Oleh: Nur Indah*

Manusia merupakan makhluk sosial di mana manusia membutuhkan manusia yang lain dalam bertahan hidup. Perilaku manusia dalam berinteraksi ini menciptakan pola pikir, norma, nilai dan kepercayaan yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi yang kita sebut dengan budaya. Budaya inilah yang digunakan oleh manusia dalam bertindak di kehidupan masyarakat sehingga orang yang menerapkan budaya disebut dengan orang yang berbudaya.

Ungkapan terima kasih merupakan ungkapan yang sering muncul dalam percakapan sehari-hari, ungkapan terima kasih memainkan peranan yang sangat penting untuk membangun solidaritas antar individu dan memelihara keharmonisan sosial (Gordon, 1999). Hal tersebut membuktikan bahwa terima kasih merupakan salah satu budaya turun temurun yang dalam pelaksanaanya ini juga perlu dilesatarikan, banyak orang menganggap remeh akan ungkapan tersebut. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak sedikit yang sulit dalam mempraktikkannya.

Adapun 2 faktor dari penghambat pemahaman tentang ungkapan terima kasih ini di antaranya adalah pertama, merambatnya sifat segan, egois dan gengsi. Kedua, budaya yang tidak dilestarikan secara baik, dalam artian minimnya pengetahuan urgensi ungkapan terima kasih sejak dini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kerangka pengembangan karakter dan budaya bangsa melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Sebagai agen perubahan, menjadi tugas penting bagi pendidik untuk diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada peserta didiknya.

Di samping itu, karakter tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi pembentukan karakter utamanya karakter sopan santun. Sopan santun seringkali dipengaruhi oleh konvensi budaya, yang didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat (Fitriah & Hidayat, 2018).

Konvensi kesopanan berbeda-beda di setiap budaya dan begitu pula ketidaksopanan dan kekasaran. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sarana dan prasarana tempat untuk memberikan stimulus dan rangsangan yang meliputi aspek perkembangan pada anak usia dini, atas yang dituju untuk memberikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara merata atau menegaskan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Pengimplementasinya bisa menggunakan metode praktik antar sesama temannya dan mengarahkan, membimbing dan membiasakan akan pentingnya ungkapan terima kasih, sehingga anak tersebut tidak hanya mengerti teori saja, akan tetapi juga dapat membiasakanya hingga suatu saat nanti.

Penggunaan kata maaf dan terima kasih adalah salah satu wujud kesantunan berbahasa. Wardhaugh (1987:267) memaparkan kesantunan berbahasa yang salah satunya adalah ungkapan terima kasih adalah perilaku berbahasa yang memperhitungkan solidaritas, kekuasaan, keakraban, status hubungan antarpartisipan, dan penghargaan. Kesantunan berbahasa menjadi aspek bahasa yang mengedepankan kecerdasan emosional sebab penutur dan petutur dituntut mampu menjaga keharmonisan saat berkomunikasi. Kesantunan menghubungkan bahasa dengan berbagai aspek dalam struktur sosial sebagaimana halnya dengan aturan perilaku dan etika (Kushartanti, 2015). Misalnya, bagaimana cara mengutarakan ungkapan terima kasih kepada lawan bicara.

Kembali pada budaya, penguatan budaya tersebut menjadi solusi dalam meminimalisir hambatan pelaksanaan budaya terima kasih dan meminta maaf sebagai kearifan lokal Jawa. Budaya terima kasih dan meminta maaf memberikan siswa agar dapat karakter bertanggung jawab, jujur, peduli, dapat dipercaya, rendah hati, sabar, dan ikhlas.

Tak jarang seseorang yang pintar namun tidak membudayakan terima kasih dalam kehidupannya, akan sulit mendapatkan pekerjaan atau bahkan teman, karena ia dianggap kurang bisa menghormati orang lain. Jadi, ketiga alasan tersebut merupakan alasan yang penting mengapa wajib bagi kita untuk selalu membudayakan mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang membantu kita.

Memadukan di antara keduanya yakni budaya dan pendidikan anak, maka dapat ditarik kesimpulanya bahwa keduanya tersebut saling berhubungan sehingga ucapan terima kasih tersebut dapat menjadi budaya baik yang perlu dilestarikan dengan diajarkan sedini mungkin kepada anak-anak di usia dini karena yang seperti kita ketahui bersama pembentukan karakter dapat dengan mudah di bentuk di usia yang sedini mungkin.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari