Oleh: Silmi Adawiya*
Uban adalah rambut yang berubah warna menjadi abu-abu kemudian putih. Kehadiran uban seringkali menjadi masalah bagi sebagian orang mengingat warna dan sifatnya yang cukup menggangu. Banyak dari kita yang merasakan bahwa uban itu membuat penampilannya terlihat tua ataupun tidak rapi, terlebih jika uban tumbuh di usia muda.
Bahkan uban menjadi penyebab rasa gatal yang amat sangat di daerah kepala sehingga ingin rasanya untuk menghilangkan helaian rambut putih dengan segera.
Menurut penelitian ilmuwan dari Spanyol, Ismael Galvan menyatakan bahwa uban itu menjadi tanda absennya melanin yang berarti juga kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat, sehingga tidak tidak dianjurkan untuk mencabutnya.
Penelitian tersebut senada dengan penjelasan kitab Al Jami Li Ahkam As Shalat yang didalamnya terdapat sebuah keterangan berdasarkan kesepakatan ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah, dan hanabilah yang sepakat bahwa hukum mencabut uban adalah makruh.
Dalam kitab yang berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadhi Lahu minal A’mar, Sayyid Abdullah Al-Haddad menjelaskan bahwa uban memiliki makna sebagai pengingat sebagaimana uraian berikut ini:
والشيب مُذَكِّرٌ، أي مذكر بقرب الأجل، وَطَيِّ بساط الأمل، وَمُؤْذِنٌ بقرب الرحيل، وسرعة التحويل. ويقال: الشيب مظنة الأجل، وطريدة الأمل ويقال أيضا: ما أقبح غشيان اللَّمَم إذا ألم الشيب باللِّمَم
“Rambut uban (akibat usia) itu merupakan pengingat akan dekatnya ajal, tertutupnya jalan cita-cita dan angan-angan. Ia juga menandakan masa ‘berangkat’ sudah dekat, dan tidak lama lagi akan berpindah. Ada pula yang mengatakan bahwa rambut uban merupakan pertanda tibanya ajal dan penghapus cita-cita.
Sebuah pepatah mengatakan ‘Alangkah buruknya perbuatan dosa betapa pun kecilnya bila rambut telah mulai beruban.’ Keterangan Sayyid Abdullah Al-Haddad mengingatkan bahwa uban tersebut sengaja diutus oleh Allah untuk menyadarkan manusia agar tidak terbuai oleh indahnya dunia yang berkepanjangan.
Jauh lebih baik jika kita bisa lebih menfokuskan diri pada cita-cita ukhrawi yang lebih mulia. Misalnya dengan kehadiran uban di kepala, kita bisa lebih rajin shalat berjama’ah dan bersedekah.
Mungkin sebagian dari kita sudah banyak mendengar jika uban itu sebuah cahaya dari Allah, namun cahaya disini bermakna seperti apa? Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadisnya:
من شاب شيبة في الإسلام كانت له نورا
“Berubahnya rambut seorang Muslim merupakan cahaya baginya.” (HR. Tirmidzi)
Cahaya disini bermakna sebagai obor yang bisa mengarahkan kembali kepada jalan Allah. Meskipun tidak berarti akan segera meninggal dunia, namun kehadiran uban tersebut diharapkan bisa mengingatkan bahwa ajal sudah bergerak semakin mendekat.
Karena itu Sayyid Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya bahwa kehadiran uban di kepala itu menandakan masa “berangkat” yaitu mulainya fase kehidupan yang berikutnya.
Dengan begitu, hakikat uban sejatinya adalah pengingat untuk hidup yang tidak beralan seterusnya di muka bumi. Melainkan juga akan segera memasuki babak baru di fase kehidupan yang baru.
Itu sebabnya juga uban disebut sebagai cahaya yang bisa menggerakkan manusia untuk memperbanyak amal shaleh, harapannya adalah tak lain untuk bisa memberikan cahaya terang laksana obor dalam perjalanan pulangnya kepada pangkuan Sang Pencipta.
*Alumnus Unhasy dan Pesantren Putri Walisongo Jombang.