sumber ilustrasi: bola.com

Oleh: Rara Zarary*

Kami mengelus dada
sesekali tampakkan senyum dengan linang air mata -yang sama disimpan di balik canda, yang sama ditepis memalingkan muka-
wajar, bertahun-tahun tak ada tanda tanya apalagi tegur sapa

Rumput-rumput hijau pesawahan yang merona bernyanyi,
mengiringi langkah cepat kami mengejar waktu Maghrib yang begitu singkat melipat sunyi

Padahal cerita-cerita masih pagi
prolog belum juga tuntas untuk saling dimengerti

Hujan sempat menahan,
waktu berlalu menampakkan langit semakin malam
tiada pilihan kecuali merayakan kembali pisah dengan selamat tinggal yang pasrah

Jalan-jalan desa saling bersahut ria
menyorak perihal cerita yang tak tuntas dibaca
menyoal kita yang tak pernah tahu kapan kembali berjumpa

Air mataku hujan sepanjang jalan pulang
menyatakan terima kasih pada tuhan
menanyakan kapan temu kembali dipersilakan

Semoga Tuhan terus menjaga
semoga kita sama-sama bahagia

Perihal temu, setelahnya kita dituntut melepas dengan tuntas,
tanpa memedulikan kerelaan bahkan kata jangan

Kembalilah berjuang
Selamat jalan.

Sumenep, Oktober 2020.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online