ilustrasi kepemimpian khulafaur rasyidin

Pemimpin ialah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memimpin, memotivasi, dan mengarahkan orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama, dalam beberapa konteks pemimpin bisa bermacam-macam. Misalnya sebagai kepala sekolah di suatu yayasan, ketua di suatu organisasai, kepala desa di suatu desa, dan seorang presiden di suatu negara.

Dalam artikel ini kita akan membahas pemimpin sebagai presiden atau khilafah di suatu negara. Seorang pemimpin harus memiliki sifat sebagaimana dimiliki oleh seorang pemimpin. Yakni seperti yang ada dalam diri Rasulullah Saw.  berupa shiddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Ia juga memiliki sifat-sifat pemimpin pada umumnya seperti adil, bijaksana, dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin atau khalifah memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan suatu negara.

Dalam konteks Indonesia, sudah saatnya kita memiliki dan memilih pemimpin yang adil, arif bijaksana dan yang terpenting bertanggung jawab dan amanah kepada rakyatnya demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia ini.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi: ”Allah Swt akan mempertanyakan semua orang yang memegang amanah atas amanah yang ia tanggung, apakah ia memeliharanya atau menyia-nyiakannya? Hingga Allah Swt akan mempertanyakan seseorang pada keluarganya.” (H.R. Muslim).

Pemimpin yang baik bukan hanya yang pandai berbicara dengan gagah di depan rakyatnya tetapi yang mampu menggali seluruh potensi yang ada dalam negeri yang ia pimpin, pemimpin akan memberdayakan segala potensi yang ada terutama pemberdayaan SDM demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat bersama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Agar kita lebih mengerti tentang bagaimanakah kepemimpinan yang baik itu, mari bersama sama kita pelajari, cermati kisah kepemimpinan para khulafaur rasyidin berikut ini:

Abu Bakar As-Shiddiq

Abu bakar merupakan salah satu sahabat nabi Muhammada Saw. Ia termasuk Assabiqunal Awwalun yakni golongan orang-orang yang pertama masuk Islam. Ia diberi gelar as-shiddiq karena Abu Bakarlah yang pertama kali mempercayai peristiwa isro’ mi’roj.

Masa pemerintahan Abu bakar as-Shiddiq hanya berlangsung 2 tahun. Model kepemimpinan beliau bersifat sentral (seluruh kekuasaan berpusat di tangan khalifah), meskipun begitu Abu Bakar tetap bermusyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah.

Khalifah Abu Bakar memiliki sifat yang lembut, jujur, tetapi sangat tegas, maka bila terjadi kekacaun di suatu negri, khalifah seperti Abu Bakarlah yang dibutuhkan di negeri tersebut. Karena tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan, melainkan kejujuran, kelembutan, serta ketegasan beliau dalam memimpin suatu negaralah yang dapat menjadikan musuh-musuh yang ingin menyerang menjadi terluluh lantahkan.

Adapun keberhasilan yang diraih pada masa pemerintahan ini antara lain adalah: perbaikan sosial, pengumpulan mushaf al-Quran dan perluasan wilayah.

Umar bin Khattab

Beliau merupakan khalifah ke-2 setelah Abu Bakar as-Shiddiq, dalam kepemimpinannya beliau dikenal dengan sosok yang tegas, bertekad kuat, dan berani. Oleh karrna itu, Nabi Muhammad Saw memberinya julukan al-Faruq yang berarti (pembeda).

Umar merupakan pemimpin yang selalu membuat kebijakan revolusioner pada masa pemerintahannya. Umar juga selalu mencapai pencapaian yang baru. Selain itu, yang paling mengagumkan dari kepemimpinan Umar ialah beliau selalu berkeliling pada malam hari di Madinah untuk melihat kondisi rakyatnya.

Selain tanggung jawabnya yang penuh kepada rakyatnya, Umar bin Khattab juga sangat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang. Kecerdasan beliau sangat diperlukan untuk meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang islami.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ini, Islam mengalami puncak kemajuan yang sangat pesat, wilayah kekuasaan Islam semakin besar dan semakin bertambah. Selain itu, prestasi lain yang dicapainya ialah: perluasan wilayah Islam, menata sistem administrasi dan keuangan negara, pembangunan kota baru, dan penetapan kalender hijriah.

Usman bin Affan

Usman bin Affan merupakan khalifah ke-3 umat Islam setelah Umar bin Khattab. Beliau merupakan pemimpin yang berkaraker sejuk, saleh, dermawan, dan sabar. Kesabaran beliau sangat mendukung dalam kesejahteraan rakyatnya, ia menjadi khalifah dengan tempo yang tidak sedikit yakni selama 12 tahun.

Beliau juga berhasil menaklukkan berbagai kerajaan yang menentang ajarannya sebagai buktinya ialah ia berhasil menyebarkan ajaran Islam hingga ke kota Mesir. Keberhasilan yang diraih pada masa pemerintahan ini antarlain adalah pembukuan mushaf al-Quran, perbaikan masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, membangun gedung pengadilan, dan perluasan wilayah.

Ali bin Abi Thalib

Sangat penting bagi kita memiliki pemimpin yang pandai seperti khalifah keempat kita ini yakni Ali bin Abi Thalib sebagaimana hadis yang sangat yang menceritakan tentang kelebihannya yakni “Saya (Rasulullah saw ) adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya ilmu”.

Beliau merupakan sahabat serta menantu dari Nabi Muhammad Saw. Selama menjalankan pemerintahan, ia tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, namun ia juga menyejahterakan rakyatnya berlaku sangat adil dan bijaksana.

Beliau memiliki karakter yang cerdas, teguh, dan mempertahankan kebenaran dan rela berkorban. Suatu negara sangat membutuhkan pemimpin seperti ini, karena di mana negara berada dalam kekacauan politik yang mencekam seorang khalifah bisa dengan tegas mengatasinya.

Adapun prestasi yang diraih dalam pemerintahannya ialah memberantas kaum pemberontakan, memecat dan mengganti pejabat yang kurang cakap, membenahi keuangan negara, menjunjung tinggi ilmu bahasa, dan membangun berbagai fasilitas dalam negara.

Itulah cara kepemimpinan para khulafaur rasyidin yang dapat diteladani oleh para pemimpin zaman sekarang demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia kita tercinta ini.

Dengan demikian mari kita semua mendoakan yang terbaik untuk negara Indonesia kita tercinta ini. Semoga di tahun 2024 ini Indonesia mendapatkan pemimpin yang adil, bijaksana, jujur, amanah, dermawan, bertanggung jawab, dan yang terpenting ialah taat kepada Allah.  Karrna jika di dalam diri seseorang itu terdapat rasa takut kepada Allah maka secara otomatis ia akan menjalankan perannya dengan benar atau dalam kata lain tidak mungkin ia berkhianat dengan amanah yang ditanggungnya.

Baca Juga: Mbah Mun dan Kiai Jamal Ajak Teladani Khulafaur Rasyidin


Ditulis oleh Wilda Azzahrotunnisa’ Saidatul Mufarrokhah