat hafal mengapa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul? Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةࣰ لِّلۡعَـٰلَمِینَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Surat Al-Anbiya’: 107)
Syaikh Nawawi dalam Murah Labid menjabarkan “tidaklah Aku mengutusmu (Muhammad) wahai makhluk paling mulia membawa syariat Islam, aturan hidup, guidance hidup, kecuali menjadi rahmat bagi semuanya.” Syariat itu bukan menjadi beban hidup kita, tapi justru menjadi pntu rahmat bagi kita semua. Syariat adalah kebutuhan kita.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Di antara syariat Allah SWT yang memandu kita dalam beribadah, menjalankan misi penciptaan kita yaitu tunduk dan patuh kepada Allah. Maka ketahuilah di antara bentuk ibadah yang terbaik tafaqquh fi al-din, ngaji, belajar. Sebagaimana dalam keterangan adabul ‘alim wal muta’allim “tidaklah seorang hamba itu beribadah kepada Allah dengan cara yang melebihi kebaikan tafaqquh fi al-din”. Betapa ngaji ini begitu penting.
Karena setiap amal harus disertai dengan ilmu, pengetahuan. Karena amal-amal tanpa ilmu itu ditolak oleh Allah. Oleh karena itu, maka hari-hari yang kita lewati di pesantren ini, isilah dengan kegiatan yang baik. Marilah kita gunakan sebaik-baiknya. Karena kita sedang menjalani ibadah yang terbaik.
Sehingga kita dapat menjadi seorang yang faqih. Kedudukan seorang faqih itu melebihi seribu orang ahli ibadah. Betapa istimewa kehidupan kita sudah diberi Rasul yang terhebat, serta diberi kesempatan melakukan ibadah yang terbaik yakni tafaqquh fi al-din. Maka nikmat yang begitu besar ini tidak pantas disia-siakan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
*Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari
Pentranskrip: Yuniar Indra Yahya