Sumber: http://porsiwp.eumroh.com

Oleh : Luluatul Mabruroh*

Kembali pada ajaran Salaf as-Shalih merupakan keniscayaan yang tidak dapat ditinggalkan oleh umat Islam dan para mujtahid pada khususnya. Sebab Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah menyebutkan bahwa kebenaran hakiki terdapat pada kalangan as Salafiyah, generasi terdahulu yang konsisten dan survive mengagumi nilai-nilai ajaran agama yang telah dibangun oleh ulama salaf.

Merekalah yang Rasulullah SAW sebut sebagai as Sawadul A’dham (Golongan Mayoritas) yang menyepakati konsepsi-konsepsi agama yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama Makkah, Madinah dan ulama-ulama al Azhar. Kesemuanya merupakan panutan kelompok Ahli al Haq.

Rasulullah SAW bersabda:

ان الله لا يجتمع أمتى على ضلالة. ويدالله على الجماعة من شذ شذ إلى النار ,( رواه الترمذ ي ) زاد ابن ماجاه: فإذا وقع الاختلاف , فعليك بالسواد الاعظم مع الحق واهل

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan jaminan bahwa umatnya tidaklah akan bersekongkol untuk menyepakati kesesatan, keberpihakan Allah adalah pada Al – Jama’ah, barang siapa yang menyimpang dari konsensus mayoritas berarti bahwa ia mengasingkan diri menuju neraka”. (HR. Al – Turmudzi).

Imam Ibnu Majah menambahkan, “Bila terjadi perselisihan maka pegangilah keputusan yang diambil oleh “as Aswad al A’dham” (kelompok mayoritas) dengan segala komitmen atas kebenaran mereka”.

Kaum Mayoritas yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang konsisten memegang kebenaran (Ahli al-Haq) adalah mereka yang menjadi pengikut Imam Madzhab yang empat “al Madzahib al Arba’ah”. Sebab Imam Bukhori mengikuti Madzhab Syafi’i. Beliau meriwayatkan hadis dari Imam Humaidy, al Za’faroniy, dan Imam Karobi’isiy, demikian juga Imam Khuzaimah dan Imam Nasa’i.

Demikian pula beberapa Imam Muhaddits yang lain di antaranya Imam as Syibi yang merupakan pengikut Madzhab Maliki, Imam Mahaasibi yang bermadzhab Syafi’iy, Imam al Jariry merupakan penganut setia Imam Hanafi. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bermadzhab Hambali dan Imam Abu Hasan al Syadzili merupakan pengikut Madzhab Maliki. Oleh sebab itu, dengan mengikuti satu madzhab tertentu akan lebih terfokus pada satu nilai kebenaran yang hakiki, lebih dapat memahami secara mendalam dan akan lebih memudahkan dalam mengimplementasikan amalan. Dengan menentukan pada satu pilihan madzhab inilah berarti telah dianggap  melakukan jalan yang juga ditempuh oleh as Salafuna as Shalih.

Sebagai kelompok awam dari mayoritas kaum muslimin sudah sepatutnya untuk melakukan rekonsiliasi dengan siapapun yang berselisih dengan merekatkan tali persaudaraan, bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga, kerabat dan seluruh teman, dapat memahami dan melaksanakn hak-hak para pemimpin, bersikap santun dan belas kasih terhadap kaum dlu’afa dan fakir miskin serta mencegah dari segala bentuk permusuhan, saling membenci, memutuskan hubungan, saling menghasut, sekterianisme dan membentuk sekte-sekte baru yang mengkotak-kotakkan agama agar tidak terjadi disentegrasi (perpecahan) di negeri yang merupakan satu-kesatuan.

Demikian juga Hadratussyaikh menghimbau supaya kaum muslimin, utamanya di Indonesia tetap berpedoman pada Al Quran, as Sunnah dan apa saja yang menjadi tuntunan para ulama’, panutan umat yang di antaranya adalah dengan berpegang teguh pada madzhab yang empat yang telah mujma’ alaih, sah untuk diikuti dan dilarang keluar dari selain madzhab yang empat. Selain itu beliau juga menghimbau untuk berpaling dari segenap bentuk organisasi baru yang bertentangan dengan prinsip dasar yang dibangun oleh as Salaf as Shalih.

Rasulullah SAW bersabda:

و أنا آمركم بخمس أمرنى الله بهــن : السمع ,والطاعة ,والجهاد , والهجرة , والجمــاعة . فإنّ من فارق الجمـاعة قيد سبـر فقد خلع ربقــة اللإ سلام عن عنـقه

Aku perintahkan pada kalian semua untuk melaksanakan lima hal, dimana Allah telah memerintahkan hal itu padaku, yakni bersedia untuk mendengarkan, taat dan siap untuk berjihad, melakukan hijrah dan bergabung masuk dalam bingkai Al – Jamaah. Sesungguhnya seseorang yang berpisah dari jamaah walaupun hanya sejengkal, berarti sungguh ia telah melepaskan ikatan tali keislamannya dari lehernya”.

Sayyidina Umar bin al Khattab ra berkata:

عليكم بالجماعة وإيكم والفرقة , فان الشيطان مع الواحد وهو مع الاثنـين أبعد ومن أراد بحبوحة الـجِـنّة فليلـزم الجمـاعة

Berpegang teguhlah kalian semua pada Al – Jama’ah, hindarkan diri kalian dari segala bentuk perpecahan, karena sesungguhnya syetan ketika menyertai anda seorang diri saja, maka dengan sangat mudah ia menaklukkannya dibanding ketika ia menyertai dua orang yang bersekutu, barang siapa bermaksud dan ingin mendapat kenikmatan hidup di dalam surga maka tetaplah bersama Al – Jama’ah.”


*Mahasiswi Unhasy Tebuireng


*Disadur dari kitab karangan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari (Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah).