Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari*

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling baik, terutama di bulan Ramadan. Beliau SAW adalah manusia yang paling bagus tubuhnya dan akhlaknya, paling lunak telapak tangannya, paling harum baunya, paling sempurna akalnya, paling bagus pergaulannya, paling mengetahui Allah dengan ma’rifatnya, dan paling takut kepada Allah.

Beliau SAW tidak marah karena dirinya dan tidak benci karena dirinya, akan tetapi kemarahan beliau SAW jika larangan-larangan Allah Ta’ala dilanggar, maka ketika itu beliau SAW marah, dan tidak ada sesuatu yang bisa mereda marah beliau SAW sehingga beliau SAW memenangkan kebenaran, jika marah beliau SAW berpaling.

Akhlak beliau SAW adalah Al Quran. Beliau SAW adalah orang yang paling tawadhu’ (rendah hati), memenuhi kebutuhan keluarganya, dan merendahkan diri di hadapan orang-orang lemah, bila dimintai sesuatu tidak pernah mengatakan “tidak”. Beliau SAW adalah manusia yang paling murah hati, manusia yang paling pemalu, dalam kebenaran tidak membedakan antara yang jauh dengan yang dekat, antara yang kuat dengan yang lemah.

Beliau SAW mengelilingi para istrinya dalam waktu semalam, dan membagi di antara mereka di tempat bermalam, pulang, dan belanja. Adapun dalam masalah cinta, beliau SAW bersabda:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

اللَّهُمَّ هَذَا قَسْمِى فِيمَا أَمْلِكُ فَلاَ تَلُمْنِى فِيمَا لاَ أَمْلِكُ

Ya Allah, ini pembagian yang saya miliki, maka janganlah Engkau mencelaku pada apa yang tidak saya miliki”.[1]

Beliau SAW adalah suami yang sangat bagus pergaulan dan akhlaknya terhadap istri-istri beliau. Rasulullah pernah memasukkan putri-putri sahabat Anshar ke rumah Sayyidah A’isyah ra. agar bermain bersamanya. Jika Sayyidah A’isyah ra. menginginkan sesuatu, beliau SAW tidak melarangnya dan menuruti keinginanya. Jika Sayyidah A’isyah ra. meminum dari suatu tempat, beliau SAW mengambilnya, lalu meletakkannya di mulut Sayyidah A’isyah ra. lalu meminumnya. Beliau SAW bersandar di pangkuan Sayyidah A’isyah ra. dan membaca Al Qur’an, sedangkan kepala beliau SAW di pangkuanya, dan mungkin Sayyidah A’isyah ra. dalam keadaan haid.

Jika hendak bepergian, beliau SAW mengundi para istrinya, maka siapa yang keluar bagiannya, maka beliau SAW keluar bersamanya. Beliau SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Sebaik-baik kalian adalah yang lebih baik sikapnya terhadap keluarganya, dan saya adalah orang yang lebih baik dari kalian terhadap keluargaku”.[2]

Saat Shalat Ashar, beliau SAW berkeliling ke rumah para istrinya, lalu mendekati mereka dan meneliti keadaan mereka. Jika telah datang waktu malam, beliau SAW kembali ke rumah istri yang mendapatkan gilirannya, lalu bermalam di tempatnya. Ketika bepergian dan datang di waktu malam, tidak mau mengetuk rumah istrinya di waktu malam, dan beliau SAW melarang hal itu.

Beliau SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali, jika menyukainya, beliau lalu memakannya, jika tidak menyukainya beliau SAW meninggalkannya. Beliau SAW tidak pernah menolak yang ada dan tidak pernah membebani yang tidak ada. Tidak ada makanan halal dan baik yang disuguhkan, melainkan beliau SAW memakannya. Beliau SAW memakan makanan yang mudah, dan bersabda :

أنَا وَصُلَحَاءُ أُمَّتِي بُرَآءُ منَ التَّكَلُّف

“Saya dan umatku yang baik tidak mau memberat-beratkan diri ( takalluf )”.[3]

Beliau SAW tidak mau makan dengan duduk bersandar. Nabi Muhammad SAW membaca bismillah pada awal makanannya dan membaca Alhamdulillah pada akhirnya). Rasulullah suka manisan dan madu, dan sangat tertarik dengan makanan sejenis labu, dan beliau bersabda:

نِعْمَ الإِدَامُ الخَلُّ مَا أَقْفَرَ بَيْتٌ فِيهِ خَل

Bumbu/lauk yang paling nikmat adalah cuka, dan tidaklah pernah sepi rumah yang di dalamnya ada cuka”.[4]

Beliau SAW makan dengan tiga jari dan mencucupi ketiga jari tersebut, lalu minum dengan duduk, ketika minum bernafas tiga kali di luar tempat minum. Beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya hal itu lebih segar, lebih nikmat, dan lebih menyembuhkan”.

Imam Tirmidzi meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda :

لَا تَشْرَبُوا نَفَسًا وَاحِدًا كَشُرْبِ الْبَعِيرِ وَلَكِنْ اشْرَبُوا مَثْنَى وَثُلَاثَ وَسَمّوا إذَا أَنْتُمْ شَرِبْتُمْ وَاحْمَدُوا إذَا أَنْتُمْ فَرَغْتُم

Janganlah kamu sekalian minum dengan satu nafas seperti minumnya onta, akan tetapi minumlah dua kali dan tiga kali, dan bacalah bismilah jika memulai minum dan bacalah Alhamdulillah jika kamu telah selesai”.[5]

Ketika minum, beliau SAW memberikan pada orang yang berada di sebelah kanannya, meskipun orang yang berada di sebelah kirinya itu lebih tua.

Sahabat Abu Hurairah ra. berkata:

“Rasulullah SAW keluar dari dunia dan perut beliau belum pernah kenyang dengan roti gandum, dan pernah selama satu bulan atau dua bulan di salah satu rumah beliau SAW tidak menyala api dapurnya. Beliau SAW mau memakan hadiah dan tidak mau memakan sedekah, dan membalas hadiah itu. Beliau SAW pernah menyengkal perutnya dengan batu karena lapar, dan pernah bermalam bersama keluarganya selama beberapa malam dengan keadaan lapar.

Rasulullah SAW tidak mau memperbanyak harta dunia semuanya, padahal Allah Ta’ala pernah menawarkan kunci gudang-gudang bumi semuanya, namun beliau SAW tidak mau menerimanya, dan memilih akhirat.

Beliau SAW pernah mengelem sandalnya dengan tangan beliau yang mulia, dan menambal pakaiannya dan timbanya. Beliau juga memerah kambingnya, mencuci pakaiannya, melayani keluarganya dan dirinya sendiri, serta mengangkat batu bata bersama para sahabat untuk membangun masjid. Rasulullah juga menjenguk orang sakit, dan menjaganya dari hal-hal yang menyakitinya, menghadiri jenazah (takziah), dan berjalan bersama para janda, orang-orang miskin, dan orang-orang lemah, serta menghadiri undangan orang kaya atau miskin, orang bawahan atau orang terhormat, dan tidak pernah meremehkan siapapun.

Jika berjalan bersama para sahabat, beliau SAW berjalan di belakang dan para sahabat beliau SAW berjalan di depan. Beliau SAW bersabda: “Biarkan di belakangku untuk para malaikat”. Oleh karena itu dikatakan dalam hadis, bahwa beliau SAW menghalau para sahabatnya, berjalan dengan tidak memakai sandal dan terkadang memakai sandal, dan berjalan bersama para sahabat dengan sendiri-sendiri dan berkelompok.

Kadang-kadang beliau SAW duduk dengan lutut, duduk dengan bersila, duduk dengan bersandar, dan sering kali duduk memeluk lutut dengan kedua tangannya, dan duduk di atas tanah, di atas tikar, dan di atas permadani. Ketika Adi bin Hatim datang,  beliau SAW mengajaknya ke rumah, maka seorang budak wanita memberikan bantal kepada beliau SAW agar duduk di atasnya, namun beliau SAW meletakkan bantal tersebut antara diri beliau dan Adi, kemudian beliau duduk di atas lantai. Adi berkata: ”Maka saya tahu, bahwa beliau SAW adalah bukan raja”.

Beliau SAW adalah orang yang paling fasih dan paling indah pembicaraannya dengan berbicara yang singkat dan padat, mengulangi pembicaraannya tiga kali untuk memahamkan. Ucapan beliau SAW jelas dan bisa dipahami setiap orang yang mendengarnya, tidak berbicara yang tidak ada perlunya, tidak bebicara kecuali pembicaraan yang bisa diharapkan pahalanya, tidaklah duduk atau berdiri kecuali berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Beliau SAW berkhutbah di atas tanah, di atas mimbar, dan di atas onta. Saat berkhutbah memerah kedua matanya, tinggi suaranya, keras emosinya, seperti pemberi peringatan pada pasukan. Beliau SAW berkhutbah:

Amma ba’du, maka sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, sejelek-jelek perkara adalah hal-hal baru yang tidak dibenarkan oleh Al Quran dan hadis, setiap bid’ah itu sesat”.

Tidaklah beliau SAW berkhutbah melainkan membukanya dengan memuji Allah. Beliau SAW berkhutbah dengan berdiri, jika menaiki mimbar, menghadapkan wajahnya kepada hadirin, kemudian mengucapkan: “Assalam alaikum”. Kebanyakan khutbah beliau SAW berbicara dengan Al Quran, terkadang berkhutbah dengan bersandar pada tongkat, terkadang bersandar pada busur panah, terkadang singkat khutbahnya, terkadang panjang sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan masyarakat.

Khutbah beliau berkisar tentang pujian kepada Allah, mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan menerangkan sifat-sifat kesempurnaan Allah, mengajarkan sendi-sendi (kaidah-kaidah) Islam, menerangkan surga dan neraka serta tempat kembali (akhirat), memerintahkan bertaqwa kepada Allah, menerangkan hal-hal yang membuat Allah murka dan hal-hal yang diridhai Allah.

Beliau SAW berkendaraan onta, kuda, dan bagal, (dan yang sering beliau SAW naiki adalah onta dan kuda, karena bagal tidak popular di bumi Arab. Kadang-kadang mengendarai kuda dengan memakai pelana atau tanpa pelana, terkadang memberi semangat kudanya untuk berlari kencang, terkadang membonceng istrinya atau sahabatnya di belakangnya di atas kendaraan onta dan keledai. Beliau sering mengendarai sendirian dan tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya.

Jika tidur dan beristirahat, beliau SAW tidur dengan miring di atas pinggang beliau yang kanan dengan menghadap kiblat. Kadang-kadang tidur di atas kasur, dan kadang-kadang tidur di atas tikar, kadang-kadang tidur di atas tempat tidur dan kadang-kadang tidur di atas lantai. Kasur beliau SAW terbuat dari kulit isi sabut. Ketika beranjak ke tempat tidurnya untuk tidur, beliau SAW berdoa:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوتُ

Dengan menyebut nama-Mu ya Allah saya hidup dan saya mati”.[6]

Beliau SAW tidur di atas sisi pinggang sebelah kanan dan meletakkan tangan kanannya di pipi kanannya, kemudian berdoa:

اللَّهُمَّ قِنِى عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَك

Ya Allah, lindungilah saya dari siksa-Mu di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu”.[7]

Jika bangun dari tidurnya, beliau SAW berdoa:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُور

Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan saya kembali setelah mematikan saya, dan hanya kepadanya tempat kembali[8]. Kemudian beliau SAW bersiwak.

Beliau SAW tidur di awal malam dan bangun di akhir malam, kadang-kadang tidak tidur di awal malam untuk kepentingan umat Islam. Jika tidur, terpejam kedua matanya dan tidak tidur hatinya, jika sedang tidur tidak ada yang berani membangunkan sampai beliau SAW sendiri yang bangun.

Beliau SAW banyak berdzikir dan selalu berfikir,  jika tidak menyukai sesuatu bisa diketahui dari raut wajah beliau, sering kali tertawa hanya berupa senyuman, dan kadang-kadang tertawa sampai tampak gigi geraham beliau. Bila menangis tidak bersuara keras sebagaimana jika tertawa tidak terbahak-bahak, akan tetapi mengalir air mata dari kedua mata beliau. Jika menangis terkadang karena kasihan kepada mayit, dan terkadang karena khawatir dan kasihan kepada umat beliau, kadang-kadang karena takut kepada Allah, kadang-kadang di saat mendengar Al Quran al Karim,  yaitu tangisan karena rindu, takut, atau rasa mengagungkan.

Ketika putra beliau SAW yang bernama Ibrahim ra. wafat, kedua mata beliau mengalirkan air mata dan menangis karena sayang padanya, dan bersabda: “Telah mengalir air mata dan hati bersedih, dan saya tidak mengucapkan apa-apa kecuali yang diridhai Tuhan saya, sungguh karena kepergianmu, wahai Ibrahim, kami semua berduka”.

Beliau SAW bergurau dan tidak mengatakan di dalam guraunya kecuali yang benar. Beliau kadang bermain teka-teki dan tidak berkata dalam teka-tekinya kecuali yang benar, dan bersedia menerima alasan orang yang udzur. Jika menegur hanya berupa sindiran, memerintahkan bersikap halus (kasih sayang) dan menganjurkannya, melarang bersikap kasar, menganjurkan untuk memaafkan dan berakhlak mulia.

Beliau juga suka berharum-harum dan tidak suka bau yang tidak enak, suka mendahulukan yang sebelah kanan di dalam bersuci, bersisir, dan memakai sandal, mau menerima dan memberi) dan di dalam segala urusannya, tangan kanan beliau untuk makanan, minuman, dan bersuci, dan tangan kiri beliau untuk toilet dan kotoran-kootoran yang lain.

Majlis beliau SAW adalah merupakan majlis ilmu. Dalam diri beliau ada kemurahan hati, rasa malu, amanah, sabar, dan ketenteraman, tidak ada suara yang dikeraskan, tidak membicarakan wanita. Orang-orang yang hadir di majlis itu saling mewasiatkan dengan ketakwaan, saling kasih sayang, mewibawakan yang tua, menyayangi yang muda, mengutamakan yang membutuhkan, menjaga orang yang asing, mengeluarkan dalil-dalil yang menunjukkan kebaikan. Para sahabatnya saling menyayang, saling menanyakan keadaan mereka, menghormati setiap orang yang dihormati kaumnya, dan menyerahkan urusan kaumnya kepada orang yang dihormati kaumnya.

Beliau SAW adalah orang yang paling baik muamalahnya, jika berhutang membayarnya dengan yang lebih baik dari yang dihutang, jika meminjam dari seseorang, membayarnya padanya dan mendoakannya, dengan doanya:

بَارَكَ اللَّه فِي أَهْلِك وَمَالِك

Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu”.[9]

Sesungguhnya balasan pinjam (hutang) adalah memuji dan membayarnya. Beliau SAW melakukan transaksi jual beli, bersekutu (syirkah), mewakilkan (wakalah) dan menerima perwakilan, memberi hadiah dan menerima hadiah, memberi dan menerima pemberian, menyewakan dan menyewa, meminjamkan dan meminjam, menghutangi dan berhutang, menggadaikan dan menerima gadai, menolong dan meminta tolong, memberikan jaminan, memberi nafkah, mewakafkan hartanya dan bersedekah. Semuanya dilakukan dengan cara yang paling bagus.

Beliau SAW bukanlah orang yang porno dan juga bukan orang yang suka berkata kotor. Beliau mendengarkan syair-syair dan memberi upah kepada yang benar, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan, bahkan mengampuni dan memaafkannya, tidak pernah memukul pembantu, tidak pernah memukul wanita, dan tidak pernah memukul apapun kecuali berjihad di jalan Allah. Juga tidak disuruh memilih di antara dua pilihan kecuali memilih yang paling mudah (paling ringan) selama tidak mengandung dosa.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. berkata :

مَا مَسِسْتُ دِيبَاجًا وَلاَ حَرِيرًا أَلْيَنَ مِنْ كَفِّ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

“Saya belum pernah menyentuh kain sutera yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah SAW.,” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim). Dalam riwayat yang sama “Saya telah melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun,  beliau SAW sama sekali belum pernah mengatakan “Uf/cih”. Dan jika saya melakukan sesuatu, beliau SAW belum pernah mengatakan “Mengapa kamu lakukan itu?”. Dan jika saya belum melakukan sesuatu, beliau SAW tidak pernah mengatakan “Hendaklah kamu lakukan begini”.[10]

Sungguh Allah Ta’ala telah mengumpulkan kesempurnaan akhlak dan keindahan karakter pada diri Rasul-Nya yang mulia SAW, memberikan ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir kepada beliau SAW, dan memberikan apa saja yang membawa keselamatan dan keberuntungan. Beliau SAW adalah buta huruf (ummi), tidak bisa membaca buku dan tidak punya guru dari manusia, diberikan kepada beliau SAW apa saja yang belum diberikan kepada siapapun di alam semesta ini. Allah telah memilih beliau SAW dari orang-orang terdahulu dan terakhir. Rahmat dan salam Allah senantiasa dan selalu teruntuk beliau sampai hari kiamat. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.


*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.


[1] Hadis riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Hakim.

[2] Hadis riwayat Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah.

[3] Mirqatu Al Mafatih, Syarah Misykat Al Mashabih, jilid 6, halaman 409. Tajul Arus, jilid 1, halaman 6104.

[4] Hadis riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad.

[5] Hadis riwayat Imam Tirmidzi. Lihat “Mausu’ah Ad Difa’ ‘An Rasulillah s.a.w.”, jilid 3, halaman 388.

[6] Hadis riwayat Imam Bukhari.

[7] Hadis riwayat Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, dan Imam Ahmad.

[8] Hadis riwayat Imam Bukhari.

[9] Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar, jilid 14, halaman 448.

[10] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.