fatikh

Oleh: Fatikhuddin*

Dewasa ini mindset remaja sekarang masih terkontaminasi dengan hal-hal yang serba instan. Tak pelak, ini akan menjadi bumerang bagi bangsa kita, sebab jika ini terjadi maka siapa yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa, lemah dan kuatnya bangsa ini ada dipundak mereka.

Jika hanya berorientasi pada hasil dari pada proses yang harus mereka jalani, maka kebiasaan tersebut akan mempengaruhi gaya berfikir mereka menjadi melakukan apapun yang penting berhasil, padahal semua itu membutuhkan proses. Dari sini mental mereka akan diuji, seberapa kuat dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, bukan hanya berfikir pada hasil akhir. Semua orang juga bisa jika hanya memikirkan hasil dan melupakan bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.

UN ( Ujian Nasional) sudah lewat, banyak dari para pelajar yang berharap agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan agar bisa melanjutkan keperguruan tinggi yang diinginkan. Cara apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan kelulusan, entah itu menerima kunci jawaban dari teman, ataupun membeli dari para calo yang tidak bertanggung jawab. Apa boleh buat UN sudah didepan mata, sedangkan persiapan belum dilakukan 100%. Ditambah lagi dengan ketidak percaya diri-an para siswa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pada akhirnya mereka akan melakukan cara apapun untuk lulus. Sejak remaja sudah seperti ini, bagaimana jika nanti mereka diberi amanah untuk memimpin bangsa ini?. contohnya para koruptor, dalam hal keilmuan mereka boleh dibilang ahli, akan tetapi mereka diperbudak oleh ilmunya sendiri dan tidak bisa menahan nafsu jeleknya. Apakah mereka lupa bahwa Rasulullah SAW adalah sebaik-baik teladan bagi kaum muslimin.

Kalau tidak mau menjadikan Rasulullah sebagai teladannya, lalu siapa lagi? Allah telah menjelaskan dalam al-Qur`an surat al-Ahzab ayat 20: Sungguh, telah ada pada diri Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

Apakah mereka akan bangga dengan nilai yang diperoleh dari proses yang kurang baik, bahkan bisa dikatakan memperburuk citra bangsa dimata bangsa. Sejak remaja aja sudah tidak jujur, apalagi nanti kalau sudah mempunyai tanggungan yang harus diembannya.

Dijadikannya manusia sebagai khalifah dibumi ini agar mereka bisa menjaga apa-apa yang ada bumi. Apalagi tanggal 22 april diperingati sebagai hari bumi, seharusnya mereka lebih melihat bagaimana keadaan bumi kita indonesia, bukan hanya mengambil hak orang tanpa memikirkan kerugian yang akan dialami orang tersebut. Walapun bumi kita Indonesia ini kaya akan SDA, akan tetapi berapa banyak yang dikuasai oleh bangsa asing, seperti kasus freepot. Jangan sampai terulang kembali, sebab ini menunjukkan bangsa kita seolah-olah terjajah oleh bangsa eropa.

Tidak hanya para remaja, maraknya pencurian, pencopetan dan tindakan kriminal lainnya yang dilakukan oleh orang dewasa rata-rata alasannya adalah terpaksa mencuri, terpaksa mencopet karena jika tidak melakukannya, keluarganya akan kelaparan. Cara berfikir yang salah harus segera di benahi sebelum menjalar untuk melakukan hal-hal yang lebih kejam dari pada pencurian dan pencopetan, seperti melakukan pembunuhan, mutilasi dll.

Mustahil tanpa belajar kita bisa berpengetahuan tinggi. Sekarang penurunan intelektual (pengetahuan) semakin menjamur, baik dikalangan pelajar maupun mahasiswa. Yang banyak terjadi, mereka lebih memilih cara yang instan daripada mengikuti sebuah proses yang ada atau yang harus mereka jalani. Contoh kecilnya saja, bisa dari cara mereka menjawab soal-soal saat ujian.

Sebenarnya mereka mempunyai kemampuan dan mampu untuk melakukannya. Akan tetapi, pengaruh lingkungan dan pergaulan yang membuat mereka lebih memilih untuk mencontek temannya, daripada menjawab sesuai dengan apa yang ia pelajari.

Menurut hemat penulis, lebih baik nilai itu jelek hasil keringat sendiri, dari pada nilai baik yang didapat dari cara yang kurang baik. Yang kita perlukan sekarang ini adalah kesadaran atas menghargai jerih payah. Dengan begitu, emosional kita tentang pengetahuan akan semakin bertambah. Mengapa? Hanya dengan cara itulah dia bisa mengetahui dan memahami akan makna sebuah perjuangan. Mendapatkan hasil yang baik memang penting, akan tetapi proses untuk menuju keberhasilan jauh lebih penting.

*Mahasantri Ma’had Aly Tebuireng dan Aktif di Komunitas Penulis Muda Tebuireng, Sanggar Kepoedang