Suatu hari Cak Jahlun menjadi Lasykar Jamaah. Tugasnya adalah mengatur barisan sholat berjamaah, menegur santri yang tidur ketika wiridan, dan memberikan sanksi bagi santri yang telat dan tidak berbaju putih. Ketika sedang menjalankan tugasnya, mata Cak Jahlun tertuju pada santri yang berbaju kotak-kotak di tengah masjid. Dihampirinya santri tersebut. Dengan suara agak dibuat lebih garang ia berkata: “Hei ayo berdiri..” namun si santri yang dituju tidak bergeming dari tempat duduknya. Sekali lagi Cak Jahlun berkata: “Hei kamu yang berbaju kotak-kotak cepet berdiri..” Lagi-lagi ucapan Cak Jahlun tidak dihiraukan. Tampaknya si santri yang dituju tampak khusyuk wiridan. Melihat hal itu Cak Jahlun menjadi agak emosi. Dijewernya si santri berbaju kotak tersebut dan menariknya hingga berdiri. Setelah si santri tersebut berdiri alangkah kagetnya Cak Jahlun ternyata si santri tersebut postur tubuhnya lebih tinggi darinya. Belum hilang kaget Cak Jahlun, tiba-tiba tulang sendi Cak Jahlun menjadi kaku karena ternyata si santri yang ia jewer dan berdiri di hadapannya itu tak lain gurunya sendiri, USTAD HALIM…….. (F@R)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online