tebuireng.online– Kumpulan Da’I Tebuireng (Kudaireng) kembali gelar Festival da’i dan dai’iyah se-Jawa Bali. Pembukaan dimulai sekitar pukul 08.300 WIB. Acara dilaksanakan di tiga tempat yakni di Gedung KH. Yusuf Hasyim lantai 3, halaman utama, dan Masjid Pesantren Tebuireng, Kamis (04/02/2016).
Acara di buka langsung oleh Kepala Pesantren Tebuireng Putri Drs. KH. Agus Fahmi Amrullah Hadzi. Dalam sambutannya belau berpesan agar para peserta bisa menjadikan kompitisi sebagai ajang melatih mental. “Datang ke Tebuireng bukan hanya untuk mencapai piala dan uang jutaan, tapi datang untuk melatih mental menjadi seorang da’I dan
da’iyah, karena setiap sesuatu itu merupakan sebuah latihan Likulli Syai in Latiyatun,” terang cucu Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dari jalur Nyai Hj. Masruroh itu.
Untuk panitia Kudaireng sendiri Gus Fahmi panggilan akrab beliau mengingatkan mereka dengan jargon “Kawah Candra Dimuko” sebelum menutup sambutannya. Ungkapan itu merupakan salah satu jargon utama dalam organisasi Kudaireng. Jargon itu memiliki pesan bahwa santri harus menjadi da’i yang serba bisa dan bisa menyebarkan dakwah Islam dengan banyak cara dan media.
Vevi Alfi Maghfiroh, salah satu panitia mengatakan bahwa peserta yang terdaftar ada sekitar 193 orang yang berasal dari Jawa-Madura-Bali. Agenda acara yang telah tersusun, setelah dhuhur peserta diizinkan untuk Ishoma (istirahat, shalat, makan). Kemudian dilanjutkan kembali peserta yang belum tampil hingga waktu shalat ashar.
Salah satu peserta Muhaimin Ilyas mengatakan bahwa dirinya sangat bangga bisa mengikuti lomba ini. “Ya bangga kan yang ikut tidak hanya dari Jawa Timur, tapi dari seluruh Jawa bahkan Bali,” ungkap santri kelas 3 Mts Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng tersebut. Pria yang sudah menghafal 30 Juz ini mengaku sudah tidak terlalu grogi karena sudah sering mengikuti perlombaan semacam ini.
Peserta lain, Nur Hasanah dari Pesantren al-Hikmah Brebes mengatakan bahwa dari semua kompetisi pidato yang pernah ia ikuti, Festifal Da’i dan Da’iyah yang diadakan oleh Kudaireng adalah yang paling berkesan. “Ya Om, kan ini se-Jawa Bali, paling biasanya se-Brebes atau se-Jawa Tengah. Apalagi Pesantren Tebuireng kan terkenal, Om,” ujar perempuan asal Kebumen itu. Santriwati Muallimat al-Hikmah ini mangaku beruntung karena tampil sebelum hujan mengguyur bumi Tebuireng sejak pukul 02.00 WIB tadi.
Dalam babak semi final nantinya akan diambil sembilan peserta terbaik yang tampil sekitar ba’da ashar. Dari sembilan itu akan ditentukan para pemenang lomba dari juara I, II, III dan harapan I, II, III. Pengumuman juara dan pembagian hadiah akan disampaikan pada acara Malam Lailatut Dakwah dan Shalawat 1000 Rebana yang diadakan malam nanti di Lapangan Masjid Ulul Albab, depan Pesantren Tebuireng Putri, dengan pembicara KH. Nur Hadi (Mbah Bolong) dan KH. Agus Abdul Jalil Lamongan. (ittaqi/abror)