Buku Kasmaran Berilmu Pengetahuan karya Iwan Pranoto
Buku Kasmaran Berilmu Pengetahuan karya Iwan Pranoto

Manusia merupakan makhluk yang berfikir sudah sewajarnya mereka belajar. Belajar membuat manusia berpengatahuan. Dengan itu, mereka dikatakan ada. Sebagaimana perkataan seorang tokoh filsuf “aku berpikir maka aku ada”. Maka gunakanlah pikiranmu untuk belajar agar engkau tidak dikatakan bagian dari sampah peradaban.

Buku berjudul “Kasmaran Berilmu Pengetahuan” ini berisi tentang kritik dan saran positif mengenai perlunya membenahi sistem pendidikan nasional oleh seorang filsuf pendidikan dan sekaligus pengarang buku ini yaitu Prof. Iwan Pranoto menurut H.A.R Tilaar (selaku anggota akademi pengetahuan Indonesia (AIPI).

Uniknya, Prof. Iwan Pranoto berasal dari lingkungan sains, persisnya matematika, tapi beliau tidak kalah filosofis dalam hal pemikiran tentang pendidikan, dibanding para pemikir yang berasal dari lingkungan ilmu-ilmu budaya.

Saking diperlukannya pemikiran beliau dalam memberi arah terhadap sistem pendidikan nasional, sampai ada perkataan dari Dr. Haidar Bagir tentang beliau “kalau saja saya punya pengaruh, saya akan mesukkan nama mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan kita di India ini dalam Short List calon-calon mentri pendidikan kita di masa yang akan mendatang”, (hal-186).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelumnya memang Prof. Iwan Pranoto ditugaskan Kemindikbud bersama Kemenlu sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan untuk India dan Bhutan, di KBRI New Delhi. India pada tahun 2014 sampai 2018.

Mengenai judul buku ini, tidak lantas isi pembahasan buku hanya membahas seputar judul ini saja. Tetapi judul ini diambil dari salah satu tema yang ada di dalam buku tersebut, artinya buku ini terdiri dari beberapa sub-tema pembahasan yang diambil dari naskah pilihan Prof. Iwan Pranoto di Kompas mulai tahun 2012 sampai 2018 yang bersinggungan dengan pendidikan.

Lantas jika judul buku ini merupakan bagian dari sub-tema pembahasan pasti memiliki kekhususan tersendiri dibanding tema yang lain. Tidak mungkin seorang yang dikatakan filsuf pendidikan asal-asalan dalam mengambil tema yang akan dijadikan judul. Pasti beliau memiliki alasan tersendiri yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Salah satu alasan Prof. Iwan Pranoto mengambil tema “kasmaran berilmu pengetahuan” dijadikan judul bukunya ialah terdapat pada kata “kasmaran” istilah itu tentu diambilnya sebagai terjemahan dari kata “passion” yang artinya bisa diterjemahkan sebagai “gairah” atau “hasrat”.

Hasrat berilmu pengetahuan harus dimiliki setiap orang, khususnya pelajar. Sesuatu yang harus ada dalam hasrat berilmu pengetahuan ialah “kemampuan bernalar” dan “perangai ilmiah”. Untuk menanamkan kemampuan bernalar dan perangai ilmiah kepada pelajar guna berilmu pengetahuan ialah mula-mula pelajar harus belajar meragui. Karena setiap orang memiliki kemampuan alami yaitu habits of mind atau kebiasaan berakal, antara lain perangai skeptis atau meragui.

Pelajar yang meragui akan otomatis menyelisik kesahihan sesuatu yang diragui. Tapi pendidikan hari ini tampaknya mengorbankan hal tersebut, karena dianggap tidak penting. Pendidikan kita hari ini lebih fokus kepada kuantitas dari pada kualitas.

Pelajar dicekoki dengan berbagai ilmu pengetahuan, tanpa ada pengimbangan untuk meragui melalui kegiatan menelisik kesahihan argumen, tebih-tebih ilmu eksakta, persisinya matematika. Menghafal dalil pitagoras menjadi lebih utama karena akan ditanyakan di ujian ketimbang menelisik kesahihan rangkaian argumen yang menurunkan dalil itu.

Hal tersebut menyebabkan pelajar berkeyakinan bahwa pengetahuan ilmiah, khususnya matematika yang diajarkan kepada mereka hanyalah sebagai kumpulan fakta yang cukup diserap pasif dan sebagai kebenaran mutlak.

Kasmaran berilmu pengetahuan juga tidak luput dari peranan pemimpin atau pemerintah. Jadi pemerintah sangat berperan dalam membentuk hasrat berilmu pengetahuan dalam benak para pelajar. Hal ini terdapat dalam sistem pendidikan nasional melalui kementrian kendidikan dan kebudayaan.

Sebelum berbicara tentang sistem pendidikan alangkah baiknya membahas terlebih dahulu hubungan antara pendidikan dan kebudayaan, karena ada yang beranggapan pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal dan berpisah.

Terlebih lagi rangkaian kebijakan selama ini juga menguatkan kesan bahwa pendidikan dan kebudayaan tidak memiliki keterkaitan sebab-akibat. “padahal, jika diyakini suatu bangsa masih mungkin mengubah kebudayaan esoknya, dan melalui pendidikan lah cara paling berpeluang besar. Bagaimana kehidupan esok, sejatinya dipikirkan dan dituangkan ke dalam sistem pendidikan”,(hal-20).

Antara sistem pendidikan nasional, pendidikan dan kebudayaan bertemu di sini dan saling membutuhkan satu sama lain. Pertanyaannya apakah pendidikan kita sudah baik?. Prof. Iwan Pranoto akan menjawab pertanyaan tersebut melalui buku ini.

Pembaca akan juga setuju dengan perkataan H.A.R. Tilaar yang mengatakan Prof Iwan Pranoto merupakan seorang filsuf pendidikan, melalui kritik dan saran positif beliau mengenai perlunya membenahi sistem pendidikan nasional.

Mungkin pembaca juga akan menemukan sesuatu yang baru dari hal tersebut, sesuatu yang tidak pernak terlintas sedikik pun di benak pembaca. Ditambah dengan bahasa yang sederhana, tetapi tidak mengurangi sedikit pun apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca dan terdiri dari sub-tema pembahasan sangat cocok bagi para pemula pembaca buku ilmiah, karena antara sub-tema sebelum dan sesudahnya tidak terpaut jauh.

Buku ini menjadi buku wajib bagi semua orang yang memiliki minat khusus di bidang pendidikan, khususnya orang yang terlibat dalam menentukan policy pendidikan nasional kita. Tapi tidak lantas melarang orang selain tersebut membaca buku ini terutama kutu buku, karena teman terbaik dalam hidup adalah buku. Buku ini dibukan untuk semua kalangan yang ingin membaca. Mungkin hanya ini, semoga bermanfaat. Terima kasih dan selamat membaca.

IDENTITAS BUKU

Judul Buku                            : Kasmaran Berilmu Pengetahuan

Penulis                                    : Iwan Pranoto

Tebal                                      : 198 halaman

Penerbit                                  : Kompas

Cetakan                                  : 2019

Peresensi                                : Muhammad Nuril Anhar*


*Santri PP.Annuqayah Lubangsa Selatan.

Baca Juga: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Spiritual Ala KH. Hasyim Asy’ari