Oleh: Sayyidah*

April menjadi salah satu bulan istimewa, di bulan ini lahir salah satu sosok perempuan hebat yang gelisah memikirkan nasib kaum perempuan, serta memperjuangkan hak-hak perempuan pada masanya, yang masih dapat kita rasakan manfaatnya hingga saat ini. Dialah sosok Kartini.

Dalam film jejak langkah dua ulama, RA Kartini digambarkan sebagai sosok perempuan yang dahaga terhadap ilmu, bermula dari ketertarikannya kepada tafsir surat Al-Fatihah kemudian Ia mengusulkan agar sang kiai, Kiai Soleh Darat untuk menuliskan terjemah Al-Qur’an yang kemudian oleh sang kiai dihadiahkan kepada ibu Kartini pada hari pernikahannya.

Pemikirannya yang tertuang dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, terinspirasi dari ayat Al-Qur’an QS. Albaqarah: 257

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

الله وَلِيُّ الذين آمَنُواْ يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظلمات إِلَى النور

“Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya[1]

Satu demi satu kalimat tulisan Kartini yang dibukukan dalam DDTL –DOOr Duisternis  Tot Licht- sangat bernilai. Frasa dan kalimatnya merupakan mutiara kata warisan RA. Kartini bagi para perempuan –bahkan mungkin seluruh masyarakat- yang berkaitan dengan kaum perempuan, emansipasi hak berpendidikan, yang dapat digambarkan dengan dua hal berikut.

Pertama,  Kartini menggambarkan wanita yang rela berkorban demi kepentingan orang lain. Sebab, perempuan memiliki hati yang penuh cinta sehingga Ia mampu membangkitkan dirinya untuk orang lain dan mampu mengamalkan baktinya itu. Perempuan inilah yang layak menyandang gelar IBU, Ibu yang tanpa pamrih.

Kedua, Kartini menyemangati dan menghimbau kaum perempuan untuk selalu mencoba dan berusaha untuk melakukan sesuatu tanpa menyerah. Beliau juga mengingatkan untuk selalu meletakkan kata penyesalan diawal, padahal kenyataannya penyesalan selalu berada di akhir, artinya kaum perempuan harus mau melangkah ke depan dengan cara menyingkirkan penyesalan.

Seperti yang tertulis dalam bukunya “Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.”  Kemudian, beliau juga menyebut peradaban bangsa menempatkan perempuan sebagai faktor penting. Diantara enam warisan kata mutiara yang disarikan dari buku DDTL adalah sbb.

  1. Ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Kepada mereka tugas besar mendidik anak-anaknya, pendidikan akan membentuk budi pekertinya. Berilah pendidikan yang baik bagi anak-anak perempuan.
  2. Anak perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan serta pandangannya telah diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangnya.
  3. Banyak hal yang bisa menjatuhkan, tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.
  4. Bagiku, tidak ada sesuatu yang yang lebih menyenangkan daripada membuat orang lain tersenyum; terutama orang yang kami sayangi. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan daripada membuat sepasang mata orang yang kita cintai memandang kita dengan penuh kasih sayang dan bahagia. Dan kita merasa kitalah penyebab kebahagiaan itu.
  5. Marilah wahai perempuan, gadis, bangkitlah, marilah kita berjabat tangan dan bersama-sama mengubah keadaan yang membuat derita ini. Untuk dapat menghargai, orang harus dapat mengerti dulu. Dan untuk dapat mengerti, aduh, itu kepandaian yang sukar sekali dicapai! Tidak dapat dipelajari dalam satu hari, bahkan dalam satu tahun.
  6. Dalam perjalanan, berbagai hal yang saya lihat dan dengar semakin menguatkan saya bahwa kecerdasan otak bukanlah segalanya.

Kecerdasan otak saja tidak berarti segala-galanya. Harus ada juga kecerdasan lain yang yang lebih tinggi yang erat hubungannya dengan orang lain untuk mengantarkan orang kea rah yang ditujunya. Di samping otak hati juga harus dibimbing, kalau tidak demikian peradaban tinggal permukaannya saja.

*Mahasantri Tebuireng.

**Artikel ini bersumber dari Mutiara Warisan Kartini Buat Perempuan Indonesia dalam buku RA Kartini dalam Berbagai Perspektif.

[1]  Dalam Sofwatut tafasir tertulis maksud dari kegelapan adalah kekafiran dan kesesatan, sementara cahaya adalah Iman dan Petunjuk. Wallahu a’lam.