
Setiap individu memiliki trauma, trauma tersebut terkadang datang dari masa lalunya. Dan siapa sangka trauma tersebut dapat diturunkan dari generasi ke generasi? Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak, namun tidak semua keluarga memiliki ilmu yang cukup tentang parenting. Tidak semua keluarga menyempatkan waktu untuk taklim bersama. Sering kali pola asuh yang salah dalam keluarga inilah yang menjadikan trauma kepada anak. Kekerasan dalam keluarga atau yang bisa kita dengar KDRT menimbulkan trauma yang cukup besar pada anak.
Kekerasan, kesedihan yang berlarut-larut serta kurangnya kasih sayang berdampak pada emosi anak yang menimbulkan trauma yang mendalam. Anak sering kali mencontoh apa saja yang ada disekitarnya, jika orang tuanya dulu sering berkata kasar, suka memukul dan tidak perduli kepada orang lain, maka anak itu akan menirunya dan kemungkinan terburuknya anak bisa jadi orang psikopat dimasa yang akan datang. Dimana anak yang mengalami kenangan pahit itu dimasa depannya saat menjadi orang tua bagi anaknya juga bisa menurunkan emosi traumanya dulu diwaktu kecil.
Keluarga bukan hanya bisa mewariskan aspek finansial dan fisik saja kepada keturunannya, namun juga aspek emosionalnya juga bisa diturunkan. Hal tersebut bisa kita kenal sebagai istilah Trans Generational Trauma yang berarti Warisan Trauma Keluarga. Trauma keluarga dapat menciptakan gelombang yang membentuk rantai pola yang berulang. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakmampuan generasi modern dalam memahami dan mengelola emosinya sendiri. Hal tersebut juga bisa berdampak negatif pada keluarga generasi selanjutnya karena trauma akan terus ada dan terwujud dalam perilaku yang merusak.
Jika hal tersebut dibiarkan, maka dapat menyebabkan orang yang mempunyai trauma ini takut untuk berumah tangga dan bisa jadi dia tidak mau menikah sebab traumanya itu. Bisa juga orang yang memiliki trauma ini dalam membangun keluarga yang baru malah membentuk suatu karakter yang tidak baik. Untuk itu, pentingnya memutus mata rantai trauma keluarga ini harus dimulai dari kamu. Agar generasi selanjutnya dari keturunanmu tidak mengalami trauma yang pernah kamu alami. Lalu bagaimana menyelamatkan generasi selanjutnya dari rantai trauma keluarga?
Baca Juga: Semua Orang Berhak Punya Masa Depan
Salah satunya yaitu dengan sadar untuk meredam, sebagai anak yang sudah dewasa harus sadar. Jangan sampai kita melakukan kesalahan atas dasar kesalahan orang lain. Menurut Buya Yahya bahwa dalam memutuskan mata rantai trauma masa kecil, beliau menjelaskan yaitu dengan cara redam dan tutup semua keburukan orang tua dengan semua kebaikan ayah dan ibumu. Redam supaya tidak muncul dendam. “Sebagai anak yang sudah dewasa, Maka tutup itu semua dengan kebaikan ayahmu dan ibundamu, redam supaya tidak muncul dendam didalam diri, sebab kalau ada didalam diri anak itu sebuah dendam, maka itu adalah bibit kehancuran”. Ungkapnya melalui channel youtube Buya Yahya, Senin (11/11/2024).
Lalu baru sembuhkan luka, Setelah sadar bahwa kamu harus bertindak untuk memutuskan rantai trauma keluarga, kamu harus berusaha untuk menyembuhkan luka trauma itu, seperti yang dijelaskan oleh Buya Yahya, dengan melakukan banyak kebaikan serta perbanyak sikap untuk berlemah lembut kepada anak, maka itu bisa menjadi penawar nya, itu termasuk kedalam teori dhohir nya. Lalu untuk teori batinnya adalah meminta kepada Allah untuk dilembutkan hati agar bisa lemah lembut kepada anak.
Setelah itu, memperdalam ilmu parenting dan agama. Perbanyak membaca literasi tentang parenting dan mengikuti kajian agama akan membantu membuka pikiran dan memahami cara mendidik anak dengan baik. Pengasuhan anak dengan cara parenting yang baik akan memberikan dorongan kuat agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan tentunya dapat bermanfaat bagi sesama.
Baca Juga: Kolaborasi Sehat Anak dan Orang Tua Membentuk Keluarga Harmonis
Itulah solusi untuk memutus rantai trauma keluarga. Meskipun trauma itu menakutkan juga mengakar dalam keluarga, namun jalan untuk penyembuhan trauma dapat dilakukan. Yakinlah bahwa kamu pasti bisa, tanamkan jiwa-jiwa kebaikan seperti quotes dari Ustadz Hanan Attaki “Aku hari ini dilukai, besok aku akan membahagiakan. Hari ini aku ditinggalkan, besok aku akan selalu ada. Hari ini aku disakiti, besok aku akan mengobati”. Tetap semangat untuk berjuang menyembuhkan luka, kamu kuat dan kamu hebat.
Penulis: Amalia Dwi Rahmah, Anggota Sanggar Kapoedang