إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى الله عليه، وعلى آله وصحبه، وسلم تسليما كثيرا. اما بعد. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم, تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ صدق الله العظيم.

 

Ayat itu diulang dua kali dalam satu surah Al-Baqarah yang pertama setelah Allah meluncurkan jasa dua nabi besar yang sangat berpengaruh dalam kehidupan keagamaan yaitu nabiyyullah Ibrahim ‘alaihi shalatu wa sallam dan nabi Ya’qub. Dua nabi inilah yang sangat berjasa meletakkan sendi-sendi keimanan. Keduanya sangat perhatian terhadap keimanan generasi berikutnya. Nabi Ibrahim dan Nabiyyullah Ya’qub sehingga umat mengeluh-eluhkan dirinya sebagai nabi yang hebat yang memperhatikan eksistensi keimanan anak keturunanya. anak keturunanya terbuai kabesaran nenek moyangnya Ibrahim dan Ya’qub dan ketika itu Al qur’an menyusul tilka ummatun qodz kholat sudahlah mereka-mereka itu adalah ummat terdahulu laha ma kasabat mereka yang telah mendapatkan apa yang mereka perbuat. Sudahlah jangan terlalu fanatisme terus-menerus , sekarang wa lakum ma kasabtum .

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sedangkan ayat yang kedua bersitutur melengkapi kebesaran kedua nabi tersebut. Tidak sekedar Nabiyyullah Ibrahim, tidak sekedar Nabiyyullah Ya’qub ditambahkan ismail, ada Ishaq, ada Musa, dan ada Isa mereka adalah keturunan-keturunan yang hebat yang sukses menyampaikan keagamaan lalu umat berikutnya sangat berbangga-bangga dengan itu. Tidak sekedar orang Islam saja, Yahudi pun berbangga dengan Musa nya dan umat nasrani berbangga dengan Isa nya. Kemudian generasi kedatangan itu berbangga-bangga, Al Qur’an kembali menegur dengan bahasa yang sama Tilka ummatun qod kholat wes-wes gak usah ngomong kebesaran seng biyen-biyen lah itu sudah jadul, zaman dulu Tilka ummatun qod kholat laha ma kasabat mereka telah memperoleh dan mengukir prestasinya masing-masing, terus awakmu saiki prestasine opo? wa lakum ma kasabtum wala tus’aluuna amma kanu ya’maluun.

Pesantren ini besar (Tebuireng), salah satunya dengan kebesaran pendirinya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy ‘ari kemudian putra-putra beliau dan sekarang cucu beliau KH Abdul Rahman Ad-Dakhil bin KH Abdul Wahid bin KH. Hasyim Asyari. Barangkali ada yang tenggelam dalam lautan kebesaran beliau. Saya takut ayat ini turun lagi untuk Tebuireng dengan bahasa yang sama tilka ummatun qodz kholat , wes-wes cukuplah kebesaran yang dulu betul perlu kita ingat, tapi yang paling penting bukan romantisme historisnya tetapi walakum maa kasabtum saiki prestasimu opo?

Oleh kerana itu tujuan berziarah Menurut sudut pandang keagamaan, setidaknya ada dua tujuan pertama ziaratul qobri lil iqtida’ (memetik hikmah) kedua ziaratul qubri lil imtistal (mencontoh). Ziarah kubur meskipun syeh Asy-Syadzhibi sendiri mengatakan dengan tegas bahwa “orang lain, bukan murid ataupun anak mandoakan orang mati tidak sampai pahalanya” itu menurut Imam Nasa’i, mazdhab yang dipakai Pesantren ini, tetapi Imam yang lain seperti Imam Abu Hanifah. berpendapat “bisa sampai”. Secara pribadi saya mengikuti Imam abu Hanifah karena lebih menguntungkan. Saya sendiri kalau mati lebih memilih pendapat Imam Abu Hanifah yang bisa menerima kiriman fatihah dari orang-orang yang masih hidup.

Berziarah kubur yang diperintahkan adalah ketika orang yang ziarah itu bisa mengambil pelajaran-pelajaran yang religius bisa memetik sebuah hikmah teologis dan bisa merefasi dirinya -cepat atau lambat- seperti yang mati itu yang diziarahi. Aku iki aphe mati maka dia iqtida’ mengambil pelajaran spiritual yang yang bagus-bagus sehingga perilakunya setelah ziarah itu semakin bagus, semakin bagus sebape iling mati. itu peziarah temenan rek! Tidak sama dengan peziarah yang kesini pakai jubah, pakai baju taqwa tapi nyopet itu bukan peziarah itu orang-orang buruk, kita doakan supaya menjadi peziarah temenlah gak dadi pencopet. Itulah yang disebut ziarah lil iqtida’ bertujuan iqtida’ (memetik )

ketika kalian berdzikir di makam Hadratussyaikh di makam Gus Dur dengan tahlilan, yang seperti itu tadi itu bagus, sangat bagus, yang lebih bagus adalah apa iqtida’nya ada yang bisa anda petik dari pelajaran spiritual, dirumah menjadi semakin sholeh, semakin meningkatkan amal ibadah bekal mati itulah ziaroh lil iqtida’.

Yang kedua ziarah lil imtitsal, yaitu untuk memetik sebuah spirit perjuangan mengikuti jejak beliau. Banyak orang berziarah kuburan Wali Songo tapi tidak punya pengetahuan sama sekali. Sunan Ampel itu perjuangan yang menonjol itu apa? sunan giri itu apa? Sunan Bonang perjuangannya yang menonjol itu apa? Yang bisa kita tiru itu apa? Sunan Kudus itu apa?. inilah yang disebut ziarah lil imtitsal dalam beziaroh itu mempunyai semangat mencontoh, sudut untuk mencontoh, sekali lagi mancontoh dari amal bagus yang diziarohi.

Gus Dur yang mempunyai tingkat toleransi yang sangat tinggi, begitu ziarah dari makam beliau, pulang jadi insan yang lebih santun, lebih manusiawi. Lalu ziarah ke Hadratussyaikh, begitu pulang apa yang bisa diambil, dipetik dari perilaku yang alim, perjuangan beliau. Begitu dipetik yang ini-ini, meningkatkan yayasan ini, organisasi ini, itulah ziarah lil imtitsal (mencontoh).

Kayaknya gak ada yah, tujuan yang ketiga ini, gak ada Dalam kitab-kitab gak ada, walau pun kenyataannya tujuan ziarah jadi rekreasi. Dalam hal ini, mohon maaf gak ada referensinya itu gak ada tujuan zairah itu rekreasi. kita kembali pada diri kita walakum maa kasabtum apa amalmu? Apa prestasi kita? Untuk mencontoh beliau-beliau yang sholeh yang telah berpulang kerahmatullah, hanya setitik harapan semoga oleh Allah kita dianugerahi , setidak-tidaknyalah bisa bersama mereka selalu dalam rahmat Allah.

بَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأنِ الْعَظِيْمِ ,وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ وَبِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَةِ الْقُرْانِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ,وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَاِيَّاكُمْ اِنَّهُ سَمِيْعٌ الْعَالِم وَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَ الْغُفُوْرُ الْرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 

*Oleh: KH Musta’in Syafi’i, disampaikan di masjid Tebuireng