ilustrasi muslimah shalat berjamaah di masjid
ilustrasi muslimah shalat berjamaah di masjid

Waktu menjadi suatu nikmat istimewa yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Tetapi, banyak manusia sering melalaikan nikmat ini dengan tidak memaksimalkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang positif atau ibadah. Dalam hal ini, al-Quran telah memberikan teguran pada manusia agar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin sebelum datangnya hari akhir, seperti yang tertuang dalam Surah al-Baqarah ayat 210.

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيَهُمُ اللّٰهُ فِيْ ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَقُضِيَ الْاَمْرُۗ وَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُࣖ

Artinya: “Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu (pada hari Kiamat), kecuali kedatangan Allah dalam naungan awan bersama malaikat (untuk melakukan perhitungan), sedangkan perkara (mereka) telah diputuskan. Kepada Allahlah segala perkara dikembalikan..”

Sababun Nuzul

Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang memberikan peringatan kepada orang-orang beriman untuk masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh dan tidak mengikuti cara setan dalam menjerumuskan kepada kebatilan. Ayat ini juga mengisyaratkan adanya rahmat yang datang setelah ancaman, sebab siksa yang paling menyakitkan adalah yang datang saat penantian rahmat.

Tafsir Ulama

  • Prof Quraisy Syihab menjelaskan bahwa ayat 210 merupakan penutup dari ayat sebelumnya yang berisi ancaman dan mengisyaratkan adanya rahmat. Ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang enggan bertobat, dan pertanyaan retoris di dalamnya mencamkan, “Apakah yang mereka nantikan hanya Allah yang datang bersama malaikat pada hari Kiamat dalam naungan awan?” (Quraisy Syihab, Tafsir Al-Misbah, Juz I, halaman 450).
  • Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat ini memberikan peringatan kepada orang-orang yang kufur terhadap Nabi Muhammad Saw., bahwa yang mereka tunggu hanya saat datangnya hari Kiamat, saat di mana putusan hukum bagi semua orang dijatuhkan sesuai dengan amal masing-masing (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, juz I, halaman 566).
  • Riwayat Abu Ja’far bin Jarir menyampaikan bahwa saat hari kiamat tiba, banyak orang meminta syafaat kepada nabi-nabi, namun hanya Nabi Muhammad Saw. yang menyanggupi dengan izin Allah, memberikan syafaat kepada hamba-hamba Allah (Ibnu Katsir, juz I, halaman 576).
  • Terkait makna ‘al-ityan’ (kedatangan) pada ayat, terdapat beberapa pendapat dari ulama. Beberapa mengartikannya sebagai datangnya putusan hukum dari Allah, sedangkan yang lain menyandarkannya pada kedatangan kuasa Allah. Abu Hayyan memilih makna datangnya putusan dari Allah (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith, juz II, halaman 343).
  • Ayat juga menyampaikan bahwa pada hari Akhirat, tidak ada hakim yang memberi putusan kecuali Allah sendiri. Syekh Nawawi Al-Bantani menekankan bahwa Allah mengatur segala persoalan hamba-Nya di dunia, dan di akhirat, hanya Allah yang berhak memutuskan bagi hamba-hamba-Nya (Al-Bantani, Marah Labid, Juz I, halaman 49).

Kesimpulan:

Ayat ini memberikan pelajaran tentang pentingnya memanfaatkan waktu yang telah diberikan Allah untuk menjalankan perintah-Nya. Jika sudah tiba waktunya diputuskan nasib akhir manusia, penyesalan akan datang karena tidak memanfaatkan waktu untuk beramal di dunia. Wallahu a’lam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ditulis oleh Anis Faikatul Jannah, mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari