Oleh: Dr. Jamaludin Acmad Kholik, Lc. MA.
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai kecenderungan yang baik dan ke arah positif yaitu ke arah Islam. Fitrah manusia diantaranya adalah mengakui Allah sebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al-Qur’an (Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan sunnah (sabda Nabi dan perbuatannya).
Sebagai hamba Allah yang punya fitrah seperti ini, manusia mempunyai misi yang harus dilaksanakan di dunia ini. Misi ini sangat jelas digambarkan oleh Allah Swt. Dalam surat al-Hajj ayat 77-78 sebagai berikut:
77.” Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
- dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong”.
Dalam ayat ini Allah Swt. memerintahkan orang-orang beriman untuk ruku’, dan sujud, sebagai inti ibadah dan rukun Islam. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kita untuk menyembah Allah Swt.tanpa menyekutukannya dengan apapun, dan melakukan amal kebaikan sebagai syarat kalau kita ingin sukses di dunia dan akhirat. Perintah-perintah ini merupakan tugas individu setiap manusia.
Ini berarti bahwa manusia secara umum mendapat arahan dari Allah Swt untuk mengabdi kepadaNya. Pengabdian kepada Allah adalah sebagai hasil dan akibat dari pengakuan kita kepada Allah sebagai pencipta. Mengakui Pencipta berarti mengakui apa yang disampaikanNya, menerima arahanNya, menjalankan Undang-undangNya dan sebagainya. Usaha-usaha ini adalah bagian dari bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT. sebagaimana yang disebutkan dalam QS.2:21:
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu”.
Pengabdian kepada Allah merupakan implementasi dari ma’rifah terhadap Allah (mengenal Allah). Mengenal Allah juga dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan memikirkan alam sebagai ciptaanNya. Melihat gunung-gunung, hewan dan sebagainya merupakan cara untuk mengenal Allah melalui ayat Kauniyah. Seperti yang disinggung dalam Al qur’an QS.31:10:
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.
Setelah melakukan pengabdian kepada Allah, kita diperintahkan untuk memperbanyak kebajikan. Kalau pengabdian terhadap Allah merupakan hablun minallah, maka melakukan kebajikan merupakan bentuk hablun minannas. Contoh dari kebajikan yang bisa kita lakukan adalahmembantu orang-orang lemah, melalui zakat, infaq maupun sedekah. Islam menaruh perhatian yang sangat besar dalam masalah sosial. Bahkan sholat yang sifatnya ibadah mahdhah (murni), kalau dijalankan dengan baik akan mempunyai efek sosial juga, terlihat dari sikap dan perilakunya di masyarakat.
Dalam surat al-Hajj di atas, dilanjutkan dengan perintah yang punya efek terhadap kehidupan umat dan kemanusiaan secara umum, yaitu perintah untuk melakukan jihad. Jihad mempunyai fungsi untuk mengawal dakwah Islam kepada manusia. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa makna jihad bukan hanya perang melawan orang-orang kafir yang memerangi umat Islam saja, tapi mencakup semua bentuk usaha untuk meninggikan kalimat Allah, baik menggunakan lesan, tulisan, atau melalui lembaga yang konsen dalam memperjuangkan agama Allah (dakwah).
Kalau seorang muslim bisa menunaikan misinya seperti yang disebutkan dalam surat al hajj ayat 77-78 di atas, berarti dia sudah menjadi hamba Allah yang sejati. Maka mulai hari ini, kita perlu membuka lembaran baru, niat yang baru, semangat baru dan pola pikir yang baru, dengan melakukan secara maksimal misi di atas, agar bisa menuju jalan yang di ridhai oleh Allah Swt. Wallahu A’lam.
Penulis: Dr. Jamaludin Acmad Kholik, Lc. MA, Dosen Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng
Publisher: M. Ali Ridho