tebuireng.online– Selain pesantren, Tebuireng merupakan tempat tujuan wisata keagamaan dengan adanya makam para ulama dan masyayikh, di antaranya KH. Hasyim ‘Asyari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdurrahman Wahid, dan lain sebagainya. Hal tersebut lah yang menyebabkan banyaknya peziarah yang berdatangan ke Jombang khususnya Tebuireng.
Setiap hari, ada saja peziarah bersama rombongan besar datang ke Pesantren Tebuireng untuk menziarahi makam para masyayikh itu. Toko-toko yang berjejer menjajakan berbagai oleh-oleh pun tak sepi dari pengunjung. Namun, keramaian itu tak setiap hari terjadi. Pada hari-hari tertentu, kadang bisa meningkat drastis, seperti hari Kamis-Ahad dan hari-hari besar Islam. Apalagi kalau menjelang Ramadhan, tempat yang disediakan tak cukup hingga mengantri dan berdesakan.
Berikut wawancara wartawan Tebuireng Online, Nazhatuz Zamani kepada peziarah dan satpam makam tentang motif peziarah dan pelonjakan jumlahnya.
Beberapa hari menjelang bulan Ramadhan keramaian makam ulama Tebuireng semakin bertambah, ditandai dengan banyaknya peziarah yang berdatangan. Seperti halnya Ibu Bashiroh dari Kediri yang berziarah ke wali 8 Selasa (31/05/2016). Rombongan mampir ke Tebuireng untuk berziarah ke makam Gus Dur sebelum berangkat ke wali 8.
Ketika ditanya soal tujuan, Bu Basyirah mengatakan, bahwa ia bersama rombongannya yang terdiri dari 30 orang ibu-ibu, berziarah ke makam Gus Dur bukan semata-mata karena menjelang ramadhan melainkan rutinan. “Ziarah untuk pengajian memang dilakukan setiap 6 bulan sekali, dan kebetulan ini bertepatan pada bulan Sya’ban. Maka kami niati saja untuk menyambut bulan yang bagus dengan kebagusan pula,” ungkap Ibu 35 tahun ini.
Berbeda dengan Bapak Muhammad Shidiq dari Nganjuk. Bersama rombongan 63 guru-guru TPQ di kampungnya berangkat ke Tebuireng dalam rangka berziarah ke wali 5 (wali Jawa Timur) termasuk ke Madura. Kalau Bu Bashiroh berziarah karena memang menjadi rutinan, sedangkan Pak Muhammad Shidiq memang sengaja berziarah pada bulan Sya’ban. Pak Muhammad mengatan bahwa keberkahan bulan suci Ramadhan yang segera tiba disambut dengan perbuatan baik, menziarahi makam-makam wali Allah.
“Memang sengaja kami mengambil momen berziararah di bulan Sya’ban, karena untuk menyambut bulan yang diberkahi Allah. Maka kami menyambut dengan kebaikan pula. Dengan berziarah ke makam wali-wali Allah,” ujarnya dengan menunjuk makam Gus Dur.
Seolah daya tarik tersendiri ada pada makam Gus Dur dan para masyayikh Tebuireng. Keberkahan dan kekeramatan kadang menjadi magnet utama orang-orang khususnya kaum nahdliyin untuk berbondong-bondong mendatangi makam-makam para kiai dan wali. Kehausan spiritual diyakini terobati jika mengunjungi makam-makam itu. Seperti pengakuan Pak Saidun dari Banyuwangi. Ia mengaku berkali-kali ke makam Gus Dur. Setiap setelah ke makam, ia mengaku merasa tenang dan seperti mendapatkan hidayah, lebih enteng memikirkan persoalan hidup dan makin rajin beribadah.
Pak Saidun, bahkan sering datang sendiri ke makam dan semalaman berdzikir di depan pusara makam Gus Dur dan Mbah Hasyim. Ketika ditanya apakah hobinya ini tidak mengganggunya menafkahi keluarga. Ia menjawab, bahwa dirinya sudah bertanggungjawab memberi nafkah dari toko kelontong rumahan yang lumayan besar di rumahnya yang dikelola anak sulungnya. Malah ia menyayangkan beberapa orang yang hobi ziarah seperti dia, tapi tidak diimbangi dengan stabilitas nafkah kepada keluarga. Baginya hal itu seperti ingin dapat surga tapi melalui neraka.
Mengenai jumlah peziarah, menurut penuturan salah satu satpam makam Gus Dur, Bapak Abdul Munir, keramaian peziarah memang meningkat. Akan tetapi makam Gus Dur lebih banyak didatangi oleh peziarah pada hari Ahad atau hari-hari besar Islam. Namun, ia tak tahu persis jumlahnya. Setahunya, dalam sebulan bisa menghabiskan satu buku tamu tebal dan besar, itupun yang mencatat hanya kepala rombongannya, bahkan banyak juga yang tidak menulis. Dia memperkirakan di hari-hari sepi mungkin mencapai angka 1000-2000, pada hari ramai bisa di atas 5000.
Hari-hari ramai itu seperti pada bulan-bulan menjelang Ramadhan, seperti bulan Rajab dan bulan Sya’ban, makam Gus Dur selalu mengalami peningkatan drastis. Seperti pada bulan-bulan ini banyak sekali peziarah, sehingga tempat yang disediakan tidak mencukupi. Di bulan Ramadhan nantinya makam akan ditutup dan biasanya akan dibuka kembali pada malam 20 Ramadhan, menyediakan tempat untuk peziarah mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qodar dan sepuluh hari terakhir di bulan penuh berkah itu. Hal itu dikarenakan makam menjadi salah satu pusat kegiatan santri. (Nazha/Abror)