(Kiri) Masyitoh Ni’matur Arofah, kelas 3 MA Perguruan Mu’allimat, adalah santri yang mendapat prestasi sebagai hafidzah terbaik Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang, Ahad (29/04/18). (Foto: Fi/Lu)

Tebuireng.online- Menjadi penghafal Al Quran merupakan impian bagi sebagaian umat Muslim. Menghafal Al Quran menjadi salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Proses menghafal Al Quran biasanya lebih banyak diterapkan di pondok pesantren. Banyak yang memulai menghafal dari bangku MTs, Aliyah bahkan saat di perguruan tinggi.

Salah satu pondok yang menerapkan hafalan Al Quran yaitu Pondok Pesantren Putri Walisongo, Cukir, Diwek, Jombang. Ahad (29/04/18) kemarin pesantren tersebut telah melaksanakan proses Wisuda Bilghoib dan Binnadhor.  Dari sekian banyak yang mengikuti wisuda Bilghoib terdapat salah satu santri yang menjadi Wisudawati atau hafidzah terbaik di Pondok Pesantren Putri Walisongo itu.

Masyitoh Ni’matur Arofah, kelas 3 MA Perguruan Mu’allimat, adalah santri yang meraih prestasi sebagai hafidzah terbaik Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang. Saat diwawancarai Tim Tebuireng Online, ia mengungkapkan bahwasanya ia sangat bahagia meskipun sempat tidak menyangka hal itu akan diraih oleh dirinya.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa dibalik kesuksesannya menghafal Al Quran, ia juga telah melewati beberapa kendala, salah satunya adalah rasa ‘malas’. Namun saat ia benar-benar merasa terjun dalam dunia menghafal Quran, ia berpikir bahwa urusan terkait dengan Al Quran harus diprioritaskan.

Menurutnya, solusi untuk hafalan yaitu istikamah untuk menjaga Quran, “pokoknya ngaji meskipun satu juz pelan, kan kalau pelan sedikit-sedikit mampu memahami makna,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain usaha menjaga Al Quran dengan cara dibaca dengan pelan, siswi Madrasah Aliyah Perguruan Mu’alimat itu pun juga mengakui bahwa shalat tahajud merupakan suatu pokok penting untuk terus dilaksanakan.

“Tahajud jangan ditinggalkan. Banyak tawasul ke mbah yai, orangtua, ulama-ulama hafidz, dan orang-orang baik,” imbuhnya.

Ia tidak menyangka bahwa akan menjadi hafidzah terbaik di Pesantren Walisongo. Diakui bahwa ia dan keluarga sangat bahagia atas prestasi yang telah dicapainya. Menurutnya apa yang kini diperoleh merupakan awal dari perjuangannya ke depan.

“Pandangan ke depan sampai hidup berakhir, Al Quran tetap diprioritaskan dan mengamalkan di kehidupan masyarakat,” pungkasnya.


Pewarta: Fikri/Umda

Editor/Publisher: RZ