
Tebuireng.online- Hari raya Idul Adha dirayakan bersama oleh seluruh umat Islam di dunia dengan mengumandangkan takbir, tasbih, tahmid. Perayaan Idul Adha, 10 Dzulhijah 1439 H di Pesantren Tebuireng 2 yang merupakan ke-5 kalinya, dan perdana menepati masjid Sholahudin yang masih dalam proses pembangunan diikuti 350 jamaah yang merupakan Santri Tebuireng 2, kader tebuireng yang sedang mengikuti diklat, ustadzah, wali santri berada di masjid baru Tebuireng 2 yang masih dalam proses pembangunan.
Khutbah yang disampaikan kepala Pesantren Tebuireng 2, ustadz Umbaran selama 15 menit itu, mencakup kisah awal mula adanya Idul Adha, penggambaran masyarakat dalam pengorbanan, kebahagian, sabar, kerja keras layaknya jamaah haji di Arab Saudi, kondisi pengangungan masyarakat era ini yang mengalami kemerosotan. Para santri turut meresapi kehikmatan khutbah Idul Adha dengan desiran angin yang kencang.
“Pengakuan secara tegas dan tulus atas kemahabesaran Allah Swt. secara terus menerus sangat penting di ungkapkan karena selama ini kita telah melewati batas dengan mengagungkan sesuatu yang sebenarnya tidak berhak untuk diagungkan seperti mengagungkan kedudukan atau jabatan, harta benda, status, bahkan diri sendiri. Kecenderungan seperti itu merusak akhlak sosial, pola kehidupan bermasyarakat, parahnya mengancam komitmen keimanan pada Allah swt.” Cuplikan gambaran kritik atas umat zaman sekarang dalam khutbah singkat beliau.
Selain hal itu, ketakwaan yang dilakukan Ibrahim dan Ismail sangat erat dengan awal mula adanya penyembelihan hewan saat hari raya (Idul Adha). Ismail yang merupakan milik Ibrahim yang sangat berharga, dengan ikhlas Ibrahim bersedia mengurbankannya yang kemudian diganti oleh Allah swt dengan seekor domba. Kini hal tersebut dapat dianalogikan dengan, berkurban bukan hanya menyembelih kambing maupun sapi tapi pesan yang dapat ditangkap ialah, kita diminta untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga.
“Sesuatu yang sangat berharga digambarkan sebagai Ismail. Kita harus mencari Ismail kita dan ikhlas mengorbankannya, dapat berupa harta benda, jabatan atau kedudukan, status sosial, popularitas, dan lain halnya. Setelah kita tau apa/siapa ismail kita maka korbankalah. Karena hal tersebut dapat merusak hubungan dengan Allah Swt dan sesama”, perintah sang khotib pada para jamaah.
Setelah rangkaian sholat, khutbah Idul Adha dilaksanakan, para santri dan ustadzah bermushofahah. Dilanjutkan dengan makan makan yang didahului proses memasak atau membakar daging kambing maupun sapi di setiap kamar lingkungan Pesantren Tebuireng 2. Daging yang diolah para santri merupakan hewan qurban yang disembelih di Pesantren Tebuireng pusat.
Pewarta: Salma
Editor/Publisher: Muh Sutan