Para gadis muslim saat festifal  muslim di Sri Lanka (sumber: www.leisurelk.com)
Para gadis muslim saat festifal muslim di Sri Lanka (sumber: www.leisurelk.com)

Tentang Sri Lanka

Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka adalah sebuah negara pulau di sebelah utara Samudera Hindia di pesisir tenggara India. Sri Lanka berbatasan laut dengan India di sebelah barat laut dan dengan Maladewa di barat daya. Hingga tahun 1972, dunia internasional menyebut negara ini Ceylon.

Ibu kotanya adalah Sri Jayawardenapura Kotte, adalah kota pinggiran dari kota terbesar di Sri Lanka, Kolombo. Banyak orang mengira bahwa ibukota Sri Lanka masih Kolombo. Padahal sejak tahun 1982, pemerintah telah memindah ibu kota dari Kolombo ke Sri Jayawardenapura Kotte, sedangkan Kolombo dijadikan sebagai kota perdagangan dan industri. Sri Lanka sering disebut “Permata Samudra Hindia” karena bentuknya yang unik menyerupai batu permata dan juga keindahan alamnya yang sangat mengagumkan.

Peta Sri Lanka
Peta Sri Lanka

Nama Sri Lanka berasal dari LankaLankadeepa dari Bahasa Sanskerta yang berarti “tanah bersinar. Pulau ini juga disebut dengan beberapa nama, di antaranya adalah Simoundou, Taprobane (dari bahasa Sanskerta: Tāmaraparnī), Serendib (dari bahasa Sanskerta: Sinhala-dweepa), dan Selan pada zaman kuno. Nama Selan ini yang mendasari penjajah Inggris menyebut pulau ini dengan Ceylon, yang kadang-kadang masih digunakan hingga kini.

Islam Masuk di Sri Lanka dan Tekanan Portugis

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Islam masuk sekitar abad 8 masehi, melalui pedagang Arab. Mula-mula dakwah melalui perdagangan, kemudian diteruskan dengan jalur perkawinan. Anak turun pendatang inilah yang menjadi kelompok muslim pertama di Sri Lanka.  Dari situ Islam semakin berkembang, hingga banyak pribumi yang kemudian memeluk Islam. Pada abad 15, perdagangan dikuasai oleh para pedangan Arab di Samudra Hindia termasuk Sri Lanka

(Sumber www.ibtimes.com)
(Sumber www.ibtimes.com)

Namun, perkembangan itu terusik dengan kedatangan Portugis pada abad ke-16 hendak menjajah. Para muslim Moor (kaum muslim Sri Lanka) ditindas dan dipaksa berhijrah ke Pegunungan Tengah dan kawasan pantai timur pulau itu. Kurun waktu abad ke 18-19 beberapa muslim pekerja paksa dari Jawa dan Melayu dibawa masuk oleh Belanda dan Inggris. Hal itu tentunya menjadi salah satu faktor perkembangan Islam di Sri Lanka. Terjadi pertukaran budaya antara orang Jawa-Melayu dan orang-orang Moor.

Pada Abad 20 banyak muslim India dan Pakistan juga hadir menambah khazanah Islam di Sri Lanka. Muslim India dan Pakistan pula yang memperkenalkan ajaran Syiah dan Madzhab Hanafi kepada muslim Sri Lanka. Namun, mayoritas masih setia dengan ajaran Sunni yang tradisionalis tidak terpengaruh dengan paham Syi’ah yang mereka sebarkan. Sehingga , sampai sekarang muslim Sri Lanka masih memegang teguh ajaran Sunni yang dipadukan dengan budaya, tradisi lokal dan hasil asimilasi dengan Arab, India, Jawa, dan Melayu.

Agama di Sri Lanka

sl02Masyarakat Sri Lanka sangat relijius, kehidupan mereka penuh dengan praktik keagamaan dari berbagai agama. Menurut sensus 2011, 70.19% orang Sri Lanka adalah beragama Buddha Theravada, 12.6% adalah Hindu, 9.7% adalah Muslim (utamanya Sunni) dan 7.4% Kristen (6.1% Katolik Roma dan 1.3% Kristen lainnya). Pada 2008, Sri Lanka adalah negara paling religius ketiga di dunia menurut jajak pendapat Gallup, dengan 99% orang Sri Lanka berkata bahwa agama adalah bagian penting dalam kehidupan keseharian mereka.  

Islam menjadi agama tebesar ketiga di Sri Lanka. Meski demikian Islam telah menjadi bagian dari sejarah Sri Lanka, termasuk sejarah perlawanan terhadap penjajah. Sebagian besar muslim adalah muslim Moor dari Timur Tengah, Afrika, dan India, muslim Memon (Singh), sebagian juga dari Indonesia (Jawa) dan Melayu (Sumatera dan Malaysia).  Pada zaman penjajahan Portugis, muslim mejadi bulan-bulanan penganiyaan, diusir, dipaksa hijrah, dan hak-haknya dikebiri.

Walau sudah mendapatkan kebebasan, pada zaman modern, Muslim di Sri Lanka akhirnya memiliki Departemen Urusan Budaya dan Agama Muslim yang dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1980an untuk menghapuskan isolasi komunitas Muslim berkelanjutan di wilayah Sri Lanka. Langkah ini disambut baik oleh seluruh umat Islam seantero Sri Langka dari berabagi latar belakang etnis, karena mengukuhkan keberadaan mereka sebagai rakyat Sri Lanka.

Siapakah Muslim Moor (Moro) itu?

images-2Islam berkembang di Sri Lanka sebab kedatangan para pedagang Arab. Mereka dan anak turun mereka kemudian disebut dengan orang-orang Moor. Mereka adalah para pendakwah sekaligus pedangan dari Maroko, atau Negeri Maghrib, negeri Islam paling barat. Penyebutan itu akhirnya merasuk kepada pribumi menjadi “Moor” (Morocco; nama internasional Maroko). Maroko memang menjadi penyumbang penyebaran Islam yang paling masyhur dalam kurun waktu abad 7-16. Termasuk juga ke Indonesia, Asia Timur dan Asia Tenggara.  Hingga sering ditemui makam ulama dengan nama belakang “al Maghribi”.

Namun ada teori lain, seperti yang tertulis dari buku “Potuguese Rule in Ceylon 1594-1612” karangan Tikiri Abeyasinghe, bahwa mereka yang datang pertama kali ke Sri Lanka adalah keluarga Bani Hasyim yang dibuang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Karena orang Portugis mengenal Arab dan Islam adalah Maroko yang merupakan tetangga seberang mereka di Mediterania, maka muslim Arab dari arah manapun disebut dengan Moro atau Moor, sebutan mereka terhadap muslim Arab Maroko.

Tahun 1505 penjelajah Portugis di bawah pimpinan Lourenço de Almeida mulai masuk ke Sri Lanka, kemudian membuat perjanjian dagang dengan Raja Kotte Parakramabahu VIII (1484–1508). Namun dari perjanjian perdagangan itu, malah kemudian berubah menjadi penjajahan Portugis atas Sri Lanka. Umat Islam mulai ditindas, termasuk dipaksa untuk pindah ke pedalaman dan pantai timur Sri Lanka. 

Portugis dan Maroko memang bertentangga, dipisahkan oleh Laut Mediterania. Namun, secara tradisi, portugis memusuhi muslim Moor (Maroko) tetangganya di Afrika, kemudian menyamaratakan semua muslim yang ditemuinya sebagai musuh dan menyebutnya dengan sebutan Moor atau Moro, terutama kepada muslim Arab. Sebutan itu (Moor) akhirnya disematkan Portugis kepada semua muslim dari semua etnis. Sebutan itu menjadi satu nama yang terwariskan hingga kini di Sri Lanka.

Muslim India dan Pakistan

download-4Selain muslim dari etnis Arab-Maroko, di Sri Lanka juga terdapat muslim yang datang dari India dan Pakistan. Muslim India pertama kali masuk ke Sri Lanka pada masa penjajahan Portugis lalu gelombang berikutnya masuk pada masa penjajahan Inggris yang pada saat itu juga menjajah India. Muslim Pakistan dan India Selatan dikenal karena yang memperkenalkan mazhab Hanafi dan Syi’ah ke Sri Lanka. Mayoritas muslim India berasal dari Tamil Nadu dan Kerala (Kerala terkenal dengan masjid Jami’ Cheraman, masjid pertama di India.

Sedangkan muslim Memon berasal dari Sindh (kini masuk ke dalam wilayah Pakistan). Tahun 1980 jumlah muslim India di Sri Lanka ada sekitar 3000 jiwa yang menganut Sunni yang mengikuti Mazhab Hanafi. Salah satu masjid warisan muslim India di Sri Lanka adalah Masjid al Jami al Azhar Jumma Mosque di Kota Kurunegala. Masjid Muslim India ini cukup besar dan indah, kini menjadi masjid jami’ di Kota Kurunegala, letaknya tak jauh dari Masjid Jum’ah Melayu Kurunegala yang dibangun oleh orang-orang melayu.

Muslim Jawa-Melayu di Sri Lanka

download-1Pada abad ke 18, muslim Melayu dari Indonesia (Jawa) dan Melayu masuk ke Sri Lanka dibawa oleh penguasa Belanda. Mereka adalah pekerja paksa yang akan dipekerjakan di Sri Lanka. Kala itu baik Indonesia, Malaysia dan Sri Lanka sama-sama di bawah penjajahan Belanda. Muslim Melayu yang masuk ke Sri Lanka merupakan tentara resimen Melayu bentukan Belanda untuk ditempatkan di Sri Lanka dan para tahanan Politik dari Indonesia yang dibuang ke sana. Muslim dari Indonesia terdiri dari para bangsawan, tokoh masyarakat, ulama beserta keluarganya yang menentang penjajahan Belanda.

Ada sekitar 50 ribu jiwa keturunan mereka kini yang tinggal di Sri Lanka, mereka mengadaptasi beberapa tradisi Moor Sri Lanka, tetapi tetap mempertahankan tradisi Melayu termasuk penggunaan Bahasa Melayu di lingkungan mereka sendiri hingga kini. Sama seperti di Indonesia dan Malaysia, muslim Melayu Sri Lanka merupakan muslim sunni dan berpegang teguh pada Mazhab Syafi’i.

Namun, secara ekonomi dan kualitas pendidikan keturunan Jawa dan Melayu malah tidak banyak yang berkembang dengan baik. Mayoritas warga muslim Melayu hidup di bawah garis kemiskinan dan ekonomi rendah. Angka pengangguran mencapai 29%. Mereka yang bekerja menjadi professional seperti dokter, pengacara, insinyur, pejabat elit, dan sejenisnya sangat sedikit. Malah kebanyakan dari mereka bekerja di level bawah sebagai pegawai rendahan, sopir, office boys, penjaga malam, ataupun menjadi pedagang kaki lima dan penjaga toko di kota.

Dari segi jumlah,  keturunan Indonesia dan Melayu adalah minoritas, baik minoritas dari semua kalangan di Sri Lanka maupun minoritas di kalangan umat muslim. Dari total jumlah muslim Sri Lanka 1.8 juta jiwa (9,7% dari total penduduk Sri Lanka), maka  populasi keturunan Indonesia berjumlah sekitar 50 ribuan saja alias 4% (empat persen) dari total muslim Sri Lanka. Sekitar 20 ribu orang diantaranya adalah mereka yang tinggal di Kolombo.

Jejak Islam Indonesia di Sri Lanka

Masjid Melayu Java line Kolombo
Masjid Melayu Java line Kolombo

Lebih dari 100 tahun lalu, Sri Lanka atau Ceylon adalah pulau pembuangan tahanan politik penjajah, baik Portugis, Inggris maupun Belanda. Lebih dekat dengan Nusantara, sepertinya menyebabkan Belanda lebih suka menjadikan Sri Lanka sebagai tempat pembuangan tahanan. Islam di Sri Lanka tumbuh berkembang bersama dengan orang-orang
buangan” ini. Pada tahun 1790 saja tercatat terdapat 176 orang dari 23 keluarga, termasuk Sultan Goa Sultan Gusman Usman dan pejabat tingginya, Hulu Balang Kaya, dan Tuan Bagoos Krawan Balangkaya.

Mereka yang terbuang dan  mereka yang memang sengaja merantau ke Sri Lanka turut berkontribusi bagi perkembangan Islam di Sri Lanka, termasuk mereka yang datang dari Indonesia. Bukti-bukti kontribusi itu dapat diketahui dari masjid-masjid yang ada di Sri Lanka. Seperti Masjid Jami Kolombo. Masjid yang dibangun sebelum Portugis datang itu dibangun dan diarsiteki secara otodidak oleh seroang pengusaha muslim Muhammad Balang Kaya, putra Hulu Balang Kaya.

Masjid Jummah Wekande adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Sri Lanka terletak di Slave Island Kolombo. Masjid ini dibangun di atas tanah milik bangsawan asli Jawa bernama Pandaan Bali yang diasingkan bersama dengan para tentara resimen Melayu oleh Belanda. Selanjutnya ada Masjid Melayu Jummah Karunegala yang dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1848 untuk resimen Melayu yang ditugaskan di Sri Lanka.

Selain itu ada juga masjid yang dibangun di kawasan permukiman orang Jawa atau disebut dengan Java Lane di Kolombo. Masjid tersebut diberinama Masjid Melayu Java Lane. Masjid ini dibangun pada tahun 1864 oleh para pensiunan Resimen Melayu asal Jawa dari iuran uang pensiunan mereka. Selain bedakwa dengan membangun dan memakmurkan masjid, para pendatang dari Indonesia ada juga yang menjadi pemuka agama, seperti Tuan Bagoos Krawan Balangkaya. Beliau adalah cendekiawan muslim dan khalifah (jabatan tertinggi para ulama) di Kolombo. Beliau dimakamkan di pemakaman muslim Masjid Agung Kolombo.

Ada juga nama, Kathib Saboo Latiff, ulama besar Sri Lanka dan Bangsawan asal Kalimantan  Barat. Nama-nama lain yang sempat dibuang dan diasingkan di Sri Lanka adalah Amangkurat III tahun 1723. Syekh Yusuf al Makassari juga pernah dibuang disini, sebelum akhirnya dibuang secara menetap di Cape Town Afrika Selatan hingga akhir hayat.

Keadaan Muslim dan Intoleransi Beragama di Sri Lanka

Aksi Protes terhadap tindakan anti-Islam oleh BBS Bikshu radikal Sri Lanka
Aksi Protes terhadap tindakan anti-Islam oleh BBS Bikshu radikal Sri Lanka

Tahun 1980 pemerintah Sri Lanka membentuk Departemen Urusan Agama dan Budaya Islam, khusus menangani kepentingan muslim Sri Lanka. Hal itu juga merupakan sikap tegas pemerintah Sri Lanka terhadap usaha Etnis Tamil yang berusaha menjadikan muslim Sri Lanka sebagai bagian dari mereka. Sebenarnya alasan tersebut sangat politis, sebab pemerintah Sri Lanka dikuasai oleh Etnis Shinhala, tetapi sangat menguntungkan bagi umat Islam.

Etnis Sinhala menentang usaha Etnis Tamil tersebut dan lebih memilih membiarkan umat Islam di sana sebagai ‘etnis muslim’ dengan identitasnya sendiri. Pemerintah memang sangat toleran kepada agama-agama minoritas, termasuk Islam. Hal itu sesuai dengan makna bendera Sri Lanka yang menunjukkan tiga agama besar di negera mutiara Samudra Hindia ini. Lambang  harimau emas dan empat daun emas mengelilinginya adalah lambang agama Budha sebagai agama mayoritas, sedangkan garis warna orange dan hijau adalah lambang Hindu dan Islam sebagai agama terbesar kedua dan ketiga.

Selain muslim Sunni (Madzhab Syafi’i dan Hanafi) serta komunitas kecil Syi’ah, Ahmadiyah di Sri Lanka juga sudah berdiri sejak tahun 1915. Namun, mayoritas muslim Sri Lanka menganggap Ahmadiyah bukan bagian dari Islam. Saat ini ada sekitar 5000 masjid di Sri Lanka yang senantiasa berkoordinasi dengan Departemen urusan agama dan Budaya Islam Sri Lanka.

TIdaka anti-Islam para Bhiksu radikal membuat konflik agama semakin runyam
TIdaka anti-Islam para Bhiksu radikal membuat konflik agama semakin runyam

Islam benar-benar berkembang. Selain masjid, ada juga sekitar 749 sekolah Islam dan 205 madrasah di Sri Lanka yang mengajarkan pendidikan Islam. Salah satu sekolah Islam termasyhur di Sri Lanka adalah Zahira College di Kolombo. Zahira College adalah sekolah Islam pertama di Sri Lanka, dibangun pada tahun 1892 oleh tokoh muslim Sri Lanka I. L. M. Abdul Aziz dan Arasi Marikar Wapchie Marikar dengan bantuan dana dari pengusaha Ahmed Orabi Pasha.

Namun, toleransi ini dirusak oleh para penganut Budha Radikal Bou Bala Sena (BBS). Mereka kerap kali  melakukan penyerangan dan memicu bentrokan antara Budhis dan Muslim. Mereka terdiri dari para Bhiksu Radikal yang sangat membenci Islam dan mengaku memperjuangkan hak penganut Budha. Yang terbaru terjadi pada  16 Juni lalu, segerombolan Bhiksu BBS di Kolombo membakar 10 toko dan rumah milik muslim Sri Lanka, serta menewaskan 4 orang korban.

Gerakan anti Islam ini telah merebut hak-hak kaum muslim Sri Lanka sebagai rakyat. Sebagai Mayoritas, Budha telah gagal membina salah satu sektenya yang ekstrim dan radikal untuk bertindak semaunya sendiri, egois, dan tidak menusiawi. Gerakan penuntutan keadilan oleh kaum muslim dari segala etnis dan aliran, mengucur sejak parahnya kekerasan yang dilakukan oleh para Bhiksu BBS.

Tentu ini sangat mengkawatirkan dan mencoreng toleransi yang dibangun pemerintah dan masyarakat. Apa yang terjadi di Myanmar terhadap muslim Rohingya tidak perlu terjadi di Sri Lanka yang notabene adalah negara yang demokratis sosialis. Pemahaman radikal Budha harus segera diluruskan dan diselidiki akar masalahnya, apakah faktor sentimen agama, ataukah ada faktor lain.  Semoga sejarah lama persandingan Islam dan Budha di Sri Lanka tidak menjadi kacau balau sebab adanya kaum esktrimis ini yang brutal dan tidak manusiawi itu.


)* disarikan dari berabagai sumber.