Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers, Imam Wahyudi (kanan: kemeja batik) memberikan materi seputar hoaks dalam seminar nasional Pusat Kajian Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng, Rabu (12/12/18). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online- Seminar Nasional yang diadakan oleh Pusat Kajian Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari “Integrasi Religius dan Nasionalis Menuju Pemilu Damai”, menghadirkan Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers, Imam Wahyudi. Kehadirannya ini sebagai narasumber dalam memaparkan berbagai cara menyikapi berita hoaks dan perkembangan hoaks yang akhir-akhir ini semakin marak.

Imam Wahyudi memaparkan beberapa bentuk berita hoaks yang mutakhir ini mulai masif di media sosial hingga media cetak. Menurutnya, banyak sekali media online yang merebut perhatian masyarakat dengan judul yang sangat sensasional, namun saat dibaca dengan betul, isi dengan judul sangat tidak sesuai.

“Untuk merebut perhatian dari pengakses mereka kemudian membuat judul yang sensasional, provokatif dan kadang tidak sesuai dengan isi beritanya,” jelas Imam Wahyudi dengan menayangkan beberapa contoh.

Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat ini, mengibaratkan hoaks di media sosial seperti halnya dengan sebuah tembakan yang dapat merusak seluruh komponen di sekelilingnya. Tersebarnya banyak hoaks mutakhir ini, bisa dikatakan karena masyarakat sendiri yang menyebarkan berita tanpa memastikan betul atau tidak.

Saat ini, untuk membuat berita bukan hanya dari diskusi publik tapi juga dari media sosial. Komisi pengaduan masyarakat tersebut menyebutkan bahwa 85% wartawan mencari ide berita dari media sosial, kemudian 57% mengangkat apa yang sedang ribut di media sosial itu ke dalam pemberitaan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Jadi, mereka itu mengidentifikasi narasumber dari media sosial, ini yang jadi masalah. Kalau dulu, masuk media masa itu harus pinter seperti Mas Poy, harus jadi doktor dulu maka kemudian dia terkenal. Kalau sekarang, terkenal dulu di media sosial maka dia mendapatkan titel dari artikel,” paparnya.

Menurutnya, dalam soal pemberitaan dan hal yang terkait, masyarakat adalah aktor paling penting apakah hoaks tersebut menyebar atau tidak. “Kita semua ini menjadi aktor paling penting, apakah hoaks itu bisa menyebar atau tidak, itu paling penting,” tegasnya.

Pada kesempatan itu, Imam Wahyudi menjelaskan dengan detail bahwa hoaks merupakan salah satu alat perang yang tidak tampak, sebagai rakyat Indonesia sudah seharusnya bergandeng tangan tanpa mempedulikan golongan dalam konteks pertahanan alam semesta dalam memerangi hoaks. Kunci dalam memerangi hoaks ialah bertabayyun, dengan adanya informasi dan inovasi maka harus memerikas kebenaran tersebut.

“Jurnalisme itu rukun imannya ada 6. Yang pertama, verifikasi, kedua verifikasi, ketiga verifikasi, keempat verifikasi, kelima verifikasi, keenam verifikasi,” terang Imam Wahyudi sebelum mengakhir penyampaian materi seminar.

Pewarta: Ana Saktiani M

Editor/Publisher: RZ