Gambaran santri saat belajar menggunakan teknologi

Berdiri menjadi pusat pendidikan tertua, pesantren merupakan pilar penting dalam kontribusi pembentukan generasi penerus yang berilmu, berakhlak, berbudi pengerti, berjiwa sosial dan berperan terhadap bangsa. Namun kini sistematika pendidikan telah berkembang pesat beriring dengan perkembangan teknologi, dimana hal ini berhasil menjadi tantangan tersendiri bagi kehidupan pesantren. Terlebih mengenai isu kurikulum pendidikan saat ini. Sehingga timbul diantaranya pertanyaan mengenai modernisasi kurikulum pesantren, apakah akan menjadi tantangan atau kebutuhan?

Sistematika pembelajaran pesantren memiliki ciri khas tersendiri, seperti pembelajaran dengan menggunakan kitab klasik, metode sorogan dan bandongan hingga materi kajian fiqih, tasawuf, tafsir, tauhid dan akhlak yang menjadi fokus utama. Sejak pesantren didirikan, melalui sistem dan metode demikian telah berhasil melahirkan tokoh-tokoh ulama yang memiliki peranan besar pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana kelebihan dari sistem-sistem yang digunakan adalah ketekunan dan kedalaman pemahaman materi para santri. Selain itu hal ini juga didukung dengan tenaga pengajar yang mampu dan mumpuni dalam sistematika tersebut.

Tetapi dengan adanya perkembangan zaman yang berhasil membawa dunia pendidikan ikut serta berkembang. Dengan demikian modernisasi kurikulum dalam sistematika pembelajaran di pesantren mulai menuai perhatian. Dimana menurut sebagian pihak merasa bahwasanya sangat diperlukan adanya modernisasi kurikulum pesantren dan sebagian lainnya bersikukuh tidak ingin melakukan perubahan dalam kurikulum pesantren. Karena mereka takut akan adanya reduksi terhadap nilai – nilai pesantren dan penggeseran fokus santri terhadap materi umum dari penguasaan kitab kuning dan adab.

Baca Juga: KH. A. Wahid Hasyim, Pelopor Pendidikan Kurikulum Modern di Pesantren

Selain itu kekhawatiran ini juga dilandasi dengan kurangnya tenaga daya pengajar di pondok pesantren yang dirasa masih kurang mumpuni untuk menyelenggarakan kurikulum terpadu ini. Dikarenakan untuk merealisasikan kurikulum terpadu ini selain diperlukan strategi yang tepat juga kemampuan tenaga pengajar untuk para santri agar modernisasi ini berjalan lancar tanpa harus mengorbankan jati diri pesantren.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Namun modernisasi ini pun bukan hanya sekadar perubahan kurikulum untuk mengikuti trend semata tetapi sebagai bentuk memenuhi kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Dimana dengan dunia yang semakin terbuka bersama pesatnya perkembangan teknologi akan menjadi tantangan tersendiri bagi para santri. Dimana dalam hal ini peranan pesantren juga akan dipertanyakan mengenai kontribusi nya dalam melahirkan generasi penerus. Dengan demikian perlu juga untuk membekali para santri dengan kemampuan berpikir kritis, komunikasi global, dan pemahaman dinamika sosial dan teknologi dalam menjawab tantangan zaman.

Mengutip dari pendis.kemenag.go.id Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, juga menegaskan mengenai pengembangan standar mutu pesantren dalam mencakup penyusunan kurikulum yang fleksibel, mencapai pembelajaran yang relevan dan sistem penjaminan mutu yang akuntabel. “Standar mutu ini harus adaptif dan bisa menjawab tantangan zaman. Kurikulum pesantren tidak boleh statis. Ia harus berbasis nilai, tetapi juga terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tegasnya dalam kegiatan strategis di Tangerang Selatan.

Adanya modernisasi kurikulum pesantren bukan berarti menghilangkan kurikulum sebelumnya, seperti pembelajaran kitab kuning. Akan tetapi menjadikan sistem atau kurikulum sebelumnya lebih hidup dan kontekstual. Karena saat ini para santri tidak hanya menjadi problem solver, tidak hanya memiliki tempat di masjid dan mimbar, akan tetapi santri juga akan menjadi visioner dalam menjawab tantangan zaman di ruang-ruang publik, pemerintahan, media, bahkan dalam kancah internasional.

Baca Juga: Pesantren Transformatif: Menemukan Kearifan dalam Menghadapi Tantangan Zaman

Dengan demikian pesantren bisa menggunakan pendekatan-pendekatan yang relevan dan sesuai dengan kondisi perkembangan zaman, seperti halnya pendekatan wasathiyah (moderat) dalam menyikapi perubahan. Sehingga pesantren tetap bisa menjaga nilai-nilai dan tradisi pesantren, namun tetap terbuka dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal ini juga bisa direalisasikan dengan pembentukan kolaborasi antar ulama, akademisi, dan pemerintahan supaya dapat mencapai proses yang berimbang dan berkualitas.

Modernisasi pesantren bukanlah ancaman ataupun penghiyanatan terhadap cultere pesantren namun salah satu bentuk ikhtiar menjaga pesantren tetap relevan dan dapat berkontribusi di tengah masyarakat. Yang pastinya ini juga akan dapat tercapai dengan kebijakan pesantren dalam melakukan modernisasi ini. Sehingga kita dapat menjadikan pesantren tetap sebagai pilar penting dalam pembentukan generasi penerus yang berkualitas dan siap menjawab tantangan zaman.



Penulis: Zulfa Nuril, Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari

Editor: Rara Zarary