Judul buku   : Sejarah Ka’bah

Penulis         : Prof. Dr. Ali Husni al-Kharbuthli

Cetakan        : 1 Juli 1013

Penerbit        : Turos Jakarta Selatan

Tebal             : 361 Halaman

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Peresensi     : Ari Setiawan*

Mengurai seluk beluk Rumah Suci Allah tidak bisa terbantahkan bahwa dia adalah salah satu keajaiban di dunia ini . Terletak di tanah tandus yang dulunya tidak ada penghidupan sama sekali. Tanah yang sekarang menjadi pusat peradaban Islam serta peradaban perekonomian di semenanjung Arab yakni Mekkah. Bangunan Ka’bah adalah Kiblat bagi umat muslim di seluruh dunia , setiap tahunya ratusan juta umat muslim dunia melakukan aktifitas kehambaaan periodik.

Ka’bah, adalah sebuah bangunan yang berbentuk kubus dengan diameter ukuran panjang , lebar serta tinggi 13,16 meter X 11,53 meter X 12, 03 meter di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang berukuran sekitar 10 X 8 meter persegi dengan dua pilar yang menjulang kelangit yang telah melalui fase – fase pembaharuan sekian kali. Buku yang bertajuk sejarah Ka’bah ini adalah hasil terjemahan dari tulisan salah seorang buru besar di salah satu perguruan tinggi ternama di Mesir. Uraian yang lugas dan penuh dengan referensi dari literatur kirab – kitab klasik, menambah kekayaan data dari sebuah penelitian tentang nilai historis sebuah bangunan yang tak pernah lapuk di makan zaman yakni Ka’bah serta segala sesuatu yang berkaitan denganya.

Fakta historis mengenai Ka’bah yang masyhur dijumpai dalam buku – buku sejarah peradaban Islam. Bahwa Ka’bah di bangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, sebagai penyeru bagi umat manusia untuk melakukan ritual haji. Namun menurut beberapa sejarawan Islam seperti Ibnu Fadhilah Al-Umari mengatakan bahwa Ka’bah didirikan oleh para malaikat sebelum bumi di ciptakan. Hal ini berlandaskan kepada firman Allah, kepada para malaikat-NYA, bahwa Allah akan mengutus khalifah di muka bumi, dan para malaikat menanyakan alasan Tuhan menciptakan khalifah yang kelak akan merusak bumi dan menumpahkan darah dari saudaranya sendiri. Maka Allah pun murka terhadap para malaikat atas ucapanya itu. Lalu para malaikat lari menuju ‘Arsy dan memohon ampun kepada Allah, dan para malaikat mengelilingi ‘Ars sebanyak tujuh kali seperti yang dilakukan pada saat thawaf ibadah haji sekarang ini. (Hal. 21).

Sedangkan menurut Ibnu Qutaibah menyatakan bahwa Ka’bah di bangun oleh Nabi Adam. Bahkan ada sejarawan juga yang mengatakan bahwa Ka’bah di dirikan bukan oleh nabi Adam, melainkan di bangun oleh putranya yakni Syits bin Adam. Sejarah yang paling masyhur adalah pendirian Ka’bah di lakukan oleh Khalilullah Nabi Ibrahim beserta putranya Nabi Ismail yang saat baru berusia 30 tahun.

Banyak referensi yang didapatkan penulis buku ini tentang adanya perbedaan mengenai sejarah pada pembangunan Ka’bah. Masing – masing teori mempunyai landasan tersendiri. Namun dari perbedaan inilah justru penulis buku ini mengajak pembaca untuk menengok sejarah dan memberikan wawasan yang luas bagi pembaca.

Ka’bah dan kota Mekkah menjadi daya magnet yang luar biasa serta menjadi sumber rizki bagi penduduk Mekah dari zaman dahulu hingga sekarang, yakni sepeninggal Nabi Isma’il. Paska itu, Ka’bah dikuasai oleh Suku Jurhum yakni Raja al-Harist bin Mahdhah, yang menerapkan sistem bagi siapapun yang hendak mengunjungi Ka’bah agar membayar pajak 10% dari barang perniagaan mereka. Dalam kesempatan yang sama pula, di daerah yang berbeda ada seorang yang mengaku sebagai raja dari suku Amaliq yang bernama Sumaida bin Haubar yang juga menerapkan sistem pungut pajak 10% bagi seseorang yang hendak mengunjungi Ka’bah. Peperanggan pun timbul karena dualisme kepemimpinan yang sama – sama haus akan kekuasaan dan harta pajak atas Ka’bah. Suku Amaliq pun menjadi penguasa hanya beberapa saat saja, kemudian suku Jurhum merebut kembali kekuasaan atas Ka’bah dan Mekah. Kemudian kekuasaan periode ini berlangsung selama 300 tahun (hal. 52).

Paganisme pernah melanda Kota Mekkah dan bangunan Ka’bah. Penduduk di sekitar Ka’bah menyembah kepada berhala ketika pada masa kekuasaan suku Khuzahlah dengan Raja Amru bin Luhai al Khuzai yang pertama kali membawa tradisi menyembah berhala. Menurut riwayat disebutkan bahwa ketika raja Amru ini berkunjung ke suatu tempat untuk berobat ke kota Baqa’ di daerah Syam, menanyakan kepada para penduduk Baqa’ tentang apa yang di lakukannya terhadap berhala–berhala itu. Permintaanya kepada penduduk Baqa’ pun terwujud. Maka raja Amru meminta pada penduduk Baqa’ agar memberikan patung untuknya seperti apa di yang dilakukan oleh penduduk Saba’, Diberikanlah patung yang paling besar yang diberi nama Hubal. Kemudian patung tersebut di letakan di tengah bangunan Ka’bah. Raja Amru bin Luhai al Khuzai memerintahkan kepada masyarakat di sekitar Ka’bah agar menyembah berhala Hubal dan masyrakat Mekkah kala itu pun mulai lalai dan hilang akidah tauhidnya Nabi Ibrahim Alaihissalam. (Hal.55).

Ka’bah dengan pesonanya menyimpan sejuta sejarah di dalamnya. Bangunan yang tak akan pernah lapuk di makan zaman ini begitu diagungkan dari mulai didirikanya hingga kelak sampai hari kiamat tiba. Tak pelak, bangunan ini masih tetap kokoh dan selalu dikunjungi hampir setiap harinya dan setiap tahunya, untuk melakukan Ibadah Umrah maupun Ibadah Haji.

Fokus pembahasan dalam buku ini lebih dari sekedar mengurai sejarah tentang Ka’bah dan hal yang mengenai Mekah. Melainkan pembaca di ajak seolah–olah terbawa dalam sebuah nuansa khazanah keilmuan tentang seluk–beluk pusat peradaban islam masa lalu itu. Karena dalam pembahasanya Ali Husni al-Kharbuthli begitu detail mengulas sejarah Mekkah dan Ka’bah dari masa ke masa, serta paganisme yang terdapat di dalamnya. Selain itu beberapa hal tentang sejarah dan arti sumur zam – zam. termasuk mengenai sumur zam – zam yang pernah hilang dan terkubur pada masa Raja Madhad bin Amru al Jurhumi sebelum kemudian di temukan kembali oleh Abdul Muthalib dalam sebuah mimpinya.

Kajian-kajian yang dilakukan oleh Tim Penerbit Turos menambah akan khasanah keilmuan pembaca. Buku ini juga dilayak di baca dan di miliki bagi setiap seseorang yang rindu akan Ka’bah, rindu akan Mekkah, Rindu Akan Pangilan Allah Subhanahu wata’ala. Selamat membaca !

* Peresensi adalah santri Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Tebuireng