Oleh: Silmi Adawiya*
Banyak orang yang sering menunda amal saleh hanya karena beberapa alasan. Mau bersedekah, ditunda terlebih dahulu sampai tabungan banyak. Mau shalat Dzuhur, masih menunggu waktu yang mendekati shalat Ashar. Dan banyak lagi contoh sehari-hari yang sepertinya sepele, namun tidak baik jika dipelihara seterusnya. Bukankah Nabi berpesan kepada kita untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya? Imam Muslim meriwayatkan dalam hadisnya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal, sebelum datang fitnah (ujian, godaan, keadaan genting yang sulit membedakan antara yang haq dengan yang batil-pen) laksana lipatan malam yang gelap, pada pagi hari seorang menjadi seorang yang beriman dan di sore hari menjadi seorang yang kafir atau sore hari menjadi seorang yang beriman dan pagi hari menjadi seorang yang kafir, (karena) ia menjual agamanya (hanya) dengan sebgaian dari dunia.” HR. Muslim.
Sifat menunda hanya akan membawa kerugian pada diri kita di dunia. Dan penyesalan jauh lebih dalam nantinya di akhirat. Karena jika kita renungkan lebih dalam, bahwa kematian tidak akan pernah bisa ditunda, ia datang kapan saja. Bayangkan jika kita mati dalam keadaan belum melakukan kebaikan apapun, karena selama ini hidup kita penuh dengan menunda-nunda.
Ibnu ‘Athai’illah As-Sakandari menyatakan dalam karyanya bahwa penundaan dalam beramal adalah simbol dari kebodohan seseorang. Kebodohan yang mempengaruhi jiwanya dalam mengarungi hidup ini. Disebut bodoh karena ia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang, padahal bisa jadi dalam menunggu waktu luangnya itu ajal menjemputnya. Atau bisa saja justru kesibukannya semakin bertambah karena yang namanya kesibukan dunia akan terus menumpuk karena selalu berkaitan antara satu dengan lainnya.
Bahkan sering terjadi pula disaat mendapatkan waktu luang, justru tekatnya melemah karena terhanyut godaan dunia lainnya. Oleh karena itu sepatutnya segera bangkit melakukan amal-amal yang bermanfaat dan mendekatkan diri pada Allah sebelum terlambat. Bukankah Allah sudah mengingatkan dalam QS Al-Fajr: 23-24
وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ
يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى
Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
Dari ayat tersebut terlihat bahwa akan ada suatu golongan yang menenyesal hanya karena kebiasaan menunda dalam beramal kebaikan. Sikap yang seperti itu bisa disebut dengan At-Taswif (menunda kebaikan). Penyakit yang berbahaya yang sengaja digunakan iblis dalam menghadang manusia untuk taat dan bertaubat kepada Allah. tersirat dalam QS Al-Hadid: 14 bahwa manusia yang menunggu dan ragu-ragu serta tertipu oleh angan-angan kosong adalah mereka yang tertipu oleh iblis.
*Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta, alumnus Unhasy dan Pesantren Putri Walisongo Jombang.