Sumber gambar: http://www.nu.or.id/post/read/69745/bulan-rajab-menanam-syaban-menyiram-ramadhan-memanen-

Oleh: Abda ‘Ilma Rodiana*

Bulan Sya’ban merupakan bulan penuh keberkahan yang terletak antara dua bulan mulia yakni bulan Rajab dan bulan Ramadan. Bulan yang berada dalam urutan ke-8 di kalender Hijriyah ini seakan dilalaikan oleh umat Islam karena telah terlena akan indahnya bulan Rajab dan keistimewaan bulan Ramadan yang selalu dinantikan. Terdapat peristiwa dibalik pemberian nama “Sya’ban” itu sendiri, salah satunya yaitu dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam kitab Fathul-Bari Bab Shaumi Sya’ban yakni, Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.”

Dijelaskan pula dalam kitab Lathoif Al Ma’arif  mengenai bulan Sya’ban bahwa Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:

مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ

“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagamana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain memiliki beberapa keutamaan, terdapat beberapa peristiwa penting pada bulan Sya’ban salah satunya yakni peristiwa dipindahkannya kiblat ke Yerussalem. Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki telah menjelaskan dalam kitab beliau Madzha fii Sya’ban terkait perpindahan kiblat tersebut yaitu:

كان في شهر شعبان تحويل القبلة من بيت المقدس إلى الكعبة، وقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ينتظر ذلك برغبة قوية، ويقوم في كل يوم مقلبا وجهه في السماء، يترقب الوحي الرباني حتى أقر الله عينه وأعطاه مناه، وحقق مطلوبه بما أرضاه

“Di bulan Sya’ban perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Ka’bah, dan Rasulullah SAW menantikan itu dengan harapan yang kuat, Rasulullah SAW berdiri, memandangi langit dengan wajahnya, menanti-nanti turunnya wahyu Ketuhanan, hingga Allah menenangkannya dan memberikan harapannya, dan menyatakan apa-apa yang diminta Nabi SAW dengan ridho Allah SWT.”

Allah SWT juga telah berfirman dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 144 mengenai perpindahan arah kiblat tersebut yaitu:

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.(QS. Al-Baqarah:144).

Selain perpindahan kiblat, di bulan Sya’ban juga masyhur perihal peristiwa diturunkannya ayat Al Quran yang berupa anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, yaitu Surah Al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sungguh Allah dan para malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Selain memiliki berbagai keutamaan, terdapat beberapa amalan-amalan yang dapat dilakukan di bulan yang penuh berkah nan mulia ini di antaranya yaitu:

  1. Puasa sunnah bulan Sya’ban

Di bulan yang penuh rahmat, keberkahan, dan termasuk salah satu bulan haram  ini Rasulullah memperbanyak melakukan ibadah puasa sebagai bentuk persiapan menghadapi bulan nan mulia yakni bulan Ramadan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Rasulullah bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab al –Hanbali rahimahullah juga menegaskan dalam Lathoif Al Ma’arif bahwa dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah. Sayyidati Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau juga mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

  1. Memperbanyak tadarus Al Quran

Memuliakan Al Quran dengan memperbanyak berinteraksi dan mentadabburi kandungannya menimbulkan ketenangan tersendiri dalam hati umat Muslim. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad dalam buku beliau Oase Al Quran menjelaskan bahwa wahyu Qurani adalah cahaya bagi manusia. Tanpa wahyu, manusia dalam kegelapan. Mereka yang hidup bersama Al Quran adalah mereka yang menaburi dirinya dengan cahaya Al Quran dan menyinari orang lain dengan cahayanya. Memperbanyak membaca Al Quran di bulan Sya’ban yang penuh keberkahan ini merupakan keistimewaan tersendiri yang menimbulkan ketenangan hati dan pikiran karena seseorang yang banyak berinteraksi dengan Al Quran tentu akan mendapatkan ketentraman hati yang selalu dinaungi Al Quran. Salamah bin Kuhail rahimahullah mengatakan كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ yang berarti “Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al Quran)”.

  1. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban

Tradisi turun temurun yang lazim dilakukan dan mengakar kuat di kalangan umat Islam Nusantara pada malam pertengahan bulan Sya’ban yaitu membaca Surah Yasin sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca doa. Rasulullah SAW menyatakan anjuran menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dalam sebuah hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Dailami, Imam ‘Asakir, dan Al-Baihaqy sebagai berikut:

‎خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الجُمْعَةِ وَلَيْلَتَيِ العِيْدَيْنِ

“Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya‘ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.”

وقد جمع دعاء مأثور مناسب للحال خاص بليلة النصف من شعبان مشهور, يقرأه المسلمون تلك الليلة الميمونة فرادى وجمعا في جوامعهم وغيرها يلقنهم احدهم ذلك الدعاء او يدعو وهم يؤمنون كما هو معلوم . وكيفيته : تقرأ أولا قبل ذلك الدعاء بعد صلاة المغرب سورة يس ثلاثا .

“Sungguh telah dikumpulkan doa ma’tsūr yang terkait khusus dengan malam Nisfu Sya‘ban. Doa ini dibaca oleh para muslimin pada malam penuh anugerah secara sendiri-sendiri dan berjamaah. Seorang dari mereka menalqin doa tersebut dan jamaah mengikutinya atau ada juga salah seorang yang berdoa dan jamaahnya mengaminkan saja sebagaimana dimaklum. Caranya, pertama membaca Surat Yasīn 3 kali setalah shalat Maghrib yang diakhiri dengan berdoa.

  1. Melakukan amalan-amalan sholih

Selain melaksanakan puasa dan membaca Al Quran, dianjurkan pula melakukan amalan-amalan sholeh di bulan Sya’ban agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta sehingga manusia merasakan nikmatnya dekat dengan Allah SWT. Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab beliau Nashaihul ‘Ibad memaparkan bahwa Abu Bakar asy-Syibli berkata لو دفنتم حلاوة الوصلة لعرفتم مرارة القطيعة yang artinya, ”Jika engkau merasakan nikmatnya dekat (bersama Allah SWT) engkau akan merasakan pahitnya jauh dari Allah SWT.”

Anjuran menjalankan amal sholih dengan menyantuni kaum dhuafa juga dijelaskan dalam kitab Maadza Fii Sya’ban karya Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki yaitu:

قال الحافظ ابن رجب الحنبلي رحمه الله تعالى روينا بإسناد ضعيف عن أنس رضي الله عنه قال: كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على المصاحف فقرأوها وأخرجوا زكاة أموالهم تقوية للضعيف والمسكين على صيام رمضان

“Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahumullah mengatakan, ‘Kami menerima riwayat dengan sanad dhaif dari Anas RA yang mengatakan bahwa ketika masuk bulan Sya‘ban umat Islam tertunduk pada mushaf Al Quran. Mereka menyibukkan diri dengan tadarus dan mengeluarkan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong bulan Ramadan.”

Banyak hikmah yang didapat dari meneladani keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban, termasuk mengetahui beberapa peristiwa penting di bulan Sya’ban yang tentunya akan semakin menambah ketakwaan kita kepada Allah. Selain itu, dengan menjalankan beberapa amalan sholih di bulan Sya’ban semoga senantiasa memperkuat iman kita, dan menambah rasa syukur kita terhadap limpahan nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT, sekaligus dapat memupuk jiwa sosial kita agar peduli terhadap sesama. Wallahu ‘alam bisshowab.


*Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Ciputat Tangerang.