Ketua tim Penerbitan Tebuireng, Ahmad Faozan memberi sambutan dalam agenda ketiga Penerbitan Tebuireng dalam memperingati Hari Santri Nasional 2018 dengan bedah buku dibeberapa tempat, (21/10/2018) di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang. (Foto: Najib)

Tebuireng.online- Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2018, unit Penerbitan Pesantren Tebuireng yaitu tim Majalah Tebuireng, Tebuireng.online, dan Pustaka Tebuireng melanjutkan acara ketiganya, yaitu bedah buku “Tafsir Kebangsaan dan Keislaman” karya Lathiful Khuluq, di Ma’had Aly setelah sebelumnya diadakan dibeberapa tempat dengan membedah buku yang berbeda.

Acara ini adalah yang ketiga setelah bedah buku “Nasionalis Religius” di gedung KH. Yusuf Hasyim lt. 3 Pesantren Tebuireng (19/10/2018) dan Seminar  di Trensains (20/10/2018). Acara ketiga ini dihadiri oleh ratusan orang dari Mahasantri Ma’had Aly Tebuireng, mahasiswa sekitar dan alumni. Dalam bedah buku ini juga hadir dosen-dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Adapun pembandingnya adalah Dr. KH. Musta’in Syafi’i dan KH. Agus Zaki Hadzik.

Ahmad Faozan, ketua Penerbitan Tebuireng menjelaskan bahwa buku ini dulu Pernah dicetak penerbit elbis dengan judul “Fajar Kebangunan Ulama” lalu pada tahun 2018 naskah diberikan kepada Penerbitan Tebuireng. Beliau menyampaikan bahwa berbeda dengan yang lain dalam perayaan hari santri kita meriahkan dengan “Gerakan Membaca” dan lebih mendekatkan kepada tokoh-tokoh santri.

Seperti bedah buku yang lalu, acara ini pun terdapat gerakan membaca yang mempersilakan para hadirin untuk membaca buku selama 10 menit. Dalam acara ini penulis menjelaskan bahwa tafsir adalah sesuatu yang tidak harus tekstual namun kadang kala harus kontekstual.

Sebagai pembanding, Gus Zaki menjelaskan bahwa Kiai Hasyim adalah pecinta Al Quran, salah satu buktinya semua menantu beliau adalah seorang ahli Quran.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Mbah Masruroh itu mengajar membaca al-Fatihah kepada Bu Rahmah, seorang penjaga warung yang nyantri kepada mbah Masrurah selama enam bulan,” ungkapnya.

Selain itu, KH. Musta’in Syafi’i menjelaskan bahwa kiai  Hasyim adalah seorang kiai yang juga seorang aktifis, buktinya tulisan-tulisan beliau tidak jadi monumental, (mengarah lebih ke pergerakan),” ungkap beliau.


Pewarta: Minahul Asna

Editor/Publisher: RZ