Ilustrasi bermain dan mendengarkan musik. (sumber: bola.com)

Musik adalah seni yang berupa suara atau nada yang diolah untuk menyampaikan perasaan atau pikiran manusia. Selain itu, musik juga merupakan jenis seni yang universal, memungkinkan semua makhluk hidup berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Selama bertahun-tahun, musik telah dianggap sebagai bahasa universal yang menyentuh perasaan manusia. Namun, musik memiliki kekuatan magis yang dapat menyembuhkan dan menyelaraskan energi setiap makhluk hidup.

Sebagian orang melihat musik sebagai cara untuk bersemangat, menghilangkan stres, dan relaksasi. Terkadang, sulit untuk mengungkapkan bahwa musik adalah bentuk ekspresi diri. Musik memiliki kemampuan unik untuk meresapi kesedihan, meredakan ketegangan, dan membangkitkan semangat, tergantung pada getaran nada yang mendalam dan harmoni melodinya yang menenangkan.

Stimulasi musik yang didengarkan selama masa kehamilan juga sudah terbukti dapat meredakan tangis bayi setelah ia lahir. Hal ini dialami oleh seorang pianis yang selama enam bulan masa kehamilannya tidak bermain piano. Ia juga menghindari konser karena merasakan sentakan terus-menerus dari janin dalam kandungannya yang membuatnya merasa tidak nyaman. Penderitaan seorang ibu hamil akibat kecemasan dan kesedihan selama kehamilan ini kemudian dicoba untuk ditenangkan dengan cara mendengarkan “Madame Butterfly” karya Puccini. Ketika bayinya lahir, ditemukan bahwa hanya stimulus dari “Madame Butterfly” yang dapat meredakan tangis sang bayi.

Musik juga membantu menyeimbangkan perkembangan otak kiri dan kanan anak-anak. Otak kiri manusia biasanya berkembang lebih cepat daripada otak kanan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar sistem pendidikan modern terfokus pada otak kiri, yang memiliki kemampuan untuk menganalisis dan memahami segala sesuatu secara matematis dan logis. Akibatnya, anak-anak terdoktrin bahwa segala sesuatu yang tidak dapat disentuh, tidak kasat mata, dan tidak dapat diterima secara logis dianggap tidak nyata dan tidak penting di dunia ini.

Banyak orang percaya bahwa kita hanya perlu belajar dengan otak kiri yang linier dan halus, dan tidak perlu belajar dengan otak kanan. Kenyataannya, metode ini sering tidak berhasil karena informasi yang dipelajari secara terpisah akan segera terlupakan. Setiap input harus diartikan menjadi unit yang memiliki makna, dan jika kedua bagian otak tersebut dapat bekerja sama, ingatan kita akan jauh lebih baik.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Kalau Musik Haram, Mengapa Berhasil Menyentuh Hati Terdalam?

Begitu banyak manfaat pendidikan musik bagi perkembangan anak sehingga kini para psikolog pun menganjurkan pendidikan musik sebagai salah satu terapi bagi anak yang menderita autisme. Dalam kasus semacam ini, tentu saja bentuk dan porsi pendidikan musik yang diberikan sudah dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak yang bersangkutan.

Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan musik sangat berharga untuk mempersiapkan anak-anak menjadi generasi yang positif, kreatif, orisinal, dan memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan bahkan spiritual.

Namun, sayangnya, pendidikan musik dalam kurikulum sekolah di Indonesia masih sangat jauh dari kata memadai.

Di sisi lain, jika anak Anda baru mendapat kesempatan untuk belajar di usia remaja, jangan menghalanginya. Jika ia sungguh-sungguh berminat, berikanlah kesempatan baginya untuk mengikuti pendidikan musik dan berikan fasilitas yang layak.

Banyak kasus yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dianggap “terlambat” untuk belajar musik, tetapi memiliki minat besar dan kemauan keras, bahkan mampu berprestasi di bidang musik.

Memulai lebih awal akan sangat bermanfaat bagi pengenalan pada dunia musik, bukan hanya permainan instrumen tertentu. Memang tidak dapat disangkal bahwa ada anak-anak dengan bakat istimewa yang mampu bermain instrumen dengan baik, bahkan sangat baik, di usia yang masih sangat belia.

Baca Juga: Sejarah Musik dalam Perkembangan Islam

Si “Anak Ajaib” Wolfgang Amadeus Mozart, misalnya, sejak usia empat tahun telah menarik perhatian bangsawan Eropa melalui kemahirannya bermain piano dan kreativitasnya dalam menggubah lagu. Hal ini sebetulnya tidak mengherankan jika melihat latar belakang keluarganya yang merupakan musisi. Ayahnya, Leopold Mozart, adalah seorang pemimpin orkestra di sebuah istana di Salzburg, Austria. Ibunya, yang merupakan putri seorang musisi, juga turut berperan dalam perkembangan musikalitas si kecil Wolfgang, bahkan sejak ia masih dalam kandungan.

Bagaimanapun juga, jika Anda tidak yakin anak balita Anda memiliki bakat istimewa dalam musik seperti Mozart, Anda tidak perlu memaksanya untuk mahir memainkan instrumen musik di usia yang masih sangat muda. Sebaiknya, Anda mulai menawarkan pendidikan musik secara bertahap dan sesuai dengan usia serta minat anak.



Penulis: Ayu Amalia