tebuireng.online— Gus Dur adalah sosok yang selalu tak pernah habis untuk dibahas. Pemikirannya selalu relevan untuk diperbincangkan dengan kondisi Indonesia yang majemuk dan beragam. Pada Haul Gus Dur ke-5 kemarin malam (05/01). Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama, memaparkan orasi ilmiahnya dihadapan ribuan hadirin yang memadati pesantren Tebuireng. Berikut adalah petikan orasi mentri agama tentang sosok Gus Dur

Sosok Gus Dur multi pesona. Itu sangat luar biasa. Beliau adalah orang yang lingkungannya bukan lagi nasional saja tapi sudah global. Meskipun begitu dia tetap terikat dengan tradisi. Kakinya menapak pada nilai-nilai tradisional walaupun lingkungannya global wawasannya global tetap menjaga nilai-nilai tradisional.

Gus Dur memiliki hal-hal yang menjadi kelebihannya. Mungkin karena dia tidak pernah berpikir untuk kepentingannya diri sendiri. Gus Dur adalah sosok yang tidak butuh pencitraan. Dia tidak peduli prilakunya, sikapnya, tingkahnya akan mempengaruhi citranya atau tidak. Baginya citra itu sudah tidak penting lagi. Dia berorientasi pada kepentingan orang banyak. Itu adalah wujud keikhlasan yang patut kita teladani sekarang sebenarnya.

Semasa hidupnya Gus Dur juga merupakan seorang pejuang kemanusiaan. Dalam menjaga dan merawat kemajemukan warga bangsa, Kementrian Agama  berupaya untuk mengembangkan gagasan Gus Dur. Saya pikir itu adalah tugas dari Kementrian Agama, bagaimana kemajemukan itu harus dijaga dan dilestarikan. Satu-satunya cara menjaga keberagaman kita adalah toleransi. Toleransi adalah sikap mau menerima, menghormati, mengerti, dan menghargai orang yang berbeda.

Sering kali kita bicara soal torelansi tapi banyak menuntut agar orang lain itu memahami kita bukan kita yang berusaha memahami mereka. Padalah toleransi yang baik itu lebih proaktiv untuk saling memahami dan mengerti. disitulah agama itu menjadi penting karena agama memanusiakan manusia. Memuliakan manusia itulah fungsi agama. Bukan memuliakan diri kita dan merendahkan orang lain. Apalagi saling merendahkan antar satu dengan yang lain. Itu justru bertolak belakang dengan esensi dari beragama. Itu yang sedang dibangun oleh Kementrian Agama melalui kerukunan antara umat beragama, melalui forum komunikasi antar umat beragama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bangsa dan rakyat Indonesia masih membutuhkan para putra terbangsa yang peduli dan gigih berjuang membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Gus Dur semasa hidupnya sangat getol memperjuangkan toleransi. Dalam memperjuangkan kemanusiaan, meskipun banyak mendapatkan pertentangan baik dari kalangan NU misalnya, beliau tak memperdulikan. Gus Dur dekat dengan siapapun dan kelompok manapun. Kini secara jasad beliau memang sudah wafat, tetapi ide dan gagasannya masih relevan untuk di lanjutkan.

Bangsa ini, masih membutuhkan Gus Dur- Gus Dur baru. Gusdurian dan kelompok-kelompok yang mengagumi sosok Gus Dur ada dimana-mana. Setidaknya ada dua hal yang menjadi kewajiban kita generasi selanjutnya. Yang pertama adalah meneladani yang kedua adalah melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Gus Dur. Karena Sesungguhnya apa yang diperjuangkan Gus Dur itu sebenarnya masih panjang. Masih banyak yang harus dilakukan oleh para pengagumnya, pendukungnya, murid-murid dan generasi mudah setelahnya.”Abror.