Salah satu santri Pondok Pesantren Sains Tebuireng sedang melihat area green house di sekitar pondok. (foto: jurnalsains)

Tebuireng.online– Greenhouse sendiri adalah sistem pertanian inovatif dan ramah lingkungan yang dapat menghadirkan berbagai manfaat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Di Trensains, program Green House didirikan dari tahun 2019 karena adanya kerjasama dengan salah satu universitas ternama di Surabaya.

Pada mulanya program ini ditugaskan pada santri organisasi HISPALA yaitu, organisasi lingkungan di bawah naungan SMA Trensains. Namun, karena adanya beberapa hal, akhirnya program tersebut cukup tak terururs dan dipindah keamanatannya kepada pihak SMP Sains.

Awalnya saat melakukan penelusuran pondok, Tarno salah seorang yang mengurus Greenhouse menemukan Green House yang tak lagi terurus. Akhirnya beliau berinisiatif untuk mengembangkannya lagi dibantu oleh pihak dari SMP.

Saat ini pun pihak dari SMP yang terkait dengan progam ini juga mengalami kesusahan akibat kerusakan yang cukup parah.

“Lahannya kering, banyak semak belukar di sana, plastik penangkal UV-nya juga sudah berlumut,” begitulah kata ustadzah Suryatin Ardiningsih selaku pembina program Green House, Sabtu (31/8/2024).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Salah satu tanaman hydroponic di area green house Pesantren Sains Tebuireng.

Beliau pun berkata program ini juga baru dimulai kembali setelah adanya liburan panjang akhir semester kemarin. “Untuk sementara ini kegiatan yang dilakukan masih sebatas pembersihan lahan. Mungkin minggu besok barulah dilakukan penyemaian bibit,” tutur beliau.

Mengenai permasalahan yang dihadapi, Ustadz Abdul Hamid juga menuturkan banyak hal diantaranya sebagai berikut:

Pertama, diameter pipa terlalu besar, sehingga saat proses pengairan tekanannya tidak bisa dioptimalkan atau aliran airnya akan mengecil. Kedua, plastic UV yang sudah berlumut, berlubang dan berdebu harus segera diganti. Sedangkan, biaya yang diperlukan tidaklah murah.

“Selain itu, hal ketiga adalah pipa-pipanya banyak yang bocor dan berlumut karena tidak terurus. Keempat, lahan yang dikelola hanya sedikit karena tidak bisa dioptimalkan keseluruhan sebab masalah yang pertama,” ucapnya.

Ia melanjutkan, kelima tidak adanya balik modal. Sebenarnya, untuk masalah yang satu ini, modal awalnya telah diberikan oleh yayasan dengan nominal kurang lebih Rp. 10.000.000,00 tapi ini belum juga memadai. Setelah itu, ketika waktu panen, hasil panen akan dijual dan paling laku hanya terjual sekitar Rp. 700.000,00 karena adanya kerusakan dan gagal panen yang cukup banyak.

Tapi, Ustadz Abdul Hamid berkata bahwa, “Memang hasil uangnya tidak seberapa, bahkan tak ada seperempat dari modal. Tapi, bagi saya apa yang dapat dipelajari anak-anak itu tiada harganya,” imbuhnya.

Keenam, yaitu harga listrik yang cukup mahal, sehingga aliran airnya tidak bisa selalu dinyalakan 24 jam. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sudah ada beberapa rencana yang akan terus dikembangkan nantinya. Salah satunya adalah perbaikan serta penambahan sarana yang ada. Selain itu, pihak SMP juga mengharapkan adanya kerjasama dengan pihak SMA agar nantinya program ini bisa terus berkembang.



Tim: Alicia/Salmaa/Chiara/Sarlika

Penyusun: Albii