Oleh :KH. Mustain Syafi’i, M.Ag.

(QS: Ali Imran Ayat: 164) لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS: Ali Imran Ayat: 164)

Jamaah jum’at rahimakumullah

Sesungguhnya Nabiyullah Muhammad sudah wafat tidak ada nabi setelah itu, adapun alasannya karena agama ini telah sempurna. Setiap bulan maulid, umat islam selalu memperingati kelahiran beliau (maulidur rasul) Benarkah, itu sebuah peringatan atau hanya sekedar perayaan? Perayaan adalah acara hura-hura  yang ramai yang  dirayakan sedangkan peringatan adalah  memetik hikmah dari apa-apa yang diperingati.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ayat diatas menunjukkan bahwa diri hadrotur rosul, nabiyullah Muhammad Saw. Adalah pribadi yang penuh anugrah, memberi secara gratis. Ada dua sektor yang diservis dari kehadiran Rasulullah kepada kita. Ke dua sektor itu untuk dilihat apakah kita sudah menerimanya.

Pertama,   Petikan ayat Yatlu alaihim ayatihi, dialah, yang berrati Nabi Muhammad  yang telah membacakan ayat-ayat Allah.  Dari sektor ke Al-quran-an apakah kita ini termasuk dhomir maf’ul (him) atau sejauh mana di refleksikan dari Rosullah kepada kita, terhadap ayat-ayat Allah yang dibawakan kepada kita.

Orang yang beriman, apalagi yang muda-muda kemunkinan besar tidak bangga kepada nabi. Mereka masih lebih mengidolakan tokoh-tokoh seni di pentas-pentas music. Mereka yang suka lagu india akan mengidolakan aktor-aktor india dan begitu juga aktor-aktor yang lain. Mereka berani bayar mahal untuk bertemu mereka dan ketika sudah bersalaman mereka bangganya luar biasa.

Benarkah kita sudah mendidik anak kita untuk mengidolakan nabi Muhammad, kita tau bahwa kedepan ada bahaya besar yanag mengancam anak-anak kita, walaupun setiap harinya hidupnya terdidik namun berani (beringas). Ini menarik terdidik tapi kok bisa beringas?. Salah satu penelitian menyatakan bahwa faktor yang mempegaruhi anak- anak semakin berani dan angkuh kepada orang tua, guru dan orang sekitar adalah karena diwaktu kecilnya sering bermain game.  Orang tua dengan bangganya ketika sudah membelikan anak-anaknya game,  tanpa mengetahui apa bahaya bagi anak-anak yang bermain game tersebut. Penelitian mutaakhir menyatakan bahwa paling sedikitnya ada 10 game  yang  beredar saat ini yang paling disukai anak-anak yang mana kesemuanya mengandung trik kekerasan.

Baik, bagi yang mempunyai anak, coba perhatikan anak-anak kita, jika dia dipanggil kok agak bengong, minta sesuatu dengan mimik merengek-rengek dan manja, itu indikator bahwa dia mulai dungu dan mengidap kekerasan.  Ini kami sampaikan karena pengidolaan ini tidak tepat, salah sasaran, sehingga refleksi  kpribadian Hadrotur Rosul   sebagai uswatun hasanah belum lending.

Secara umumul lafdhi jika kita membaca Al-Qur’an, sudah masuk belum  kata yatlu alaihim ayatihi yang disampaikan Rosul kepada diri kita, istri kita, anak-anak kita, keluarga kita, dan rumah kita. Seorang kepala keluarga punya  kewajiban menghiasi rumahnya dengan Al-qur’an. Seberapa pun dan yang tak kalah penting mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua,   ayat Wayuzakkihim, Rosulullah telah merubah mental-mental orang jahiliyah yang beringas yang selalu mengandalkan nenek moyangnya,”wajadna alaihi aba’na” bagi pemerhati Al-qur’an semua kata “wajadna alaihi aba’na” adalah berkonotasi negatif, merasa keturunan ini dan ini, karena itu islam menghabisi primordialistik dengan gaya bahasa yang sederhana,(tilka ummatun qod kholat, walakum ma kasabtum), sudahlah itu prestasi mereka bagaimana dengan prestasi kita? Ayat ini (wayuzakkihim) memberikan  indikasi bahwa kepribadian, moral yang baiklah yang menyebabkan orang menjadi terhormat, walaupun tidak pintar.

Kita tahu bahwa orang-orang yang mempunyai nasab kepada Rasulullah menjadi terhormat, itu anugrah dari Allah. setelah Nabi wafat  memang ada hal-hal yang hanya diwariskan oleh keturunannya seperti harta dan lain-lain, tetapi untuk tilawatul ayat, bagaimana  akhlak, ilmu dan kepribadian beliau adalah warisan umum. Semua orang berhak mewarisi hal ini dan bahkan dianjurkan mewarisi hal ini, barang siapa yang mewarisi ia akan mendapat anugrah Allah.

Oleh karena itu, suatu saat kholifah ma’mun mengeluh pada ahli hikmah, bagaimana nasib anaknya, beliau berkata : bagaimana mendidik anak saya kedepan? Sebagian dari mereka berkata, (fa adabun yatahalla bihi bainanan nass) didiklah anakmu dan bekalilah  anakmu dengan adab, kepribadian yang santun, yang bisa berhubungan secara bagus dengan manusia, menghadapi para mentri dengan santun,  menghadapi orang –orang istana dengan santun, mengerti menjadi aktor yang bagus, bagaimana diluar istana, menghadapi tetangga,petani,  pedagang dengan sikap dan bahasa yang santun. Hal ini yang dimaksud oleh ahli hikmah ”fa adabun yatahalla bihi bainanan nass”.

kemanisan keilmuwan yang dipadukan dengan etika-etika yang manis hanyalah sebuah refleksi kecil dari kepribadian Rasulullah.  jangankan kita menyebut amalan-amalan beliau yang hebat, sekedar membaca sholawat dengan khusu’ akan mendapat balasan dengan beberapa kali lipat.

Diceritakan ada seorang awam yang mendengar bahwa sholawat itu rahmat, pribadi Rasulullah itu penuh rahmat, penuh salam. Dia tak percaya mesti Nabi, suatu saat diperjalanan ia kelaparan, minta kemana-mana tidak ada, akhirnya untuk membuntu kelaparan ia tertidur, tetapi sebelum tidur dia ingat perkataan gurunya, bahwa “pribadi rosul itu memberi rahmat” dan akhirnya dia mencoba membaca sholawat sebanyak-banyaknya dengan khusu’ dan tertidurlah dia, selanjutnya didalam tidurnya ia bermimpi bertemu Rosulullah, yang mana sang Rosul sedang memegang roti dan memberikan kepadanya, setelah roti ditangan ia langsung mengunyahnya, namun dapat separuh ia terbangun dan subhanallah roti yang sisa setengah itu ada ditangannya. Begitulah pribadi sang Rosul, mudah –mudahan kita bisa mencontoh prilaku beliau, Amin ya rabbal a’lamin

*Ditranskrip oleh: Muhammad Ali Ridho