Lu’luatul Mabruroh, Mahasiswa Unhasy sekaligus santri di Pondok Pesantren Walisongo yang meraih juara dua lomba esai bahasa Arab dan beberapa kejuaraan menulis lainnya. (Foto: Dokumen Pribadi)

Lu’luatul Mabruroh atau yang akrab disapa Luah, Mahasiswa PBA Unhasy sekaligus santri di Pondok Pesantren Walisongo Cukir Jombang ini kembali menjuarai Festival Jazirah Arab di Uin Maliki Malang. Setelah tahun lalu menyabet juara satu dalam Musabaqoh Qiroatul Kutub tingkat nasional, kini perempuan asal Madura ini berhasil meraih juara dalam event lain, juara 2 esai bahasa Arab.

Tim Tebuireng.online kali ini sengaja mewawancarai Luah, sebagai Mahasiswa sekaligus santri yang  memberikan kiprah positif kepada almamater serta akan memberi dampak baik kepada mahasiswa dan santri lain sebagai inspirasi masa depan.

Perempuan kelahiran Sumenep 28 November ini mengaku bahwa pada dasarnya ia mengikuti lomba esai untuk mencoba mengasah kemampuan menulisnya. Selain itu, event itu merupakan peluang yang bisa ia jadikan parameter sejauh mana kemampuannya dalam mengungkapkan argumentasi melalui tulisan. Terutama karya tulis dalam bahasa Arab.

Siapakah tokoh yang menjadi penyemangat atau acuan dalam kegiatan menulis ini?

Pemicunya adalah mereka para penulis luar biasa. Moh Iqbal, Sayyid Quthb, Mohammad Husain Haikal, Mohammad Abduh, Kareen Armstrong. Mereka memiliki karya-karya yang mampu merubah peradaban dunia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Apakah ini kali pertama Anda mengikuti event menulis esai bahasa Arab ?

Sejujurnya, ini merupakan pertama kalinya saya berpartisipasi dalam lomba esai bahasa Arab. Sebelumnya saya juga aktif mengikuti event menulis fiksi.

Apakah sebelumnya Anda pernah mengikuti event menulis esai?

Pernah.

Ikut dalam event menulis Esai Nasional FSLN yang diselenggarakan Komunitas Lingkar Inspirasi Universitas Negeri Jakarta. Itu adalah awal kali saya belajar membuat esai. Bagi saya, menulis esai itu lebih ringan daripada menulis artikel dan karya berat lainnya.

Apakah menulis adalah suatu hobi bagi Anda? Dan mengapa menurut Anda, kita harus menulis?

Iya, sejak kecil saya suka membaca dan menulis cerita. Karna memang nenek, kakek, dan mbah buyut suka mendongeng saat menjelang tidur. Dan mengapa kita harus menulis? Bagi saya menulis itu media penyalur gagasan, emosi, wacana dari hal yang sangat urgen, nyinyir kritis sampai yang tidak bermakna. Dalam suatu maqolah disebutkan, “Jika kau bukan anak raja, bukan anak bangsawan. dan bukan keturunan priyai, maka menulislah!. Niscaya dunia akan mengenalmu,”

Adakah kiat-kiat menulis yang dapat sekiranya mengacu untuk membuat tulisan kita enak dibaca?

Kiat menulis, yang pertama adalah membaca. Yang kedua adalah menulis. Yang ketiga membaca. Yang keempat menulis lagi. Begitu seterusnya sampai apa yang kita baca menjadi wacana, gagasan, dan ide baru yang siap diledakkan menjadi sebuah tulisan.

Bagaimana cara kita agar konsisten dan memiliki tulisan yang berkualitas dalam menulis?

Jangan setengah-setengah. Kita harus seriusi proyek yang sedang kita garap. Pastikan kita harus memiliki target dan deadline. Bahkan jawara yang terlihat santai pun pada dasarnya telah merintis jalan pelik pada mula perjalanan. Jadi, keep spirit to be succes!.


Pewarta: Umdatul Fadilah

Editor: Munawara MS

Publisher: Rara Zarary